31 Agustus 2008

Astro Harus Siarkan Lagi Liga Inggris

Berita dari Kompas : Televisi berlangganan Astro diharuskan menyiarkan kembali tayangan Liga Primer Inggris atau English Premier League/EPL untuk musim 2007-2010. Setidaknya, EPL ditayangkan hingga ada penyelesaian hukum mengenai status kepemilikan PT Direct Vision, pemegang nama dagang Astro di Indonesia. Demikian salah satu keputusan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dibacakan di Gedung KPPU, Jumat (29/8) di Jakarta.

Keputusan KPPU itu bermula dari laporan Indovision, Telkomvision, IndosatM2, dan beberapa kelompok masyarakat terhadap dugaan praktik monopoli terkait hak siar EPL. Sejak Agustus 2008, pelanggan Astro tidak lagi menikmati tayangan EPL karena hak siarnya beralih ke Aora TV. ”Kami juga memutuskan agar ESPN Star Sports (ESS) selaku terlapor III membatalkan atau memperbaiki perjanjian dengan All Asia Multimedia Network (AAMN) selaku terlapor IV. Mereka harus menempatkan hak siar dengan proses kompetitif di antara operator televisi di Indonesia,” ujar Ketua Majelis Komisi Anna Maria Tri Anggraini.

Perjanjian ESS dan AAMN dinilai dapat menimbulkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merugikan konsumen. Hak pelanggan televisi berbayar, terutama pelanggan PT DV, harus dilindungi. Kuasa hukum AAMN, Alexander Lay, mengatakan kecewa atas putusan ini. KPPU juga tidak dapat menemukan bukti yang menunjukkan dampak dari monopoli terhadap pasar.

Paras Sharma, Senior Director Marketing and Corporate Communications ESS, menyatakan akan mempelajari keputusan KPPU. ESS akan mengevaluasi pilihan hukum yang tersedia untuk melindungi kepentingan ESS. KPPU juga mendesak pemerintah agar membuat ketentuan tentang standar dan kualifikasi tayangan penting (premium content) dalam penyiaran. Juga regulasi yang mewajibkan peralihan premium content melalui tender dan regulasi atas tayangan yang tidak boleh disiarkan secara eksklusif oleh operator televisi berbayar.

Komentar Saya :
KPPU jangan hanya memberikan sangsi ringan seperti itu, tapi harus kenan denda membayar ganti rugi masyarakat yang sudah kena tipu karena berlangganan Astro untuk nonton Liga Inggris. Jelas itu ada delik penipuan dibalik cara bisnis kotor mereka. Aora TV juga harus diberi sangsi, karena ibaratnya sebagai penadah barang curian!

Read More ..

30 Agustus 2008

Pemerintah Siapkan Digitalisasi Kanal Frekuensi

Berita dari Kompas : Departemen Komunikasi dan Informatika terus menyiapkan diri untuk melakukan digitalisasi kanal frekuensi siaran televisi dan radio. Langkah ini dilakukan demi efisiensi jumlah kanal, sekaligus mengikuti tren perkembangan teknologi. Namun, proses migrasi kanal ini akan dilakukan secara simultan, tidak segera.

Direktur Kelembagaan Komunikasi Pemerintah Daerah Depkominfo Bambang Subiantoro dalam diskusi ”Menuju Kepastian Sistem Regulasi Penyiaran Indonesia”, Jumat (29/8) di Bandung, mengatakan, sedikitnya dua keuntungan jika kanal digital ini diberlakukan nantinya, yaitu menyangkut penyederhanaan infrastruktur siaran serta peningkatan kualitas siaran. ”Dengan digitalisasi kanal ini, ke depan akan ada dua jenis usaha terpisah yang bisa dibangun. Infrastrukturnya sendiri dan isi program siarannya. Dari segi tampilannya, misalnya, suara dan gambar yang dihasilkan lebih bagus dari yang analog,” ucapnya.

Ke depan, setiap lembaga penyiaran tidak perlu repot mengeluarkan investasi berlebih untuk membuat infrastruktur. Satu infrastruktur bisa digunakan untuk beberapa lembaga siaran.
Kanal dengan lebar pita frekuensi 6-8 megahertz ini bisa diisi empat hingga enam stasiun televisi.

Kepala Subdit Analisa dan Evaluasi Frekuensi Radio Depkominfo Rahmat Widayana mengatakan, melalui digitalisasi kanal ini, tak ada lagi superioritas ataupun sebaliknya inferioritas dari para stasiun televisi dalam hal kepemilikan infrastruktur. ”Akan ada entitas tersendiri untuk penyelenggara infrastruktur. Tidak lagi digabung,” tuturnya.

Read More ..

28 Agustus 2008

Mengapa Andy F. Noya Mengundurkan Diri Sebagai Pemred Metro TV?

Berikut adalah tulisan berjudul "Lentera Jiwa" yang saya terima di email saya :

Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.

Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV. Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.

Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese. Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri. Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.

Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.

Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.

Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker. Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.

Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya.Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka.

Read More ..

