25 Juli 2008

Menonton TV Turunkan Fungsi Retina Mata

Jakarta, Kompas - Kebiasaan terlalu lama menonton televisi/TV dan melihat TV dalam jarak dekat dapat menurunkan fungsi retina mata anak-anak.
”Televisi memancarkan sinar biru yang amat dekat dan berbahaya bagi anak,” kata Pratiwi Rapih Astuti yang memaparkan hasil penelitiannya bersama kawan- kawannya dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Jakarta, Kamis (24/7).
Penelitian berjudul ”Korelasi antara Menonton Televisi dan Fungsi Retina pada Anak” ini dilakukan oleh Pratiwi bersama kawan-kawannya, yaitu Wahyu Budi Santosa, Allan Taufiq Rivai, dan Dwi Notosusanto. Penelitian ini diikutsertakan pada Liga Medika Sains yang merupakan acara rutin tahunan yang diadakan oleh Lembaga Pengkajian dan Penelitian Senat Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa FKUI.
Menurut hasil studi terdahulu, sinar biru menyebabkan degenerasi retina dengan merusak sitokrom oksidase dan menghambat pernapasan sel. Lensa mata mereka relatif jernih sehing- ga tidak dapat meredam sinar biru dengan maksimal. Total sinar biru televisi yang diterima anak tergantung pada dua faktor: total waktu menonton per hari dan jarak saat menonton televisi.
Penelitian dilakukan bulan Juni 2008 terhadap 106 subyek. Subyek penelitian adalah murid- murid sekolah dasar berusia 6-13 tahun. Hasilnya, korelasi antara total waktu menonton televisi per hari dan jarak dari televisi saat menonton dengan contrast sensitivity mata kiri, mata kanan, dan kedua mata, yaitu semakin lama menonton televisi, skor fungsi retina semakin rendah, demikian juga jarak yang semakin dekat juga cenderung menurunkan fungsi retina pada mata anak.
Dari 106 anak yang diteliti, ternyata 25 anak mengalami penurunan fungsi retina (23,4 persen). Mereka rata-rata menonton televisi 2,29 jam per hari dengan jarak menonton 184,32 cm.
Sebaiknya anak-anak jarak mata saat menonton televisi 4 meter. Untuk anak usia 6-9 tahun sebaiknya menonton 60 menit per hari, untuk usia 9-13 tahun selama 90 menit per hari.

Catatan Saya :
Sudah menonton acara yang buruk, rusak pula mata awak! Bah...

Read More ..

17 Juli 2008

Tiga Tayangan TV Bermasalah Dievaluasi???

Kompas, Kamis 17 Juli 2008 menulis sbb. :
Surat teguran kepada Trans TV atas tiga program yang dinilai bermasalah oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI telah disikapi dengan evaluasi dan mendatangi KPI untuk menyamakan persepsi.

Sebagai tayangan unggulan, Trans TV tak ada niat untuk menayangkan hal yang seronok. Namun, karena komedi, bisa saja spontan muncul hal-hal yang di luar skenario. Yang pasti, keinginan kedua belak pihak sudah disepakati. Demikian dikatakan Manajer Humas Trans TV A Hadiansyah Lubis, Rabu (16/7), tentang teguran terhadap tiga program yang dinilai bermasalah KPI, yang diekspose pekan lalu.

Seperti dilaporkan KPI, pemantauan sepanjang Mei 2008, ditemukan empat tayangan bermasalah. Satu di antaranya adalah Extravaganza, mendapat teguran terakhir.
Koordinator Bidang Isi Siaran KPI Pusat Yazirwan Uyun mengatakan, tiga tayangan lain yang bermasalah adalah Ngelenong Nyok (Trans TV), One Piece (Global TV), dan Suami-suami Takut Istri (Trans TV). ”KPI Pusat melakukan pemantauan terhadap 285 tayangan anak (episode) dari 92 judul pada sembilan stasiun televisi,” ujarnya. Uyun menjelaskan, suatu tayangan dinilai bermasalah apabila mengandung unsur kekerasan (fisik dan psikologis), baik dalam bentuk tindakan verbal maupun nonverbal, pelecehan terhadap kelompok masyarakat dan individual, tidak melindungi kepentingan anak-anak, remaja dan perempuan, serta tidak sesuai dengan norma kesopanan.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia Karni Ilyas mengatakan, pihaknya sangat mendukung penilaian yang dilakukan KPI terhadap isi tayangan televisi-televisi. Namun, KPI sebaliknya juga diingatkan untuk hati-hati menilai suatu tayangan dan iklan. Menurut Karni, sebagai lembaga independen, KPI mestinya mempunyai kekuatan untuk memberikan sanksi, tak hanya sebatas teguran.

