29 September 2009

KPI Himbau Metro TV, ANTV dan TV One

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Senin (28/9) kemarin memberikan surat himbauan kepada TV One, Metro TV dan ANTV atas tayangan yang sering ditampilkan beberapa waktu terakhir mengenai perebutkan kursi jabatan Ketua Umum Golkar.Dalam suratnya, KPI Pusat mengingatkan tentang pasal-pasal dalam UU Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang secara jelas mengatur bahwa isi siaran wajib dijaga netralisasinya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Karena itu sangatlah penting bagi stasiun televisi untuk tidak mencampuradukkan kepentingan golongan dan kepentingan penyiaran.

Read More ..

20 September 2009

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1430 H.

Minal Aidin Walfaidzin

Mohon Maaf Lahir dan Bathin




Moderator Blog Dunia TV

Read More ..

17 September 2009

Ketika Ramadhan, Porsi Program Hiburan dan Religi Lebih Besar

Komedi Saatnya Kita Sahur (Trans TV) menjadi program yang paling banyak ditonton oleh pemirsa saat sahur. Kemudian disusul Para Pencari Tuhan Jilid 3 (drama seri di SCTV), USC: FC Barcelona vs Shakhtar (olahraga di RCTI), dan Opera van Java (variety show di Trans7). Sepanjang hari selama bulan Ramadhan, porsi tayang program hiburan dan religi di televisi lebih besar dibandingkan sebelumnya, bertambah 3 persen menjadi 27 persen dari total jam tayang sehari.

Demikian hasil penelitian yang dipaparkan Hellen Katherina, Associate Dorector Marketing & Client Service AGB Nielsen Media Research, kepada pers di Jakarta, pekan lalu di Jakarta. Kenaikan itu terutama dikontribusi oleh ragam hiburan yang disiarkan saat sahur. "Bertambahnya durasi tayang dibarengi dengan bertambahnya durasi menonton program hiburan menjadi rata-rata 21 menit per hari saat sahur," katanya.

AGB Nielsen Research melakukan survei kepemirsaan televisi, dari 22 Agustus sampai 7 September, di 10 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Denpasar, dan Banjarmasin, dengan populasi sebesar 46.719/473 individu usia 5 tahun ke atas. Survei ini tidak mewakili kepemirsaan televisi seluruh masyarakat di Indonesia.

Hellen menjelaskan, porsi tayang program religi juga bertambah dari 3 persen menjadi 6 persen dari total jam tayang sehari, dikontribusi oleh tayangan saat buka . Pada saat bersamaan, porsi penonton pemirsa pun bertambah dari hanya 1 persen menjadi 4 persen dari total jam menonton per hari.

Meskipun porsi tayang program ini bertambah, seperti halnya jam menonton pemirsanya, program reality show dan sinetron masih merajai kepemirsaan TV saat buka, tandasnya . Rating lima besar tayangan saat buka adalah Take Me/Him Out Indonesia (Indosiar), Termehek-mehek (Trans TV), Cinta dan Anugerah (RCTI), Para Pencari Tuhan Jilid 3 (SCTV), dan Manohara (RCTI).

Hellen mengungkapkan, penonton televisi saat sahur (02.00-05.00) naik 10 kali lipat dalam dua minggu pertama bulan Ramadhan tahun ini. Potensi penonton tercatat mencapai 12,2 persen dari 46,7 juta orang usia 5 tahun ke atas, atau sekitar 5,7 juta orang per hari. Jumlah ini jauh lebih tinggi daripada hari-hari regular, yang potensi penontonnya hanya 1,2 persen dari populasi TV (566 ribu orang/hari). Hadirnya program-program spesial yang menemani waktu sahur pemirsa turut mendongkrak kenaikan ini.

