25 Mei 2008

Eksklusifisme Liputan Televisi Akan Sangat Merugikan Masyarakat

Pemberian izin penyiaran sebuah acara besar secara eksklusif kepada satu kelompok atau satu stasiun Televisi, sebetulnya sangat merugikan masyarakat. Misalnya event besar PIALA DUNIA atau sekelas dibawahnya PIALA EROPA. Karena penetrasi stasiun televisi tersebut tidak merata keseluruh peloksok wilayah Nusantara. Jadi hanya yang tercover dengan stasiun TV itu saja yang dapat menikmati tayangan olah raga besar dunia. Tapi ok-lah, itu kan hanya untuk menyalurkan hobby bola seseorang yang bisa juga berdampak negatif, misalnya produktifitas menjadi menurun karena begadang terus. Kadang kerukunan rumah tangga pun bisa terganggu. Artinya, oke-oke saja hak eksklusif tersebut dijual kepada satu grup tertentu. Padahal alangkah baiknya bila bisa berbagi, jadi semua stasiun televisi di satu negera seperti Indonesia, boleh membeli, asalkan mampu. RCTI, SCTV, Indosiar atau Trans boleh saja ikut membeli izin tayangan Olah Raga besar itu, nanti terserah bagaimana kemasan program sebelum dan susudahnya saja. Mereka tinggal adu kreatif dalam menjaring sponsor. Dengan demikian, masyarakat yang di daerahnya tidak dapat menerima siaran salah satu TV, bisa mencarinya di stasiun TV lain.

Satu hal lagi yang juga membuat saya cemas adalah, berita tentang KPU yang memberi hak eksklusif kepada TV One atas penyiaran informasi Pemilu (CMIIW), sehingga TVONE mempromosikan diri sebagai TV PEMILU. Ini sama atau tidak dengan Election Channel yang di MetroTV ya? Apakah MetroTV juga kerjasama dengan KPU? Maaf, itu saya belum tahu. Tapi apabila KPU betul-betul memberikan hak eksklusif kerpada TVONE untuk informasi Pemilu, maka itu juga sebuah kemunduran dan sangat merugikan masyarakat. Informasi Pemilu adalah hak seluruh rakyat Indonesia, dia harus tersebar seluas-luasnya melalui semua koran, semua majalah, semua radio dan semua televisi, baik swasta maupun pemerintah, baik nasional maupun lokal. Jangan sampai ada pemberian izin tayangan eksklusif dalam hal yang penting bagi seluruh bangsa. Jangan sampai terjadi lagi seperti halnya berita penangkapan teroris yang hanya eksklusif di satu televisi saja. Kita sama-sama tahu, satu atau dua televisi baru bisa menjangkau berapa persen penduduk? Tentu lebih baik semua televisi diberikan hak yang sama dalam meliput. Semua media boleh bekerjasama dengan KPU atau lembaga manapun. KPU boleh membuat persyaratannya, bila terpenuhi maka semua lembaga penyiaran dapat ikut menandatangani perjanjian, jangan hanya dengan TVONE saja. Semoga tidak begitu, karena eksklusifisme seperti itu sangat merugikan masyarakat. Beda dengan acara-acara hiburan! Terima kasih...

Read More ..

24 Mei 2008

Penistaan Program Empat Mata???

Sebagai pemirsa televisi, kita tahu acara-acara apa saja yang menjadi andalan dimasing-masing stasiun televisi, baik itu acara olah raga, variety show, sinetron ataupun berita. Kita juga setuju jika acara "Empat Mata" yang dibawakan Tukul di Trans 7 merupakan acara unggulan yang banyak ditonton masyarakat Indonesia setiap malamnya. Acara tersebut telah banyak memberikan inspirasi dan hiburan, terlepas dari kekurangannya disana-sini yang harus diperbaiki. Namun akhir-akhir ini, beberapa kawan saya menyampaikan 'kemuakan'-nya, apa bila di acara tersebut diselipkan bintang tamu yang terlalu dipaksakan. Saya heran dengan masukan dari kawan saya itu. Apa yang dimaksud 'dipaksakan'? Setelah saya gali lebih dalam, oh.. ternyata maksudnya adalah bintang tamu yang mempropagandakan kepentingannya dalam dunia politik.