Catatan Saya :
KPI masih terlalu lunak kepada station TV. Mestinya langsung berikan punishment saja begitu ada indikasi melenceng. Jangan setelah melenceng beberapa kali, baru diperingati. Kasihan masyarakat dan anak-anak yang terus dijejali sampah layar kaca.

Read More ..

16 Juli 2008

Bisakah Era TV Digital Mulai 2009?

Kompas Rabu, 16 Juli 2008 tentang Telekomunikasi :
Entah kehadiran penyiaran televisi secara digital merupakan hal yang ditunggu-tunggu atau malah sebaliknya. Bukan hanya bisnis media televisi yang akan mengalami perombakan total, tetapi jutaan pesawat televisi pun sekarang harus menggunakan alat khusus untuk menerima siaran digital. Peristiwa ini akan menjadi tikungan tajam bagi para pengusaha. Jika tidak siap, mereka akan disalip kompetitor yang ada di belakangnya. Tetapi situasi peralihan ini juga menjadi peluang bagi yang sekarang tertinggal, atau bahkan baru mulai sama sekali, untuk bisa menjadi pemain papan atas.

Negara-negara besar yang sudah memulai migrasi ke digital dilakukan secara bertahap sampai akhirnya penyiaran analog seperti sekarang dihapuskan. Bisa saja negeri ini tinggal meniru langkah mereka, tetapi harus diingat negeri ini masih memiliki persoalan kemiskinan yang jauh lebih hebat dari negara-negara maju.

Rumusan

Perlu dirumuskan cara migrasi yang bijaksana, terutama menyangkut masyarakat kecil yang merupakan mayoritas pemirsa televisi analog sekarang. Bagaimana cara memberikan bantuan kepada masyarakat agar mereka tetap bisa menikmati layanan televisi menggunakan perangkat yang mereka miliki saat ini. Jika tidak hati-hati, persoalan ini bisa dipolitisasi, apalagi tahun 2009 ada hajat besar di republik ini untuk memilih pemimpin terbaik. Masalah teknis ini bisa-bisa menjadi komoditas politik yang bisa memanaskan situasi menjelang Pemilu 2009.

Sementara itu, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) telah melakukan berbagai persiapan. Mereka, antara lain, menetapkan penggunaan standar TV digital yang digunakan, yakni teknologi DVB-T (Digital Video Broadcast–Terrestrial), sedangkan standar radio digital masih dalam pengkajian. ”Depkominfo juga tengah menyiapkan regulasi untuk standardisasi perangkat, sedangkan pemetaan kanal frekuensi untuk penyelenggaraan TV siaran digital terestrial, baik TV siaran dengan penerimaan free-to-air maupun TV siaran digital bergerak (mobile TV), telah dilaksanakan,” kata Menkominfo Mohammad Nuh dalam sebuah rapat kerja di Jakarta bersama para anggota Komisi I DPR pada 26 Juni 2008.

Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV digital untuk penerimaan tetap free-to-air DVB-T pada band IV dan V UHF, yaitu pada kanal 28–45 (total 18 kanal). Di setiap wilayah layanan diberikan jatah enam kanal, dengan setiap kanal dapat diisi enam sampai delapan program siaran. Diharapkan pada tahun 2008 atau selambat-lambatnya tahun 2009 dapat dimulai era penyiaran digital di Indonesia.

Dalam waktu dekat akan dilakukan uji coba siaran (field trial) TV digital. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis dan nonteknis untuk dijadikan model bisnis, prediksi kinerja perangkat, dan layanan siaran yang diharapkan oleh masyarakat dan industri penyiaran.

Moratorium perizinan

Menghadapi rencana perubahan ini, setidaknya Depkominfo juga mengambil langkah menghentikan sementara waktu (moratorium) permohonan perizinan bagi penyiaran televisi dan radio. Hal ini mengingat akan banyaknya permohonan perizinan baru dan penundaan ini berlaku sampai era penyiaran digital (digital broadcasting). ”Kami juga berkeinginan dalam menjaga dan mengembangkan pertumbuhan industri penyiaran yang sehat perlu diciptakan keseimbangan antara jumlah penyelenggara penyiaran dan jumlah iklan yang ada,” kata mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu.

Hingga saat ini jumlah permohonan izin penyelenggaraan penyiaran (IPP) ada 2.425 permohonan. Untuk jasa penyiaran radio terdapat 2.167 perizinan, dengan rincian Lembaga Penyiaran Publik (LPP) 109, Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) 1.707, Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) 351. Adapun untuk jasa penyiaran televisi sebanyak 258, dengan rincian LPP 12, LPS 179, LPK 13, dan Lembaga Penyiaran Berbayar (LPB) sebanyak 54.