Lima Orang Tewas Jatuh Dari Tower Pemancar RCTI

Sungguh mengenaskan berita yang saya baca dari Elshinta.com berikut ini :
Lima orang pekerja yang sedang melakukan pengelasan tower pemancar RCTI di Kebon Jeruk, Jakarta Barat tewas seketika setelah crane yang mereka tumpangi jatuh. Menurut Kapolres Jakarta Barat, Kombes Polisi Izza Fachri, crane tersebut jatuh, karena tali slingnya putus. Kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 13.30 WIB. Belum diketahui identitas lengkap dari 5 pekerja yang malang tersebut"Kami masih terus mengumpulkan keterangan lebih lengkap mengenai penyebab kecelakaan ini. Tapi yang pasti disebabkan oleh tali sling yang putus. Sehingga mereka jatuh dari ketinggian 50 meter. Belum tahu karena faktor-faktor lainnya apa. Bisa saja, banyak besi-besi tajam, sehingga putus. Tapi, kami belum bisa menyimpulkan," ujar Izza.Tim penyidik dari Polsek Kebon Jeruk dan Polres Jakarta Barat saat ini tengah melakukan pengaman barang-barang bukti, seperti alat-alat kerja, dan gondola. Bagaimana kondisi 5 orang pekerja tersebut? "Ya Anda bisa bayangkan sendiri, orang jatuh dari ketinggian 50 meter seperti apa, pasti hancur. Jenazah kelimanya akan kami bawa ke RS terdekat untuk keperluan otopsi," ujar Kapolres Jakarta Barat itu. Sementara itu, para wartawan yang sudah berkerumun di depan pintu gerbang RCTI tidak diperbolehkan masuk ke lokasi kejadian oleh satpam setempat. Rencananya, pihak humas RCTI akan memberikan keterangan lengkap mengenai kejadian tersebut.Yang pasti, kejadian tersebut dibenarkan oleh seorang pedagang rokok yang mangkal di depan RCTI, yang menyebutkan ada lima orang jatuh sehingga meninggal dunia.

Read More ..

27 Agustus 2008

Cerita Tentang Para Petinggi Aora TV

Dari Mediacare di email saya : Sederet nama beken berada di balik Aora TV. Selain kakak-adik Rini Mariani Soemarno dan Ongky Soemarno, pengelola televisi berbayar baru itu digawangi Jeffry Geovanie dan Solihin Kalla, putra Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Aora TV, yang berada di bawah naungan PT Karyamegah Adijaya, akhir-akhir ini ramai jadi gunjingan gara-gara berhasil mengambil alih hak siar eksklusif tontonan sepak bola Liga Inggris 2008-2009 dari PT Direct Vision, yang selama ini menayangkannya di Astro TV. Hak siar internasional lain yang bisa dikantonginya adalah Olimpiade Beijing 2008. Berkat modal ini, Aora TV mengklaim telah berhasil menggaet 2.000 pelanggan, meski umurnya belum sebulan. Rini Soemarno, Menteri Perindustrian dan Perdagangan di kabinet Megawati, disebut-sebut motor utama Karyamegah. Bersama kakaknya, Ongky Soemarno, bekas Presiden Direktur Astra International itu mengendalikan penuh Karyamegah. Jejaknya di Karyamegah berawal dari langkah akuisisi oleh PT Arono Internasional. Perusahaan yang didirikan Rini dan Ongky ini membeli 95 persen saham Karyamegah pada September 2007. Adapun sisa saham 5 persen dimiliki Indonesia HGC Telecommunication. "Ada Jeffry Geovani, ada juga Solihin," kata Rini saat ditemui Tempo di kantornya pada Kamis lalu.

Jeffry Geovani adalah Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pengurus Pusat Muhammadiyah, yang sempat bergabung dengan tim sukses calon presiden Partai Golkar untuk Pemilihan Umum 2009. Sedangkan Solihin yang dimaksud adalah Solihin Kalla, anak bungsu Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang disebut-sebut putra mahkota bisnis keluarga Kalla. Keduanya mengendalikan Indonesia HGC Telecommunication. Jeffry sebagai direktur utama, sedangkan Solihin komisaris utama. Rini menceritakan, sebelum Arono mengambil alih 95 persen saham Karyamegah, pembicaraan awal dengan pemilik lama dilakukan oleh Indonesia HGC. "Mereka yang melakukan komunikasi," katanya. Menurut sumber Tempo di Komisi Penyiaran Indonesia, Jeffrey dan Solihin memang aktor utama lahirnya Karyamegah sebagai televisi berbayar. Sebab, meski didirikan pada November 2006, Karyamegah awalnya tak bermaksud menjadi penyelenggara televisi berbayar. "Nama keduanya disebut-sebut ketika Karyamegah mengajukan rekomendasi kelayakan," ujarnya. Namun, Solihin tak pernah tercantum dalam akta perusahaan.

Berdasarkan akta notaris pendirian perusahaan pada 29 November 2006, Karyamegah, yang bermodal dasar Rp 1 miliar, dimaksudkan menjadi perusahaan perdagangan, pengadaan, waralaba, pengembang pembangunan, garmen, pelayanan hukum dan pajak, serta jasa kebersihan. Nama Jeffry baru muncul dalam akta notaris Karyamegah tertanggal 21 Februari 2007, soal keputusan pemegang saham sehari sebelumnya yang mengangkatnya sebagai direktur utama. Jeffry belakangan lengser berbarengan dengan berubahnya haluan perusahaan menjadi penyelenggara siaran televisi berlangganan melalui satelit per 13 Maret 2007. Jeffry mengakui Indonesia HGC kini menguasai 5 persen saham Karyamegah. Namun, dia membantah anggapan bahwa perusahaannya yang pertama kali berkomunikasi dengan Karyamegah. Ia pun menyangkal jika disebut pernah menjabat posisi puncak di Karyamegah. "Nama panjangnya saja saya tidak tahu," ujarnya. Menurut dia, investasi Indonesia HGC di Karyamegah dilakukan atas ajakan Rini. Bahkan awalnya Rini menawarkan 20 persen kepemilikan saham, tapi tak diambil dengan pertimbangan diversifikasi investasi. "Kami masuk satu bulan setelah Arono mengambil alih Karyamegah," ujarnya.

Read More ..

23 Agustus 2008

Polling Meminta TV Ikut Mengintrol Pemilu 2009?