Ternyata betul, belum lama ini saya sempat menonton ketika bintang tamu yang 'dipaksakan' itu sedang diwawancarai Tukul, yaitu Bupati Kutai Timur, Awang Faroek Ishak. Plus orang-orang yang semangat sekali mempropagandakan pejabat daerah tersebut, diantaranya Angelina Sondakh (anggota DPR) dan Effendy Gazali (Republik Mimpi), yang turut mendukung pejabat tersebut dari barisan bangku penonton di studio.

Dua hari kemudian saya membaca koran, oh... rupanya Bupati Kutai Timur itu sedang bersaing untuk menjadi Gubernur Kalimantan Timur toh? Sontak saja saya ingat apa yang membuat teman saya kurang nyaman menonton acara Empat Mata beberapa waktu lalu. Wah, bisa rusak nih acara Empat Mata kalau sering-sering diselipin bintang tamu semacam itu. Tidak menarik sama sekali dan terlalu mengada-ada.

Tolonglah pengeloa Trans 7 dan Producer Empat Mata, jangan sampai mengorbankan kenyamanan pemirsanya hanya untuk mendapat uang tambahan atau kepentingan politik. Masih lebih baik banyak pesan sponsor produk tertentu atau kuis berhadiah dari pada yang politikan seperti itu. Selama ini kita lelah menyaksikan sandiwara politik di berbagai stasiun televisi. Biarkan acara Empat Mata menjadi hiburan yang murni dengan 'keluguan' Tukul Arwana sebagai pembawa acaranya. Carikan acara yang lebih pas buat para pedagang sapi politik untuk bisa tampil, jangan mengacak-acak program yang sudah enak ditonton. Ini memang pendapat pribadi, semoga menjadi masukan yang berarti. Apakah Anda setuju dengan saya?

Read More ..

20 Mei 2008

Setelah Sekian Lama, Hari Ini TV Indonesia Kembali Melakukan Siaran Bersama

Setelah sekian lama, akhirnya para pengelola stasiun televisi di Indonesia, hari ini sepakat melakukan siaran bersama untuk menyiarkan Pidato Kenegaraan Presiden SBY dalam rangka 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional. Itu terlihat pada pukul 17.00 WIB sore ini.

Upaya relay bersama ini sudah lama hilang sejak jaman Orde Baru. Padahal, siaran bersama ini bisa menjadi hal yang sangat penting terutama bila relay bersama itu menyangkut berita dan informasi yang harus disebarkan luaskan secara merata kepada seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai, misalnya pengumuman rencana kenaikan BBM hanya disiarkan di satu dua televisi saja, tetapi harus juga direlay oleh semua TV dan radio.

Kita boleh menolak jika relay bersama itu dilakukan untuk menyebarluaskan acara-acara hiburan. Tetapi kalau berita dan informasi penting seperti pidato kenegaraan, kenaikan BBM, pemberlakuan Undang-undang baru, detik-detik proklamasi di Taman Makam Pahlawan dan berbagai acara kenegaraan lainnya, mestinya semua rakyat Indonesia harus dapat melihatnya disemua layar televisi. Informasi seperti itu bukan monopoli TVRI, karena pemirsa TVRI sangat sedikit. Juga bukan eksklusifitas satu atau dua stasiun televisi swasta, karena penetrasi satu dua TV itu tetap kalah banyak dibandingkan dengan semua TV yang ada. Mari kita biasakan, agar informasi penting menjadi hal bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengetahuinya.

Kita sebagai rakyat Indonesia harus lebih banyak tahu isu-isu kenegaraan teraktual sebagai bagian dari kemajuan kita dizaman modern ini. Jangan sampai kita hanya paham artis siapa saja yang baru cerai atau kawin lagi. Ya kan?

Read More ..

19 Mei 2008

Jawaban Surat Pembaca Kompas Dijawab Hari Ini

Surat Pembaca Kompas tentang pesan moral tayangan televisi yang kami publikasikan ulang di blog ini, hari ini dijawab melalui Surat Pembaca Harian Kompas sebagai berikut :

TAYANGAN DIEVALUASI

Sehubungan dengan surat di Kompas (8/5) "Pesan Moral Tayangan TV" yang disampaikan oleh Ibu Lanni Kristanto mengenai program "Suami-suami Takut Istri" episode tanggal 21 April 2008, ke depannya kami akan mengevaluasi kembali tayangan program dimaksud sehingga program ini dapat memberikan manfaat bagi pemirsa.