Dengan teknologi penyiaran digital slot untuk kanal frekuensi akan menjadi lebih banyak dan pemanfaatan alokasi frekuensi juga lebih efisien. Selain itu, kemungkinan membuat program yang interaktif dengan melibatkan semua pemirsanya akan lebih mudah.

Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi audio, video, multimedia, industri sinetron, film, hiburan, komedi, dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.

Menkominfo menyebutkan, masyarakat juga memiliki kesempatan lebih banyak untuk menjadi pemasok barang dan jasa bidang radio dan televisi digital, menjadi penyedia jasa pemasangan instalasi perangkat radio dan TV digital, membuat program aplikasi, dan kesempatan usaha lainnya.

Dalam penyelenggaraan penyiaran digital, Depkominfo saat ini sedang mengkaji penyelenggaraan penyiaran yang terdiri atas penyedia jaringan dan penyedia konten. Kajian ini untuk melihat kemungkinan penyelenggaraan penyedia jaringan yang jumlahnya tidak banyak tetapi membutuhkan investasi yang besar sehingga dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh konsorsium. (AWE)

Catatan Saya :
Siaran TV Digital akan menggantikan siaran TV analog secara serentak mulai 19 Februari 2009 di Amerika. Frekuensi analog akan dimatikan saat itu. Nantinya frekuensi itu akan dipergunakan untuk kepentingan publik, seperti Pemadam Kebakaran, Polisi, dll.
Masyarakat yang masih menggunakan TV analog tetap dapat menerima siaran TV digital, asalkan menggunakan receiver box yang dapat merubah digital menjadi analog pada setiap pesawat TV mereka. Untuk mendapatkan receiver itu, pemerintah Amerika membagikan 2 lembar voucher cuma-cuma kepada setiap keluarga seharga US$40,-yang dapat ditukarkan dengan receiver box di toko-toko yang menjual receiver digital to analog. Asalkan semua informasi clear, konvergensi TV analog ke TV digital tidak perlu merepotkan.

Read More ..

13 Juli 2008

Menelanjangi Kejahatan di Layar TV

Kompas Minggu, 13 Juli 2008 menurunkan tulisan Budi Suwarna berjudul "Menelanjangi Kejahatan" sebagai berikut :

Begitu banyak kepalsuan di sekitar kita. Ada dukun palsu, sampo palsu, pengemis palsu, sampai janji-janji palsu. Sejumlah program televisi mencoba menelisik dan menelanjangi kepalsuan dan kejahatan itu di hadapan publik. Hasilnya kadang mengagetkan.

Program ”Kontroversi” di Trans7 pekan lalu, misalnya, menayangkan liputan mengenai praktik dukun palsu yang marak di Kudus, Jawa Tengah. Para dukun palsu itu umumnya mengaku bisa memindahkan penyakit pasien—termasuk penyakit akibat santet—ke dalam sebutir telur. Kru ”Kontroversi” yang segar bugar mendatangi salah seorang dukun palsu dan menyamar sebagai pasien. Sang dukun langsung memeriksa dan menyimpulkan bahwa ”pasien” itu terkena santet. Melalui sebuah ritual, dukun itu memindahkan ”penyakit” di tubuh si ”pasien” ke dalam telur.
Nah, untuk membuktikan kesaktiannya, sang dukun kemudian memecahkan telur itu. Bimsalabim, di dalam telur terdapat beberapa paku dan jarum, yang katanya, berasal dari dalam perut ”pasien”.

Namun, Anda jangan terpesona dulu. Hasil penelisikan kru ”Kontroversi” menunjukkan, semua itu hanya akal-akalan sang dukun. Benda-benda tajam itu, sebelumnya, memang sudah ada di dalam telur itu. Bagaimana caranya? Sumber ”Kontroversi” membongkarnya untuk pemirsa dengan sebuah demonstrasi. Pertama-tama, telur direndam di dalam cairan cuka hingga kulitnya lembek. Setelah itu, kulit telur disayat. Melalui sayatan itu, jarum dan paku dimasukkan ke dalam telur. Kemudian, telur direndam di air bening hingga kulitnya kembali mengeras. Telur inilah yang digunakan dukun palsu untuk membuktikan ”kesaktiannya”.