Hasil polling di blog Dunia TV menunjukan hasil yang bertolak belakang dengan sifat media yang seharusnya independen dan berimbang dalam setiap pemberitaannya. Polling Dunai TV yang berjudul "Sejauh Mana Televisi Berperan Dalam Pemilu 2009?" memberikan tiga pilihan jawaban kepada para netter, yaitu a. Harus Ikut Mengontrol, b. Netral Tanpa Memihak, dan c. Membiarkan dan Bersikap Masa Bodoh.

Alangkah mengejutkannya melihat hasil polling tersebut, lebih dari 50% menjawab (a), yaitu Televisi Harus Ikut Mengontrol. Sedangkan yang menjawab (b) Televisi Harus Netral tanpa Memihak, hanya 28%. Fenomena apakah ini? Apakah polling tersebut dapat kita percaya?

Percaya atau tidak, hasil polling yang meminta Televisi ikut mengontrol berita Pemilu 2009, nampaknya bukan basa-basi atau main-main belaka. Ini menunjukan adanya indikasi dari masyarakat yang mulai goyah kepercayaannya terhadap penyelenggara Pemilu, entah itu KPU, KPUD atau Pemerintah. Mungkin karena kita lihat sendiri, hasil Pemilu yang lalu-lalu, telah terbukti gagal menjaring anggota legeslatif yang bermoral baik, walaupun tidak semuanya begitu.

Kami sebagai moderator Dunia TV, hanya menghimbau kepada pengelola station Televisi agar tetap menjaga independensi dan netralistas-nya dalam meliput Pemilu 2009. Keinginan masyarakat agar Televisi ikut mengontrol, kami rasa perlu dipertimbangkan dalam arti Televisi harus sudah mulai lebih kritis terhadap hasil-hasil Pemilu. Kontrol dari Televisi harus dibangun dari SDM bagian Redaksi atau Pimpinannya yang bersih dan tidak korup. Harus 'no amplop' dan jangan sampai bisa dibeli oleh Partai Politik yang banyak duit.

Televisi harus ikut mengontrol jika ada kejanggalan atau penyimpangan dalam Pemilu 2009. Itu harus dibangun bersama dengan sesama Televisi lainnya. Harus kompak. Jangan hanya satu dua televisi saja. Kita tahu MetroTV dimiliki oleh Surya Paloh, yang juga pentolan Partai Golkar. Dari situ, kita sebagai masyarakat juga akan mengontrol televisi ini, netral atau berpihak kepada Partai Golkar? Kalaupun mau berpihak, yang penting seberpihak apa?

Jangan hanya Televisinya, tetapi juga masyarakat penonton TV harus ikut bersuara dalam acara-acara diskusi interaktif di televisi dan radio bila menemukan kejanggalan dalam Pemilu 2009. Semoga hasil Pemilu 2009 nanti dapat menjaring anggota legeslatif yang bersih dan tidak mata duitan atau mata keranjang. Semoga saja!!

Read More ..

20 Agustus 2008

Kisruh Siaran TV Lokal Tanpa Izin di Sidoarjo, Jatim.

Meskipun belum punya izin siaran, Delta TV milik Pemerintah Kabupaten Sidoarjo itu resmi siaran, setelah diresmikan oleh Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso, Senin (28/04). Kadis Infokom Sidoarjo, Ali Ghofar mengatakan, berdirinya Delta TV ini diharapkan menjadi sebuah penyiaran televisi publik yang dapat berperan ganda yakni selain mampu memberikan informasi aktual terkait perkembangan, juga menjadi penyebar informasi pembangunanan di wilayah Sidoarjo. Ia menambahkan, Delta TV yang mengudara pada Channel 40 UHF itu rencananya akan mengudara selama delapan jam setiap harinya, yakni mulai pukul 16.00-24.00 WIB.

Sedangkan terkait masalah izin siaran TV Delta, Ali Ghofar mengatakan, saat ini sedang dilakukan proses pengajuan izin ke KPID Jatim. (Lho, bukannya ke Postel? - Red) Untuk memperoleh izin tersebut, syarat yang diberlakukan adalah Delta TV harus tayang terlebih dahulu selama proses izin tersebut berlangsung selama lima bulan. "Proses izin ini terus kami ajukan," kata Ali Ghofar. Terkait masih belum dikantonginya izin siaran pendirian Delta TV dari KPID Jatim, Bupati Sidoarjo meminta kepada Kadis Infokom untuk segera mengurusnya. "Ini jadi PR, saya berpesan, tolong televisi ini dikelola secara professional, izin segera diselesaikan dan kualitas gambarnya segera diperbaiki," katanya.