HADIANSYAH LUBIS
Kepala Dept Mkt Public Relation
PT Televisi Transformasi Indonesia

Catatan Saya :
Akan dievaluasi seperti apa? Dihentikan tayangannya atau diganti skenarionya? Bagaimana dengan sinetron lainnya? Masyarakat pemirsa TV Indonesia harus terus melek dan kritis.

Read More ..

13 Mei 2008

Apakah TV Yang Pudarkan Budaya?

Judul tulisan Kompas "Siaran TV Pudarkan Budaya" pada terbitan Selasa, 13 Mei 2008 adalah satu lagi tulisan yang menuduh TV (yang nota bene adalah benda mati) sebagai obyek yang bersalah. Berikut adalah tulisan lengkapnya.

Siaran televisi yang disiarkan secara nasional dinilai mengabaikan budaya-budaya lokal yang menjaga sikap dan budi pekerti luhur. Adegan kekerasan, kebencian, dan sikap tidak hormat kepada orang yang lebih tua dapat memudarkan perilaku mulia dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian dikatakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Selatan KH Mudrik Qori M di sela-sela Kampanye Simpatik mengajak menikmati siaran sehat dan cerdas di Palembang, Senin (12/5). Dia mencontohkan, warga di Sumatera Selatan amat menghargai orangtua. Dalam salah satu sinetron—juga ditonton anak- anak—jelas diperlihatkan seorang anak menghukum ayahnya.

Mudrik mengatakan, anak- anak paling terpengaruh dampak negatif tayangan adegan kekerasan, sadisme, kebencian, iri hati, sikap dengki, adegan cabul atau porno, bahkan sikap melecehkan sesama manusia atau lembaga yang seharusnya dihormati. Menurut Mudrik, tayangan televisi sangat liberal, membuat tidak ada lagi jarak pemisah antara dunia orang dewasa dan anak- anak. Fenomena dari negara liberal ini menginfiltrasi media televisi di berbagai penjuru dunia. ”Anak-anak sekarang sangat bebas menonton acara yang seharusnya hanya boleh dilihat orang dewasa. Persaingan bisnis telah mengabaikan tanggung jawab moral dan etika,” ujarnya.

Anggota KPID Sumsel, Yenrizal, mengutarakan, hal paling memprihatinkan, 90 persen dari kekerasan yang ditayangkan adalah tindakan yang disengaja. Yenrizal mengingatkan agar masyarakat ikut mengawasi siaran televisi dan hanya membekali anak- anak dengan siaran yang sehat dan cerdas.

Catatan saya :
Pagar pertama agar anak-anak jauh dari pengaruh TV adalah ORANG TUA di rumah. Yang kedua, GURU di sekolah. Yang ketiga, LINGKUNGAN di sekitar. Yang terakhir adalah Pengelola Stasiun Televisi yang harus disadarkan secara keras! Semua tergantung manusianya, bukan TV-nya!

Read More ..

08 Mei 2008

Surat Pembaca Kompas Soal Tayangan Acara TV

Pada Rubrik REDAKSI YTH. Kompas, Kamis 8 May 2008, terdapat tulisan sbb. :