Jenis liputan semacam itu juga bisa ditemukan dalam program ”Telusur” di TVOne. ”Telusur” pernah membongkar perdagangan sampo palsu dan kosmetik palsu di Karawang, Jawa Barat. Hasil penelisikan ”Telusur” menemukan, banyak krim pemutih palsu yang dibuat dari bahan-bahan kimia berbahaya, seperti soda api. Bayangkan, jika krim pemutih palsu itu dioleskan di atas kulit manusia. Alih-alih mulus, kulit Anda malah bisa melepuh. Karena itu, kepalsuan semacam ini adalah sebuah kejahatan.

”Metro Realitas” di Metro TV pada edisi-edisi awal, beberapa tahun lalu, juga pernah membongkar kawanan pengumpul uang amal yang banyak beredar di bus dan pinggir jalan. Hasil penelusuran kru ”Metro Realitas” menunjukkan, mereka tidak menyalurkan uang itu untuk kemaslahatan umat melainkan untuk kemaslahatan pribadi. ”Bos kawanan pengumpul amal palsu itu kaya raya dan rumahnya di Jakarta Utara besar sekali,” kata Swasti Astra, Manager News Magazine Metro TV.

Ditelanjangi

Bagaimana kejahatan seperti itu ditelanjangi? Para kru ketiga program itu sama-sama menggunakan kamera tersembunyi yang menangkap praktik-praktik kejahatan. Karena itu, adegan yang terekam sungguh mencengangkan, seolah-olah kejahatan terjadi tepat di hadapan kita. Program ”Kontroversi”, misalnya, menangkap secara detail aktivitas kawanan copet di sekitar Stasiun Kereta Api Bogor, Jawa Barat. Bagaimana para copet merogoh tas pejalan kaki tergambar dengan jelas. Bahkan, bagaimana copet membagi sebagian ”rezekinya” kepada oknum polisi yang melindungi mereka juga terekam. Julius Sumant, Associate Producer Trans7, menceritakan, kru ”Kontroversi” telah mengamati kawanan pencopet itu seminggu sebelumnya. ”Setelah itu, kami memasang kamera tersembunyi di tempat strategis agar bisa merekam semua aktivitas mereka,” ujarnya, Kamis (10/7).

Inilah kelebihan bahasa gambar di televisi. Tanpa basa-basi, televisi membongkar kejahatan di depan hidung kita. Kita sering terenyak melihatnya dan baru sadar dengan beragam modus kejahatan di sekitar kita. Sayangnya, pada beberapa episode, pengemasan liputan tidak maksimal. Hasil rekaman kamera tersembunyi yang kabur atau goyang pun seringkali tetap digunakan. Mungkin karena stok gambarnya kurang.

Lepas dari kekurangannya, acara seperti ini mengandung unsur edukasi. Apalagi acara ini juga seringkali memberikan tips kepada pemirsa bagaimana menghindari kejahatan atau membedakan antara produk asli dan palsu.

Sehari-hari

”Kontroversi” telah tayang sejak pertengahan 2007 setiap Senin pukul 16.30 dan Minggu pukul 22.00. Sejauh ini, program tersebut konsisten menyoroti kejahatan yang terjadi di sekitar kita. ”Kami memang hanya memilih isu yang menyangkut kemaslahatan orang banyak sebab isu seperti itu menarik perhatian pemirsa,” ujar Julius.

Begitu pula ”Telusur”. Program yang ditayangkan setiap Selasa dan Kamis pukul 22.30 ini lebih berkonsentrasi menggarap isu yang mengusik kepentingan orang banyak, seperti pemalsuan bedak bayi, sampo palsu, dan mafia narkoba. ”Kami memilih isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kejahatan kerah putih kami bahas di program yang lain,” ujarnya.
Bagaimana dengan ”Metro Realitas” yang ditayangkan setiap Senin dan Rabu pukul 23.00? Swasti menjelaskan, pihaknya kini lebih fokus membongkar kejahatan kerah putih, seperti korupsi dan penyelundupan. ”Isu seperti itu sesuai dengan target pemirsa kami,” ujarnya.

Catatan Saya :
Kamera tersembunyi memang bagus, tapi hati-hati sama pembuat kebijakan di negeri ini. Jika mereka yang menjadi korban, maka akan ada Undang-undang yang melarang kamera tersembunyi. Saat ini mungkin oke-oke saja, karena yang jadi korban hanya penjahat kelas 'teri', bukanm kelas kakap.
Acara seperti itu juga bukan saja membuat masyarakat berhati-hati, tetapi juga dapat sebagai 'guru' bagi orang-orang yang ingin berbuat jahat. Orang TV harus mencari jalan keluar agar acaranya itu tidak dijadikan inspirasi untuk orang berbuat jahat!

Read More ..