Kisruh televisi lokal bersiaran tanpa izin ini pun merebak lagi di Jawa Timur. Selain Delta TV juga ada Arek TV yang telah mengudara tanpa izin. Banyak pihak di Jatim yang juga mengatakan JTV milik Jawa Pos pun belum berizin, bahkan semua televisi lokal memang belum pernah ada izinnya, tapi sudah siaran. Siapa yang harusnya memberikan izin? Tentu saja Depkominfo melalui Dirjen Postel. Mengapa mereka membiarkan kekisruhan tersebut? (Tanya saja pada rumput yang bergoyang - Ebiet G Ade). Seharusnya pertumbuhan televisi lokal ini difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dan Pusat. Legalkan segera agar tidak jadi kekisruhan baru dalam mengurs negara ini. Jumlah frekuensi yang ditetapkan melalui perencanaan induk frekuensi dikota-kota besar yang pontesial, harusnya diperbaharui. Co-channel dapat dilakukan seperti di Jakarta. Misalnya Jak-TV, kan menggunakan frekuensi dari Jabar, begitu juga O Channel yang sudah siaran sejak beberapa tahun ini. Postel, KPI dan Pemda selayaknya turun tangan, tapi bukan untuk memberedel kreatifitas orang-orang daerah yang mencoba berjuang melalui TV lokalnya. Mereka harus di fasilitasi. Biarkan hukum alam yang berlaku, yang tidak ada penontonnya, otomatis tidak ada pemasukan, nanti juga akan mati dengan sendirinya. Ujung-ujungnya akan dikelola oleh para profesional. Toh, UU Penyiaran sudah memuat peraturannya dengan jelas. Televisi yang pantas diberedel adalah televisi yang bisa menghancurkan mental dan moral anak bangsa. Baik itu TV lokal maupun TV nasional. Waspadai content-nya atau program-programnya, buka perizinannya yang diputar kesana-kemari, yang nantinya akan menjadi sapi perah bagi oknum-oknum di Dinas Perhubungan (Pemda), Balai Monitor Frekuensi (Postel) atau KPID atau pihak-pihak lainnya. Sekali lagi saran saya adalah : Televisi itu, yang harus di waspadai adalah content-nya! Kalau content-nya sudah ngawur, waspadai pengelola-nya. Kalau pengelola-nya ngawurm pasti acara-acara station TV-nya juga ngawur! What do you think pal?

Read More ..

19 Agustus 2008

KPI: Waspadai Film Tom and Jerry dan Popeye

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta masyarakat mewaspadai penayangan film kartun Tom and Jerry dan si pelaut Popeye. Komisi mengimbau para orangtua mendampingi anak-anaknya ketika nonton film itu karena banyak gambar yang tidak pantas untuk dikonsumsi anak-anak. Demikian dikatakan Koordinator Pemantauan Langsung KPI Pusat, Yuzirwan Uyun, Selasa (19/8).Yazirwan juga meminta stasiun televisi yang memutar film kartun Tom and Jerry dan si pelaut Popeye mencantumkan klasifikasi acara, apakah termasuk dalam klasifikasi A (anak) dan BO (bimbingan orang tua). Film tersebut juga merupakan dua dari 15 tayangan anak yang dianggap berbahaya oleh YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak).Dari data YPMA, kartun Tom and Jery ditayangkan setiap hari kecuali Jumat oleh RCTI dan pada Senin - Jumat oleh TPI dan Trans7. Sedangkan kartun Popeye and Son ditayangkan setiap hari di ANTV.YPMA merilis 15 tayangan televisi yang berbahaya bagi anak-anak, yiatu Tom and Jerry (RCTI, TPI, Trans7) , Crayon Sinchan (RCTI), Si Entong (TPI), Popeye and Son (ANTV), Oggy and The Cockroaches (ANTV), Mask Rider Blade (ANTV), Detective Conan (Indosiar), Dragon Ball (Indosiar), Naruto 4 (Indosiar), Carita da Angel (Global TV), Ultraman Cosmos (Global TV), One Piece (Global TV) dan Samurai X (Global TV).Selain itu YPMA juga merilis 14 tayangan tv yang berkategori hati-hati bagi anak-anak yaitu Doraemon (RCTI), Idola Cilik Seleb dan Rapor (RCTI), Harveytoons (TPI), Transformer (ANTV), Pokemon Series 5 (Indosiar), Power Rangers SPD (Indosiar), Power Rangers Mystic (Indosiar), Scooby Doo Where Are You (Trans7), Shaggy and Scooby Doo Get A Clue (Trans7), New Scooby Doo Movie (Trans7), Avatar The Legend of (Global TV), Spongebob Squarepants (Global TV), Aang dan Skyland (Global TV).Sedangkan 15 acara yang aman untuk anak adalah After School (RCTI), Renovasi Sekolah (ANTV), Surat Sahabat (Trans TV), Cerita Anak (TransTV), Main Yuk! (Trans TV), Bocah Petualang (Trans7). Laptop Si Unyil (Trans7), Jalan Sesama (Trans7), Si Bolang Ke Kota (Trans7), Buku Harian Si Unyil (Trans7), Cita-citaku (Trans7), Dora The Explorer (Global TV), Go! Diego Go (Global TV), Chalkzone (Global TV) dan Backyardigans (Global TV)

Read More ..

18 Agustus 2008

Naruto & Detektif Conan Ditegur KPI

Ya, betul KPI memang menegur Naruto dan Detektif Connan. Berita tersebut saya kutip dari Milis Mediacare yang ditulis di detik sebelumnya. Beikut adalah berita selengkapnya :

Para orangtua harus lebih berhati-hati dengan tayangan kegemaran anak-anak di layar kaca. 4 Acara televisi, antara lain serial 'Naruto' dan 'Detektif Conan' mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kisah ninja 'Naruto' yang ditayangkan Indosiar dan Global TV dinilai telah menampilkan hal-hal mistis dan kekerasan. Serial animasi lainnya yaitu Detektif Conan yang ditayangkan Indosiar juga mendapat teguran.

"Tayangan ini sering menampilkan korban pembunuhan," kata anggota KPI Yazirwan Uyun di kantornya, Jl Gadjah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (19/8/2008). Dua acara lainnya yang mendapat teguran KPI adalah 'Bleach' yang ditayangkan Indosiar dan 'Cerita SMA' yang ditayangkan RCTI. 'Bleach' dinilai tidak tepat untuk anak karena mengandung mistis, 'Cerita SMA' tidak memperhatikan norma kesopanan," imbuhnya.