Seniman dan pemerhati pertelevisian Asril Koto ketika diminta tanggapannya tentang program televisi yang tinggi ratingnya itu, menilai program tersebut belum menunjukkan kualitas yang diharapkan. Hanya menilai secara kuantitatif. "Padahal, mestinya selama Ramadhan program dakwah keagamaan diperbanyak," katanya.

Menurut dia, pemirsa sebenarnya mengharapkan tayangan yang mencerahkan dan mencerdaskan. Tidak seperti sekarang, yang dominan komedi atau reality show yang hanya sebatas hiburan dan tidak mencerdaskan.

Senada dengan itu, Ferli Zulhendri, pengamat media di Bandung, mengatakan, nasib pemirsa televisi seolah dipaksa menonton, dan tak ada pilihan program acara lain pada saat bersamaan (sahur dan buka puasa). Hampir semua stasiun TV menayangkan program serupa, tidak ada yang berani menawarkan program lain yang mencerdaskan pemirsanya, katanya. (Kompas)

Read More ..

13 September 2009

Stasiun TV Diminta Hati-hati Tayangkan Infotainment

Seluruh stasiun TV dihimbau supaya berhati-hati ketika menayangkan program infotainment yang mengulas perihal rumah tangga atau perceraian artis. Hal itu ditegaskan oleh KPI Pusat dalam surat himbauannya kepada semua stasiun televisi, baru-baru ini.

KPI Pusat juga menyayangkan dan mengingatkan bahwa wawancara yang dilakukan kepada anak dibawah umur mengenai persoalan rumah tangga dan perceraian orang tuanya tidak dibenarkan dan bertentangan dengan P3 dan SPS KPI.

Pasal 8 Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan Pasal 17 Standar Program Siaran (SPS) menyebutkan lembaga penyiaran dalam memproduksi dan menyiarkan berbagai program dan isi siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak-anak. Bahkan, Pasal 46 SPS secara tegas memuat larangan terhadap lembaga penyiaran untuk mewawancari anak dan remaja di bawah umur 18 tahun mengenai hal-hal diluar kapasitas mereka untuk menjawab seperti tentang kematian, perceraian, perselingkuhan orang tua dan keluarga, serta kekerasaan yang menimbulkan dampak traumatik.

Dalam surat himbauan tersebut, KPI Pusat meminta agar semua stasiun TV tidak lagi menayangkan wawancara terhadap anak mengenai hal-hal yang sudah dijelaskan tersebut. KPI Pusat menegaskan akan memberikan sanksi jika dikemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut. (KPI)

Read More ..

10 September 2009

Tayangan Ramadhan di Televisi Nasional Kurang Mendidik

Kualitas siaran mayoritas televisi swasta nasional saat ini dinilai masih buruk, termasuk pada bulan Ramadhan saat ini. Tayangan-tayangan kurang mendidik justru lebih mendominasi ketimbang tayangan religi.

"Isi siaran teve di Jakarta hanya menghabiskan emosi, tetapi tidak ada nilai mendidiknya," tutur Atie Rachmiatie, Komisioner Bidang Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jabar, Kamis (10/9).

Maraknya tayangan sinetron, reality show, acara kuis, dan dramatisasi fakta seperti dalam kasus penyergapan teroris di Temanggung menunjukkan buruknya mutu siaran televisi.

Menurut Nursyawal, anggota KPID lainnya, berdasarkan data laporan pengaduan dan pengawasan isi siaran, sangat jarang isi siaran di televisi lokal yang dianggap melenceng dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Tahun ini, misalnya, setidaknya ada 61 aduan dari masyarakat tentang isi siaran yang seluruhnya terkait televisi swasta.

Bahkan, sepanjang bulan Ramadhan ini, mayoritas televisi swasta, seperti diungkapkan Wakil Ketua KPID Jabar Haris Sumadiria, telah cenderung melakukan pendangkalan terhadap nilai-nilai keagamaan Islam. Waktu di jam-jam sahur justru lebih banyak diisi dengan tayangan bobodoran atau komedi. Bukan dengan tayangan-tayangan menyejukkan.