08 Juli 2008

Tidak Ada Gegap Gempita PON di Layar TV Kita?

Seorang kawan berkata, "Saya menonton TV tidak terlalu sering, tapi pasti setiap hari menyalakan TV, hanya saja waktunya yang tidak tetap", begitu kira-kira ia mengawali pembicaraan kepada saya. Lalu ia melanjutkan, "walaupun begitu, pada saat musim Piala Eropa kemarin, saya hampir selalu menemukan tayangan siaran Piala Eropa, baik itu berupa tayangan ulang, berita atau live pada malam hari". Saya manggut-manggut saja, "Itu tidak hanya ada di station RCTI, TPI dan Global saja lho!", tambahnya.

Singkat cerita, kawan saya itu hendak menyampaikan bahwa, sekarang ini sedang ada Pesta Olahraga Nasional ke XVII di Kalimantan Timur, tapi setiap kali ia menyalakan pesawat televisinya, ia belum pernah menemukan siaran tentang PON tersebut, entah itu tayangan langsung pertandingan atapun pemberitaannya.

Saya manggut-manggut lagi, betul juga apa kawan saya bilang ini. Saya pun karena kesibukan lain, beberapa kali menonton TV, tapi memang belum pernah menemukan PON sedang ditayangkan di TV kita. Saya tahu PON hanya dari situs Radio Elshinta yang selalu saya buka di internet setiap malam, tapi di layar TV, kayaknya memang belum pernah.

Kemana gegap gempita Olahraha Nasional kita? Ah, pantas saja kalau olah raga kita melempem, ternyata dukungan media tidak sebesar Piala Dunia atau Piala Eropa! Apakah karena kurang komersial? Komersial atau tidak itu tergantung para pekerja media dan penyelenggara itu sendiri sebetulnya. Itu adalah tantangan kreatifitas mereka. Tapi saya sebagai orang biasa, ternyata sudah beberapa hari ini saja belum menemukan siaran PON di layar TV kita, walaupun ditonton secara acak.

Saya yakin ada siaran PON di TV kita, tidak mungkin tidak, apalagi pada siaran TV nasional, hanya saja eksposurenya kurang. Mungkin asal ada saja. Itulah yang saya maksud tidak ada dukungan yang bagus untuk Olah Raga Nasional. Jadi, selamat hanya menjadi bangsa penonton Piala Eropa atau Piala Dunia saja. Bukan sebagai bangsa yang ikut di tonton dunia dalam bidang olah raga.

Makanya jangan heran kalau berita PON miring melulu, misalnya : Dua hari mau bertanding, Venue belum selesai dibangun, Hakim garis pake sandal jepit karena seragam belum tiba, Catering terlambat, atlit pun kelaparan, Penginapan yang sulit dicari sehingga pada kesasar, ah masih banyak lagi cermin ketidakprofesionalan bangsa ini dalam menangani event PON. Sedih juga, mungkin ada bagusnya kalau media memang tidak mengekspos kebobrokan tersebut.

Read More ..

02 Juli 2008

Surat Pembaca Kompas Lagi Tentang Tayangan TV yang Tidak Mendidik

Surat Pembaca Kompas tentang "Tayangan Tidak Mendidik" sbb. :
Banyak tayangan TV yang tak mendidik diteruskan karena rating. Selain sinetron yang menjual mimpi dan kemewahan, menyesatkan pikiran, mengumbar kekerasan; akhir- akhir ini juga muncul kontes nyanyi yang tak baik ditonton anak-anak. Contohnya adalah Super Soulmate Show dan sejenisnya di Indosiar.
Program seperti ini ditayangkan hampir setiap hari dengan durasi enam jam, dari petang hingga tengah malam. Yang khas dalam tayangan ini dan sangat mengganggu ialah kehadiran komentator lelaki yang selalu berpenampilan dan bertingkah laku seperti perempuan. Komentator dengan penampilan seperti ini juga bisa disaksikan pada Idola Cilik di RCTI yang notabene target pemirsanya adalah anak-anak.
Layakkah peran yang dibawakan komentator itu diteladani anak-anak?
Saya beranggapan, teguran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa waktu lalu kurang keras karena hanya menyangkut suatu adegan/dialog pada sebuah episode saja. Menurut saya, teguran harus ditujukan pada format acara tersebut secara keseluruhan sebab tak ada unsur pendidikannya, bahkan berpotensi membodohi penonton.
Dapatkah para pelaku di industri siaran ini berpikir sedikit lebih waras untuk menayangkan program mendidik dan bukan hanya mengejar rating atau untung semata?
(Doddy Jalan Bintara Jaya I, Bekasi)

Read More ..