Seluruh acara yang dinilai telah melanggar UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran itu merupakan hasil pemantauan periode ke 3. Yaitu pada kurun waktu 14-29 Juni 2008. Yazirwan menjelaskan, stasiun televisi yang menayangkan keempat acara itu diminta agar melakukan perbaikan. "Kami hanya memberikan teguran, sejauh ini industri televisi sudah merespon dan banyak melakukan perbaikan. Kita juga meminta kepada orang tua agar tetap mengawasi dan dapat mengkategorikan tayangan ini untuk anak dan remaja," urainya.

Catatan Saya :
Sebetulnya, film kartun "Tom & Jerry" atau "Donald Duck" juga banyak adegan kekerasan dalam beberapa ceritanya. Jadi jangan hanya melihat apa yang pantas buat anak itu hanya film kartun. Jelas, pengelola harus TV juga harus menyeleksi dulu sebelum dibeli untuk ditayangkan buat anak-anak Indonesia.

Read More ..

15 Agustus 2008

Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 Mengangkat Pangsa Pemirsa TVRI

Berikut adalah Siaran Pers AGB Nielsen baru-baru ini :
Meski TVRI terkesan dilupakan pemirsa dengan banyaknya pilihan stasiun TV swasta dewasa ini, Upacara Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 yang spektakuler ternyata memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk memikat ribuan pasang mata, terutama remaja, untuk menyaksikannya. Ketajaman gambar yang menjadi salah satu masalah bagi pemirsa dalam menonton TVRI, nampaknya untuk sementara dikesampingkan demi menjadi saksi mata pesta Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 yang hanya disiarkan oleh TVRI.

Siaran langsung Upacara Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 meraih 2,4% dari total penonton yang menyaksikan TV antara pukul 19.00-23.00. Dibandingkan dengan perolehan pemirsa dari program-program di stasiun TV swasta, tentu saja angka ini terbilang kecil. Namun bandingkan dengan penayangan program reguler TVRI di minggu sebelumnya, pada jam yang sama, di mana pangsa pemirsa TVRI (channel share*) hanya sebesar 0,6%.

Sementara di kelompok remaja, pangsa pemirsa TVRI atas program spesial ini mencapai 4.1% dari total pemirsa. Jauh lebih besar dibandingkan periode reguler yang hanya berhasil meraih 0,3% pangsa pemirsa remaja.

Berdasarkan survei kepemirsaan TV AGB Nielsen Media Research di 10 kota, penayangan siaran langsung Upacara Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 selama empat jam tersebut (pukul 19.00-23.00) telah mengangkat perolehan pangsa pemirsa TVRI secara keseluruhan pada 8 Agustus lalu sebesar 133% menjadi 1,4% dari 0,6% pada minggu sebelumnya. Bahkan hingga siaran langsung tersebut berakhir, perolehan pangsa pemirsa TVRI pada dua jam berikutnya masih lebih tinggi dibandingkan minggu sebelumnya. Di sepanjang waktu siaran, khususnya di 10 kota survei, kenaikan pangsa pemirsa TVRI tercatat paling besar di kelompok remaja (15-19 tahun), yaitu mencapai lima kali lipat menjadi 1,9%. Pada minggu sebelumnya, pangsa pemirsa TVRI pada kelompok ini hanya 0,3%.

Kenaikan pangsa pemirsa TVRI ini juga terlihat di sebagian besar kota survei. Denpasar memperlihatkan kenaikan pangsa pemirsa TVRI yang paling tinggi, yaitu hingga mencapai 12 kali lipat menjadi 1,3%. Sementara Banjarmasin, dengan kenaikan hingga enam kali lipat menjadi 2,8%, memimpin perolehan pangsa pemirsa TVRI di antara kota-kota lainnya. Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Palembang juga menunjukkan berlipatnya pangsa pemirsa TVRI dibandingkan periode reguler pada minggu sebelumnya. Sebaliknya, Semarang, Makassar dan Yogyakarta tampak tidak seantusias kota-kota lainnya, mungkin karena penayangan Upacara Pembukaan Olimpiade Beijing 2008 ini kurang dikampanyekan secara besar-besaran.

Komentar Saya :
Bah! Siapa bilang TVRI kehilangan pemirsa? Jika programnya bagus, rating akan datang dengan sendirinya!!! Bravo TVRI!

Read More ..

14 Agustus 2008

Kisruh Hak Siar Liga Inggris

Kompetisi sepak bola Liga Inggris akan dimulai 16 Agustus 2008 ini, tapi station TV mana yang akan menayangkannya, ternyata masih simpang siur. Pada musim kompetisi lalu, PT. Direct Vision, operator cable TV Astro Indonesia, menayangkan seluruh pertandingan Liga Inggris. Tapi sekarang, belum jelas apakah Astro Indonesia akan menayangkan pertandingan bergengsi dari Inggris tersebut. 

Pemegang hak siar Liga Inggris, yaitu ESPN Star Sport (ESS) sempat memberikan penawaran hak siar kepada beberapa operator cable tv, seperti Indovision, Kabelvision, Telkomvision dan IM2. Menurut mereka, penawaran tersebut (US$25juta) untuk satu musim, terlalu mahal, apalagi hak tersebut tidak dapat dijual lagi ke station televisi lain. Akhirnya, Indovision, Kabelvision, IM2 dan Telkomvision membuat konsorsium untuk membeli hak siar Liga Inggris tersebut. Dengan begitu, tidak ada lagi cable tv atau Pay TV yang akan mendapatkan hak eksklusif. Tapi apakah ESS akan menerima keputusan ke-empat operator cable tersebut? Belum tentu, karena terdengar kabar bahwa penawaran tersebut hanya sebagai formalitas saja. Malahan santer gossip bahwa Liga Inggris akan ditayangkan di Aora TV, cable tv yang belum lama ini diresmikan. Kita tunggu saja tanggal mainnya.
Mengapa hak siar Liga Inggris menjadi kisruh? Tak lain yang membuat kisruh adalah soal angka-angka atau it's all about money, money and money! Kerkisruhan soal uang tidak pernah surut, dan setiap hari makin kusut dengan balutan berbagai persoalan. Tidak terkecuali bagi para pengelola station televisi.