Terjadi kecenderungan komodifikasi tayangan Ramadhan. "Memanfaatkan momentum Ramadhan untuk bisnis sah-sah saja, tetapi kan harus mendengar pula aspirasi masyarakat yang ingin tayangan-tayangan menyejukkan," tutur Dadang Rahmat Hidayat, Ketua KPID Jabar, menambahkan.

Semestinya pada bulan Ramadhan ini tayangan-tayangan yang lebih baik dimunculkan. "Anggap saja seperti CSR (corporate social responsibility) mereka," tutur Atie kemudian.

Read More ..

Wanita, Penonton Utama TV Saat Berbuka

Pada saat jam berbuka puasa dan shalat tarawih, pemirsa televisi didominasi kaum perempuan.

Dibanding Juli 2009, berdasarkan jenis kelamin, terjadi kenaikan jumlah wanita yang menonton televisi pada pukul 16.00-18.59, 19.00, dan 20.59. Jam-jam tersebut adalah saat berbuka dan tarawih.

"Kenaikan pada saat berbuka sebesar 109 persen dan 111 persen saat tarawih," ujar Andini Wijendari, Executive AGB Nielsen Media Research di Jakarta, Kamis (10/9 ).

Pada pria, saat waktu berbuka, terjadi kenaikan sebanyak 91 persen dan saat tarawih naik sebesar 89 persen. Selain dari jenis kelamin, banyaknya wanita yang menonton televisi pada saat berbuka dan tarawih dapat dilihat dari jenis pekerjaan.

Kenaikan terbesar pemirsa televisi pada saat berbuka dan tarawih terjadi pada ibu rumah tangga. Dibanding bulan Juli, jumlah ibu rumah tangga yang menonton televisi pada pukul 16.00-18.59 dan 19.00-20.59 meningkat masing-masing sebesar 123 persen dan 132 persen.

Jumlah pemirsa pelajar menyusul dengan kenaikan 107 persen saat berbuka dan 95 persen saat sahur. Lalu, pekerja informal naik 91 persen saat berbuka dan 99 persen saat tarawih. Pekerja formal juga meningkat dari 91 persen saat berbuka dan 84 persen saat sahur. Adapun pensiunan mengalami tingkat kenaikan paling sedikit, yaitu 89 persen saat berbuka dan tarawih.

Ia memperkirakan peningkatan pemirsa wanita pada saat berbuka dan tarawih disebabkan banyaknya suplai program religi, hiburan, maupun sinetron pada jam-jam tersebut. Lebih jauh ia mengatakan, secara global terjadi peningkatan pemirsa selama bulan Ramadhan ini. Penonton televisi saat sahur dalam dua minggu bulan Ramadhan ini memiliki potensi penonton tercatat mencapai 12,2 persen dari 46, 7 juta orang usia lima tahun ke atas. Jumlah tersebut setara dengan 5,7 juta orang per hari.

"Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding periode reguler yang potensi pemirsanya hanya 1,2 persen dari populasi atau 566.000 orang per hari," ungkapnya.

Adapun pada saat berbuka, kata Andini, juga terjadi peningkatan, meski jumlahnya tidak terlalu fantastis. Pemirsa saat berbuka naik dari 17 persen menjadi 19,8 persen atau setara dengan 8,8 juta orang per hari.

Read More ..

05 September 2009

Hasil Kuisioner KPID Sulsel: Sinetron Manohara Dipilih Sebagai Acara Terburuk

Sebanyak 112 daftar acara televisi dipilih masyarakat sebagai acara yang termasuk dalam kategori buruk. Sedangkan 143 acara lainnya dikategorikan sebagai acara yang baik. Dari acara-acara yang dikategorikan sebagai acara buruk itu, sinetron Manohara di RCTI menempati posisi teratas di antara tujuh acara yang dianggap paling buruk. Sementara posisi terburuk kedua hingga ketujuh, masing-masing ditempati oleh acara Curhat Bersama Anjas di TPI, sinetron Tarzan Cilik di RCTI, sinetron Inayah di Indosiar, Cinta Fitri di SCTV dan film kartun Spongesbob di Global TV, serta acara reality show Termehek-mehek.