Pesan Moral Tayangan TV
Kita sudah sering membaca keluhan pemirsa TV tentang acara hiburan yang penuh dengan kekerasan. Kata-kata dalam adegan sinetron/sitkon diungkapkan dengan nada tinggi, bibir serong yang dicibirkan, lirikan mata yang disipitkan, dan banyak lagi bahasa wajah yang konotasinya negatif. Adakah perbaikan?
Dalam tayangan Suami-Suami Takut Istri pukul 18.30 (21/4) di salah satu stasiun televisi swasta, digambarkan seorang istri dengan membawa seorang anak usia empat-lima tahun masuk ke rumah tetangga untuk menjemput suaminya. Dialog istri dengan nada tinggi sambil berkali-kali mencubit pinggang suami, ”Pulaaaaang..... Puuuuuulang.”
Yang mengejutkan saya adalah dialog selanjutnya ketika anak perempuan berpipi tembem bertanya kepada ibunya, ”Boleh ga, aku ikutan nyubit, Papi?” Dijawab oleh ibunya, ”Boleh, sayaaaang, kalau perlu yang kenceeng!” Si anak lalu berdiri dan mencubit ayahnya dan sang ayah menjerit-jerit kesakitan.
Kepada para penanggung jawab acara yang meloloskan hiburan dengan dialog/adegan sejenis, pesan moral apa yang mau disampaikan kepada pemirsa?
Kasihan melihat anak balita diberi dialog dan peran serendah itu. Atau memang ini yang ingin disampaikan kepada generasi muda kita? Apakah ini dimaksudkan agar anak berani melakukan kekerasan fisik dan verbal yang dianggap alat komunikasi ampuh pada masa kini?

Lanni Kristanto Bumi Harapan Indah Blok D, Kramat Jati, Jakarta

Read More ..

05 Mei 2008

Perang Wacana Jelang Pemilu 2009 Mulai Terasa

Jelang Pemilu 2009, suasana saling tempur sudah mulai terasa dari sekarang. Lihatlah dilayar TV, beberapa orang yang berambisi memimpin negeri mulai pasang aksi. Sayangnya, hal-hal yang tidak logis pun beredar di masyarakat. Ada yang bilang, JANGAN PILIH ORANG MUDA, KARENA MEREKA BELUM MAPAN. Atau, MASA DEPAN BANGSA ADA DITANGAN ORANG-ORANG MUDA, TAPI MASA SEKARANG ADA DITANGAN 'SAYA'. Generasi tua maksudnya? Ada juga syair lagu, KERJA HILANG PENYAKIT DATANG, KALAU MAU BBM NAIK PILIH "XXX" LAGI. Lha, kan BBM naik karena memang harga minyak dunia tembus sampe US$120,- per barrel? Saya juga mendengar ungkapan, JANGAN PILIH TANK RUSAK ATAU MOBIL TUA. Mungkin dia merasa mobil baru? Huehehe. Lucu juga kalimat-kalimat yang mereka pilih, namun sayang kita tidak jadi makin cerdas. Dari situ, kita dan anak-anak kita malah jadi pandai mengejek orang dan memutarbalikan kata-kata kosong tanpa makna. Harapan saya masih pada TV, semoga orang-orangnya mampu mengangkat produk yang bermanfaat bagi banyak orang, bukan melulu produk wacana dan omong kosong. Salam!

Read More ..

02 Mei 2008

Jelang Pemilu, TV Harus Mampu Tunjukan Etika dan Logika

Wahai orang-orang TV, ingatlah Pemilu sebentar lagi. Akan banyak perang kata-kata dari para politikus dan lawan-lawannya. Kita tidak ingin anak-anak kita meniru kalimat-kalimat 'perang' yang merendahkan etika kehidupan dan alasan-alasan yang tidak masuk akal atau tidak logis. Kita ingin anak-anak kita jadi pintar dan cerdas tanpa intrik-intrik busuk yang dipelajari dari TV, karena tanpa TV pun, anak-anak kita sudah banyak belajar hal-hal jelek dari lingkungan kita.

TV harus mampu menyeleksi ungkapan atau kata-kata dari para politikus pada saat kampanye nanti. Jangan sampai tersebar kalimat-kalimat yang provokatif dan menimbulkan kebencian. Belum lama ini beredar SMS yang kurang lebih mengajak orang untuk tidak memilih si A atau memilih si B. Menjelek-jelekan si C dan memuji si D. Hati-hati, karena alasan-alasan yang mereka ungkapkan sangat tidak masuk akal dan tidak etis.

Wahai orang-orang TV, ingatlah akan peranan dan sifat media Anda. Sangat dahsyat untuk membentuk opini buruk ataupun citra baik. TV dapat memecah belah bangsa atau mempersatukannya. Berusahalah netral dan tidak memihak, walaupun TV Anda dimiliki oleh oknum partai tertentu. Semoga masih ada jalan terang bagi TV di Indonesia. Hidup TV!

Read More ..