Read More ..

12 Agustus 2008

Apakah Ini Korban Penipuan Acara Quiz di TV?

Berikut surat pembaca di Kompas berjudul : Hadiah ”Deal or No Deal” RCTI
Pada tanggal 11 Februari 2008, saya ikut sebagai kontestan acara kuis ”Deal or No Deal” di RCTI edisi spesial Hari Guru yang ditayangkan tanggal 4 Mei 2008. Saya memang tidak terpilih sebagai peserta yang maju ke ”meja panas”. Kebetulan yang berkesempatan maju saat itu Indra Kesuma, guru dan sukarelawan Jendela Dunia.
Sebelum kami tampil, pihak produser mengumpulkan kami dan memberi pengarahan. Supaya acara ramai dan tidak ada yang kecewa, kami diminta sepakat: siapa pun yang maju ke meja panas dan berapa pun perolehannya dibagi rata kepada enam kontestan. Dengan senang hati kami sepakat. Pihak RCTI menyatakan bertanggung jawab atas pembagian hadiah tersebut.
Namun, sampai sekarang uang hadiah tersebut tak kunjung diterima, meski setelah selesai acara kami dimintai nomor rekening guna mentransfer hadiah tersebut. Padahal, saya sebagai peserta terjauh dari Brebes sudah keluar biaya dua kali ke Jakarta untuk audisi dan pengambilan gambar. Memang hadiah bukan tujuan utama, hanya saya sudah telanjur berharap, apalagi saya hanya seorang guru SD di pelosok Brebes, ongkos ke Jakarta dua kali bersama keluarga tentu terasa berat.
Untuk konfirmasi lewat telepon ke RCTI sangat sulit. Saya jadi berpikir jangan-jangan janji hadiah dibagi rata hanya untuk membohongi kontestan agar tetap semangat. Peserta yang maju juga pernah saya telepon, tetapi kurang merespons. Mohon kepada pihak RCTI untuk dapat memberikan penjelasan.
Siswoyo Desa Pamulihan RT 10 RW 04 Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes

Read More ..

11 Agustus 2008

Tayangan TV Tentang Black Box Langgar Kode Etik?

Gencarnya beberapa stasiun TV memperdengarkan isi percakapan pilot dan co-pilot Adam Air dari blackbox pesawat yang mengalami kecelakaan di perairan Majene, Sulawesi Barat, dapat menimbulkan trauma pada masyarakat. Baik KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) maupun Dewan Pers, menilai, penayangan suara di saat-sat terakhir kecelakaan pesawat bernomor penerbangan KI-572 jurusan Jakarta–Manado, sebagai pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik, pedoman perilaku penyiaran, dan standar program siaran.

Sejumlah tayangan program berita yang dianggap melakukan pelanggaran itu, menurut KPI adalah Buletin Siang (RCTI), Berita Global (Global TV), Kabar Siang (tvOne), Topik Siang (Antv), dan Liputan 6 (SCTV). ”Pelanggaran tersebut pada bagian rekaman suara (soundbite) yang menunjukkan saat-saat terakhir pilot dan kopilot dan pesawat AdamAir. Dapat menimbulkan trauma sangat mendalam. Terutama pada keluarga, sahabat korban, dan masyarakat umum,” jelas Ketua KPI Sasa Djuarsa Sendjaja, di gedung KPI, Jakarta , Kamis (7/8).

KPI juga menyesalkan ditayangkannya ilustrasi animasi kecelakaan yang tidak mencantumkan keterangan secara lisan bahwa visualisasi yang ditampilkan merupakan rekayasa. “Ketiadaan informasi seperti itu, bisa menimbulkan kesalahpahaman pada masyarakat bahwa yang mereka lihat adalah kejadian aktual,” kata Sasa. Sementara Sabam Leo Batubara, Wakil Ketua Dewan Pers, menyatakan, berdasarkan pasal 30 ayat b UU No 40/1999 tentang pers, tidak boleh menggambarkan saat-saat terakhir kematian. “Berdasarkan UU penyiaran, dapat didenda, teguran, dipaksa tidak siaran, dan kalau masih dilanggar akan ada peringatan tertulis yang bisa mempersulit memperpanjang izin,” tegas Leo.

Catatan Saya :
Itulah satu lagi bukti bahwa pengelola TV hanya mementingkan berita tanpa memikirkan dampak pemberitaannya. Mereka tahu itu membuat buku kuduk merinding, tapi mereka merasa berjaya telah membuat bulu kuduk orang merinding. Mereka meniadakan perasaan mereka sendiri sebagai manusia. Yang penting berita!!!

Read More ..

08 Agustus 2008

KPPU Kembali Menyelidiki Monopoli MNC

Beberapa media, hari Kamis, 7 Agustus 2008 ini menurunkan pemberitaan tentang KPPU yang akan menyelidiki kembali praktik monopoli grup MNC milik Hary Tanoe. Rapat pleno Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kemarin urung memutuskan nasib kasus dugaan monopoli dalam pemusatan kepemilikan industri pertelevisian oleh PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNC). KPPU menangani kasus pemusatan kepemilikan MNC atas stasiun televisi RCTI, TPI, dan Global TV setelah menerima tembusan surat somasi dari Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI). MPPI menilai pemusatan kepemilikan melanggar Undang-Undang Penyiaran dan Undang-Undang Antimonopoli. Departemen Komunikasi dan Informatika dan Komisi Penyiaran Indonesia, yang disomasi, tak kunjung menangani kasus ini. Anggota MPPI Amir Effendy Siregar yakin anggota KPPU melihat ada indikasi kuat praktik monopoli. Tapi mestinya KPPU melihat monopoli yang lebih besar, yakni atas frekuensi. Amir, juga Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Suratkabat (SPS), yakin MNC bakal terjerat. “Pakai aturan penyiaran melanggar, pakai aturan antimonopoli apalagi,” katanya.