Demikian hasil penilaian yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam rilisnya ke Tribun, Kamis (3/9).

Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Sulsel Rusdin Tompo mengatakan, penilaian tersebut merupakan hasil rekapitulasi kuisioner yang diisi masyarakat yang berkunjung ke stand KPID Sulsel pada pameran pembangunan dalam rangka peringatan HUT ke-64 Kemerdekaan RI di Benteng Somba Opu, Makassar, 12-16 Agustus 2009 lalu.

"Mereka yang berkunjung ke stand KPID Sulsel itu diminta mengisi kuisioner dengan menulis secara bebas atau memilih sendiri lima acara yang menurutnya buruk dan lima acara yang dianggap baik," jelasnya.

Jumlah pengunjung yang mengisi kuisioner itu sebanyak 94 orang. Diakui tidak semua pengisi kuisioner menulis secara lengkap acara-acara yang termasuk dalam kedua kategori tersebut. Para pengisi kuisioner berasal dari beragam profesi, seperti PNS, wiraswasta, ibu rumah tangga dan juga pelajar. Hasilnya, sinetron yang dibintangi oleh Manohara Odelia Pinot, yang populer setelah kasus KDRT-nya mencuat, itu dipilih oleh 18 orang," jelasnya.

Sementara acara Curhat Bersama Anjas dipilih 13 orang, Tarzan Cilik dipilih 12 orang, sinetron Inayah, Cinta Fitri dan film kartun Spongesbob masing-masing dipilih 11 orang, dan Termehek-mehek dipilih oleh 9 orang.
Acara-acara yang juga dianggap buruk dari hasil kuisioner itu antara lain acara Bukan Empat Mata di Trans 7, Back Street di SCTV, Extra Vagansa di Trans TV, Kecil-kecil Jadi Manten di TPI, Muslimah di Indosiar.

Sedangkan untuk acara-acara televisi yang dinilai bagus, berturut-turut ditempati oleh acara musik Inbox di SCTV (dipilih 17 orang), berita Liputan 6 di SCTV dan Seputar Indonesia di RCTI masing-masing dipilih 15 orang, acara Dahsyat di RCTI dipilih 13 orang, acara KDI di TPI dipilih 12 orang dan sinetron Cinta Fitri di SCTV (dipilih 10 orang).

Tidak Mewakili Selera Umum

Menurut Rusdin Tompo, jumlah pengisi kuisioner memang tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan atau menggambarkan selera masyarakat secara umum. Tapi paling tidak bisa memberi gambaran bagaimana sikap masyarakat terhadap tayangan-tayangan yang mereka tonton selama ini.

Hasil pengisian kuisioner ini juga akan mejadi masukan bagi KPID Sulsel dalam meningkatkan kinerja pengawasannya.

Selain itu, hasil rekapitulasi ini akan menjadi bahan evaluasi bagi KPID Sulsel dalam mendorong lembaga penyiaran TV untuk memproduksi siaran-siaran yang lebih mendidik dalam rangka melindungi kepentingan publik, terutama anak-anak dan remaja sebagai khalayak khusus.

"Bahkan juga penting sebagai umpan balik bagi pihak stasiun TV yang bersangkutan agar memproduksi siran-siaran yang sehat demi kemajuan industri penyiarannya," tutur Rusdin yang juga aktivis anak ini. (Tribun Timur)

Read More ..

03 September 2009

450 Adegan Tak Layak Tayang di Minggu I Ramadhan

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencatat selama satu minggu pertama Ramadhan, telah terjadi 450 adegan pada program Ramadhan yang tidak layak tayang. Adegan tersebut mengandung unsur kekerasan dan pelecehan dalam lelucon yang ditampilkannya.