Catatan saya :
Sebuah langkah yang berani untuk mengulik laga monopoli grupMNC, yang nota bene sangat kuat dalam hal kepemilikan media dan uang yang beredar. Kita pernah mendengar berita pemberian mobil Jaguar kepada pejabat istana dari Hary Tanoe, walaupun dibantah, berita itu telah membentuk opini yang kuat dari sepak terjang seorang pengusaha kakap.
KPPU di uji nyalinya dalam menghadapi MNC, kita lihat saja. Bila berhasil, maka itu sebuah tindakan positif untuk menyelamatkan bangsa ini dari keseragaman informasi dan selera pemilik MNC terhadap program dan pemberitaan di layar televisi. Selamat bekerja KPPU!

Read More ..

06 Agustus 2008

Semarak Olimpiade Beijing 2008 di Layar TV

Masyarakat Indonesia dapat menyaksikan perhelatan olah raga dunia dari Beijing, China melalui TVRI. Bukan dari TV swasta! Apakah acara-acara dari Olimpiade 2008 sulit mendapatkan sponsor? Kalau iya, maka makin jelas saja tujuan para pengelola station televisi swasta. Mereka betul-betul hanya mencari uang semata. Jika tidak, pasti ada station TV swasta yang akan mengambilnya sebagai bagian dari pelayanan kepada masyarakat yang gemar berkompetisi dalam bidang olahraga.

Salut kepada TVRI yang akan menayangkan Olimpiade Beijing 2008, hanya saja, ada sedikit kesan, kalau di TV swasta, biasanya kemasan acara olahraga dibuat lebih kreatif, saya tidak tahu kalau di TVRI. Jangan-jangan hanya ditayangkan menggelinding begitu saja?

Selain di TVRI, Olimpiade Beijing 2008 dapat kita temui melalui layar televisi AORA, yang merupakan televisi berlangganan, yang baru saja dilaunching pada tgl. 1 Agustus 2008. Namun, karena banyaknya pertandingan di Olimpiade, baik TVRI maupun AORA, lebih memprioritaskan pertandingan yang diikuti atlet Indonesia, selain cabang-cabang olahraga yang populer.

Menurut Yon Anwar, Direktur Program dan Berita station televisi pelat merah tersebut, TVRI hanya menyiarkan 132,5 jam dari keseluruhan lebih dari 3.000 jam siaran. Sedangkan AORA melakukan siaran langsung setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 24.00 setiap hari sejak 9 Agustus 2008.

Kita harapkan, sisi lain dari pagelaran Olimpiade juga dapat terekam dilayar TVRI atau AORA, karena masih banyak potensi politik dari para pendemo yang masih konsen terhadap permasalahan hak azasi di China.

Read More ..

03 Agustus 2008

Ramai-ramai Menjual Kasus Ryan di Televisi

Kompas, 3 Agustus 2008 menulis : Pemberitaan kasus pembunuhan berantai dengan tersangka Very Idam Henyansyah (30) alias Ryan telah melebar ke mana-mana, hingga menelanjangi sisi gelap kehidupan pribadi orangtuanya. Pengamat menilai, media gagal bersikap proporsional untuk kasus Ryan.

Sebulan terakhir, hampir tidak ada hari tanpa berita mengenai kasus Ryan. Televisi berlomba-lomba menyiarkan kasus itu pada berita pagi, siang, dan sore. Televisi juga mengupas kasus itu dalam acara diskusi, obrolan ringan, hingga infotainmen. Sebagian surat kabar mengupasnya dalam serial berita dan feature.

Kasus Ryan memang ”seksi” dan mengandung banyak dimensi. Di situ ada pembunuhan berantai dengan banyak korban, salah seorang di antaranya diduga artis sinetron yang juga disebut- sebut kerabat artis Rima Melati. Kasus Ryan juga dibumbui percintaan sesama jenis dan kisah keluarga yang tidak harmonis.

Ada banyak pilihan sudut pandang bagi media massa. Namun, hal ini justru membuat banyak media yang gagal meramu pemberitaan kasus Ryan secara proporsional. Pemberitaan media cenderung melukai orang yang tidak berkaitan dengan kejahatan Ryan. Mari kita lihat bagaimana media massa memberitakan kasus ini.

Ketika kasus pembunuhan berantai ini mulai terkuak, sebagian media mengaitkan kejahatan Ryan dengan latar belakangnya sebagai seorang gay. Dengan meminjam pendapat beberapa kriminolog dan psikolog, media mengatakan bahwa kaum homoseksual cenderung lebih sadis jika melakukan pembunuhan dibandingkan dengan kaum heteroseksual.

Banyak orang menelan begitu saja pemberitaan media. Seorang ibu di Bogor, Jawa Barat, seusai menonton berita kasus Ryan di televisi berkata, ”Wah, ternyata (kaum) homo itu menakutkan.”
Begitulah, stigma negatif terhadap gay menguat melalui berita-berita mengenai Ryan. Banyak pemberitaan yang menyiratkan bahwa semua gay seolah- olah bisa melakukan perbuatan sadis. ”Kami menjadi sasaran tudingan di mana-mana gara-gara pemberitaan media. Semua orang mencurigai kami seolah-olah kami ini pembunuh,” ujar Hartoyo, Sekretaris Umum Our Voice, sebuah LSM yang membela hak- hak kaum gay dan biseksual laki-laki, Kamis (31/7).
Ketika korban-korban Ryan lainnya—ternyata tidak semuanya laki-laki—ditemukan terkubur di halaman rumah orangtuanya di Jombang, Jawa Timur, media mulai mengupas sisi gelap orangtua Ryan, Ahmad dan Kasiatun.