"Kebanyakan tayangan Ramadhan hanya memberikan hiburan tanpa pelajaran yang bermakna," ujar Fetty Fajriati, Wakil Ketua KPI, di Jakarta, Kamis (3/9).

Ia menuturkan, materi dialog tidak memperlihatkan usaha menyesuaikan dengan nuansa Ramadhan. Para pengisi acara saling mencemooh dengan kata-kata kasar. "Perempuan masih menjadi pelecehan dalam lawakan yang ada," ucapnya.

Tayangan Ramadhan juga mempertontonkan perilaku kekerasan dengan maksud mengeluarkan lelucon diantara host seperti memukuli atau melempar barang kepada pengisi acara. "Tindakan itu memang dimaksudkan untuk membuat tertawa pemirsa. Namun hal tersebut tidak sepantasnya ditayangkan, apalagi banyak anak-anak yang melihatnya," tutur Fetty.

Selain itu, lanjut dia, pertanyaan yang pada kuis tayangan Ramadhan juga tidak mendidik. Pertanyaan pada kuis tersebut tidak berhubungan dengan Ramadhan atau pengetahuan agama lainnya. "Bisa saja pertanyaan yang ada berkaitan dengan masalah keagamaan. Selain mendapatkan hiburan, pemirsa juga mendapat pengetahuan agama," ujarnya.

Lebih jauh Fetty mengatakan, nuansa agamis belum terasa pada minggu pertama bulan Ramadhan ini, informasi siaran agama masih minim. Dari 18 jam, siaran agama hanya berdurasi 20 sampai 30 menit. "Itu pun bersifat dialog dan ditayangkan pagi hari setelah Shubuh," kata dia.

Fetty menyayangkan hal tersebut, menurutnya para stasiun televisi harus menambah durasi bagi tayangan agama. "Pada sisa bulan Ramadhan seharusnya ada perbaikan. Perbaiki kualitas tayangan agar bulan ramadhan dapat pembangunan akhlak," pungkasnya.

Read More ..

MUI Kritik 3 Sinetron Tayangan Indosiar

Majelis Ulama Indonesia memberi catatan khusus pada tiga sinetron yang ditayangkan pada stasiun televisi Indosiar pada bulan Ramadhan ini.

MUI menilai ketiga sinetron tersebut menodai sejumlah program Indosiar di bawah tema besar "Ramadhan Membawa Berkah". Ketiga sinetron tersebut adalah Tangisan Isabela pukul 18.00-19.00, Jiran yang ditayangkan pukul 19.00-20.00, dan sinetron Inayah pada pukul 20.00-21.00.

"Ketiga tayangan tersebut ditayangkan sehabis magrib. Ketiganya penuh adegan kekerasan dan kata-kata kasar, pelecehan perempuan, dan melecehkan nilai agama," ujar Said Baduari, Kepala Bagian Informasi MUI, dalam konferensi pers "Hasil Pantauan MUI terhadap Tayangan Televisi pada Pekan Pertama Ramadhan", di Gedung MUI, Kamis (3/9).

Pada sinetron Jiran, MUI memberikan kritik karena sinetron yang diproduseri Ram Soraya ini menonjolkan adegan kekerasan secara vulgar. Contohnya, kekerasan terhadap Jiran oleh kerabat Sultan dalam upaya menyakiti Jiran dan menggugurkan kandungan. Sinetron Jiran dianggap minim unsur pendidikan dan hanya membangkitkan sentimen anti-Malaysia.

Sinetron Jiran, lanjut dia, juga merendahkan dan melecehkan martabat perempuan. Pasalnya, dalam sinetron tersebut terdapat adegan jual beli perempuan kepada orang lain, tanpa kritik berarti. "Jiran juga penuh ucapan kasar, makian, dan bentakan. Seperti ucapan Sultan yang akan membubuh Mak Cik Noor bila menghalangi keinginan Sultan," ucap dia.

Kritik MUI juga mengena pada sinetron Tangisan Isabela. Sinetron produksi Soraya Intercine Film ini dianggap menonjolkan kekerasan dan kata-kata kasar secara vulgar. "Misalnya adu jotos dan adu mulut antara Imran dan Faris hingga Imran menodongkan pistol di pelipis Faris. Berhamburan kata-kata kasar dan makian di antara keduanya," kata dia.

Tangisan Isabela, kata dia, merendahkan dan melecehkan martabat perempuan, menyakiti, menculik, menyandera hingga mengikat Isabela di tempat tidur. Pada adegan tersebut, orang-orang di sekitar membiarkan dan tidak ada tindakan atau ucapan yang mengoreksi tindakan tersebut.

"Kalimat yang diucapkan Faris, Imran, dan keluarga kesultanan penuh ucapan kasar dan selalu nada kebencian dan kelicikan," kata dia.

Sinetron ketiga yang dikritik MUI adalah Inayah. Ia mengatakan, sebelum bulan Ramadhan, MUI telah melayangkan kritik pada sinetron tersebut. "Nama sinetron Inayah mempunyai sejarah yang panjang. Namun, isi ceritanya sama saja dan MUI sering mengkritik itu," kata dia.

Menurut MUI, sinetron Inayah penuh dengan kekerasan dan tidak mendidik. "Jam tayang Inayah digeser setelah tarawih, sepertinya sinetron ini berusaha memanjakan penontonnya walau Ramadhan, dengan menunggu mereka pulang tarawih," sesalnya.

Melihat hal tersebut, MUI berharap kepada Komisi Penyiaran Indonesia untuk menindaklanjuti catatan yang ditemukan MUI sesuai prosedur. "Masukan ini kiranya bisa mendorong pengelola televisi untuk terus meningkatkan kualitas tayangannya," harap dia. (kompas.com)

Read More ..

Seronok & Penuh Caci Maki, Program Ramadan di TV Dikritik MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengkritik program Ramadan yang ditayangkan di televisi (TV) selama 10 hari pertama Ramadan. Program Ramadan di TV dinilai penuh adegan seronok dan caci maki.

"Program sahur yang menghibur tidak perlu seronok dan penuh caci maki. Harusnya bisa menghibur sekaligus bisa mendidik, menyentuh dan membangkitkan kepedulian pada sesama," ujar Ketua Informasi dan Komunikasi MUI Said Budairy.

Said mengatakan itu dalam konferensi pers hasil pantauan MUI terhadap tayangan televisi pada pekan pertama Ramadan di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/9/2009).

MUI juga mengkritik beberapa program yang terindikasi tidak relevan dengan spirit Ramadan. Meskipun program tersebut menggunakan nama yang bervarian dengan Ramadan.

Terutama pada acara komedi yang disiarkan secara langsung. Kecenderungannya hanya mengedepankan hiburan lelucon yang disajikan dengan kata-kata kasar dan makian.

"Misalnya pada progam siaran menjelang buka puasa program Dak Dik Duk Menunggu Beduk edisi Rabu 26 Agustus pukul 17.35 WIB berisi celotehan pembawa acara yang tidak etis yang memberi insinuasi pada organ vital perempuan," ungkap Said.

Said berharap media mendidik masyarakat dan memberikan tontonan yang memberikan nilai edukatif dan menyegarkan.

Wakil Ketua KPI Teti Fajriati mengatakan, selama 10 hari pertama Ramadan program televisi Ramadan belum memberikan nuansa agamis. "Kami harapkan acara berikutnya ada perbaikan. Juga pihak TV memperbaiki program pada Ramadan," katanya.

Berikut beberapa program Ramadan yang dikritik MUI:

1. Trans7 judul programnya Opera Van Java Sahur. Program ini penuh kata-kata kasar, makian dan olok-olok pelecehan dan perendahan.