Sebuah stasiun televisi dengan sumber tidak jelas mensinyalir bahwa Ryan bukan anak kandung Ahmad. Pasalnya, ibu Ryan, Kasiatun, diduga telah hamil empat bulan ketika menikah dengan Ahmad. Anak dalam kandungan itu adalah Ryan. Stasiun televisi itu juga membumbui liputannya dengan mengatakan bahwa Kasiatun dulu dikenal sebagai gadis cantik yang genit. Sejauh mana sebenarnya relevansi kehidupan pribadi Kasiatun dengan kasus Ryan? Kalaupun Kasiatun terlibat dalam kasus tersebut, apakah tidak berlebihan jika media membeberkan kehidupan paling pribadinya itu?

Beberapa infotainmen juga membuat berita-berita dengan cantolan kasus Ryan. Ada yang menampilkan mantan gay—kebetulan pemain sinetron—yang sudah ”tobat”. Ada yang mengupas aroma mistik di rumah orangtua Ryan. Untuk mendramatisasi sisi mistik itu, sebuah infotainmen sampai-sampai ”mewawancarai” orang yang sedang kesurupan.

Komodifikasi
Herlina Agustin, Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, berpendapat, kasus Ryan benar-benar telah dikomodifikasi media massa, terutama televisi, demi mengejar rating. Kasus Ryan benar-benar jadi bahan dagangan. Sayangnya, kata Herlina, banyak berita yang keluar jauh dari konteksnya. ”Bukan hanya kejahatan Ryan yang dipersoalkan, tetapi juga ke-gay-annya dan sisi gelap kehidupan pribadi ibunya. Ini berlebihan dan, menurut saya, kurang ajar,” tegasnya, Kamis. Dia melihat, pemberitaan media mengenai Ryan tidak proporsional dan tidak adil. ”Media massa cenderung melakukan trial by the press, bukan hanya terhadap Ryan, tetapi juga keluarganya,” kata Herlina. Menurut dia, media berani melakukan hal itu karena Ryan dan keluarganya hanyalah masyarakat kecil yang tak berdaya. ”Dia pengangguran dan gay yang secara sosial termarjinalkan. Bandingkan dengan tersangka korupsi Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani yang berdaya secara ekonomi dan politik. Apakah media pernah menyinggung soal sisi gelap keluarga mereka?” ujarnya.
Herlina melihat, ada kecenderungan media bersikap lebih kejam terhadap orang yang tak berdaya.

Koordinator Bidang Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yazirwan Uyun menilai, kasus Ryan memang memiliki nilai berita tinggi sehingga menjadi menu utama pemberitaan media di mana-mana. Sejauh ini, menurut dia, pemberitaan kasus itu di televisi masih proporsional.
Uyun mengatakan, pihaknya terus memantau pemberitaan kasus Ryan di televisi. Dia berharap masyarakat ikut memantau dan melaporkan ke KPI jika pemberitaan televisi mengenai kasus Ryan merugikan. ”Terus terang, kami tidak sanggup memantau semua berita di televisi,” katanya.

Komentar Saya :
1. Jangan mengeneralisir kaum gay. Kaum non-gay juga banyak yang sadis. Itu buka karena gay atau karena ortu atau karena lingkungan, tapi memang sudah dari sananya harus gitu, ya gitu.
2. Televisi memang berlebihan dalam mengorek angle pemberitaan, terlihat persaingan yang menghalalkan segala cara dalam mendapatkan berita.
3. KPI kok gak sanggup mantau semua berita televisi? Pake system dong!

Read More ..

Aris Juara Indonesian Idol 5

Seperti yang sudah ditayangkan di RCTI, akhirnya Aris berhasil menjadi pemenang Indonesian Idol 5. Banyak puja puji dari fans dan para juri serta gemerlap lampu panggung menghiasi hidup Aris saat itu. Apakah ini akan menjadi jalan bagi Aris sebagai seorang selebritis baru? Atau hanya akan mengulang pengalaman pahit menjadi idola versi acara televisi, seperti yang pernah kami muat juga di blog ini? (Tulisan kompas tentang pemenang kontes nyanyi yang akhirnya mengutang disana-sini).

Kita berharap, kemampuan Aris bernyanyi dengan suara yang khas dan petikan gitarnya dapat menjadi jembatan kariernya dalam dunia musik Indonesia. Setelah kemenangan ini, ujian Aris selanjutnya adalah perjuangan dalam menggapai lanjutan kehidupan gemerlap yang sudah diraihnya kemarin. Asalkan jangan lupa diri dan sombong, tentu pintu selalu terbuka. Aris harus punya kemaun belajar banyak tentang banyak hal, mulai dari management artis, komposisi lagu, kontrak dan performance panggung, dll.

Aris harus dibantu oleh seorang asisten yang mengerti seluk-beluk dunia musik, agar tidak menjadi sapi perah bagi para produser musik yang mencari keuntungan dari seorang pengamen jalanan yang sedang mabuk ketenaran sesaat. Aris harus dijaga dari gurita industri, termasuk dari pihak-pihak RCTI sendiri yang merasa berjasa membesarkan Aris melalui Indonesian Idol.

Selamat atas kemenangan Aris, semoga tidak mengulang kisah sedih drama kontes nyanyi televisi yang berujung dengan hutang disana-sini.

Read More ..