2. Bukan Empat Mata yang menampilkan Ustad Hariri yang diperolok-olok Tukul.

3. Happy Sahur di ANTV saat Aming memegang kemaluannya pada 25 Agustus 2009.

4. Saatnya Kita Sahur di TransTV, komedi yang dinilai penuh cemooh.

5. Dahsyatnya Sahur di RCTI yang mempertontonkan tindakan kekerasan yang dilakukan, sekalipun dengan maksud berkelakar atau bercanda seperti memukul kepala salah satu hostnya (Ruben). (detik.com)

Read More ..

01 September 2009

KPID Jateng Tegur RCTI, SCTV dan PRO TV

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah kembali menunjukkan ”taring”. Kali ini dua televisi swasta nasional dan satu televisi swasta lokal yakni SCTV, RCTI dan PRO TV Semarang mendapat teguran keras.

Menurut Zainal Abidin Petir, divisi pengawasan Isi Siaran KPID Jateng, SCTV melakukan pelanggaran pada sinetron ”Para Pencari Tuhan” dimana sang pemeran ketua RW, Idrus, mengumpat dengan kata-kata ”WEDUS” tatkala kesal dengan orang lain maupun nasibnya sendiri.

” Masak Tuhan diumpat dengan kata-kata-kata wedus. Itu terjadi Kamis, 27 Agustus 2009 sekitar pukul 18.00 lebih sedikit dan ternyata saya ikuti umpatan itu seringkali dilakukan. Ini kan pelecehan terhadap Tuhan, tidak mendidik, dan sangat membahayakan perilaku anak-anak karena rentan ditiru,” ungkap Zainal Petir.

Dalam ketentuan pasal 13 P3SPS, kata Zainal, isi siaran tidak boleh menyajikan penggunaan bahasa atau kata-kata makian yang mempunyai kecenderungan menghina/ merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok /mesum /cabul /vulgar, serta menghina Tuhan.

RCTI pada “MASIHKAH KAU MENCINTAIKU”, Kamis 20 Agustus 2009 mulai pukul 22.00 WIB terjadi pelanggaran berupa pengungkapan aib seseorang, mempertontonkan menantu dan mertua saling bertengkar dan memaki-maki, serta ada kesan pembawa acara/ narator Helmi Yahya dan Dian Nitami mendorong berbagai pihak yang terlibat konflik mengungkapkan secara terperinci aib dan/ atau kerahasiaan masing-masing pihak yang berkonflik.

”Iya saya akui acara tersebut ada Tim psikolog untuk mencarikan solusi, tapi kan terkesan bahwa perselingkuhan, makian antar mertua dan menantu maupun bertengkar dalam rumah tangga seolah-olah menjadi hal lumrah. Dan lagi, ada kesan pembawa acara menjadikan tayangan tentang konflik keluarga sebagai bahan tertawaan dan/atau bahan cercaan. Itu tidak dibenarkan sebagaimana pasal 15 Pedoman Perilaku Penyiaran dan standar Program siaran (P3SPS),” jelas Zainal Petir.

PRO TV juga terjadi pelanggaran pada Wara Wayo (Wani po Ra-Wani to Yo) dengan presenter Moersid, pada kurun waktu Mei 2009 dan Juni 2009 berupa tantangan dengan iming-iming hadiah lima puluh ribu rupiah. ” Orang ditantang makan Balsem 6 colek,makan ikan pindang mentah, dan adegan anak-anak sekolah disuruh ngedot / ngemut jempol kaki yang sebelumnya tidak dicuci selama tiga menit. Ini sangat tidak manusiawi, menjijikkan, dan merendahkan martabat manusia. Di dalam ketentuan pasal 36 ayat (6) UU 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran bahwa isi siaran dilarang merendahkan dan melecehkan martabat manusia,” ungkap Zainal Petir. (KPID Jateng)

Read More ..