24 September 2010

Revolusi Menonton Layar Kaca

Industri telekomunikasi global sedang dihebohkan dengan hadirnya layanan Google TV pada akhir September. Google TV adalah layanan televisi berkonektivitas Internet sebagai Internet-Enabled Television (IETV) yang dibesut oleh konsorsium Google, Sony, Intel, dan Logitech. Direncanakan harga layanan ini sekitar 299 dollar AS. Banyak analis menilai kehadiran Google TV adalah sebuah revolusi. Sebab, Google TV akan mengubah total cara manusia menonton televisi.

Jika selama ini pemirsa harus mengikuti jadwal yang ditentukan stasiun televisi untuk menonton siaran favorit, dengan televisi online, pemirsa yang menentukan jadwal.

Selain Google TV, produk IETV yang menjadi perbincangan adalah Apple TV. Apple Inc merilis set-top-box (STB) Apple TV generasi kedua pada 1 September 2010. Di Amerika Serikat (AS), Apple memasarkan Apple TV generasi kedua yang dilengkapi WiFi dengan harga 99 dollar AS per unit.

Perbedaan antara Google TV dan Apple TV terletak pada kemampuan perangkat besutan Apple untuk berkomunikasi dengan alat-alat elektronik lain seperti iPad, iPhone, dan iPod.

Tetapi, Apple TV tidak dilengkapi web browser, sedangkan Google TV memiliki Chrome. Firma riset DisplaySearch Ltd menilai Google merilis layanannya pada saat yang tepat karena para produsen televisi memang berlombalomba menanam konektivitas Internet built-in ke dalam pesawat televisi untuk mendongkrak volume penjualan.

Misalnya, menyajikan konferensi video atau menampilkan halaman berita online. Firma riset iSuppli Corp mengungkapkan popularitas televisi berkonektivitas Internet di dunia meningkat pesat seiring peningkatan penetrasi jaringan Internet berkecepatan tinggi (broadband).

iSuppli yakin volume penjualan global IETV akan melambung menjadi 87,6 juta unit pada 2013. Secara global, STB IPTV pada 2010 akan meningkat 48,2 persen menjadi 28,7 juta unit,dari 19,4 juta unit pada 2009.

Sedangkan Coumpound Annual Growth Rate (CAGR) tumbuh rata-rata 25 persen per tahun mulai 2009 hingga 2014 dengan volume 58 juta unit pada 2014. Kondisi Indonesia Di Indonesia, layanan televisi berbasis Internet belum begitu booming.

Namun, beberapa operator telah bersiap menyambut datangnya revolusi industri hiburan ini mengingat nama besar Apple dan Google yang mampu mengubah pasar layaknya Android, iPhone, atau iPad.

“Kami berminat untuk menghadirkan koneksi Internetnya jika ada pengguna memiliki perangkatnya. Sedangkan untuk bekerja sama dengan kedua perusahaan asing itu masih pikir-pikir dulu,” ungkap Division Head Vas Marketing Indosat Teguh Prasetya kepada Koran Jakarta, Rabu (22/9).

Executive General Manager Akses Telkom M Awaluddin mengatakan Telkom justru akan menghadirkan Internet Protocol TV (IPTV) mulai Oktober nanti di Jakarta. “Kami tetap pada road map pengembangan IPTV. Ini berbeda dengan internet TV ala dua pemain raksasa itu.

Jakarta menjadi kota pertama yang akan menikmati trial IPTV,” ungkapnya. IPTV adalah layanan televisi layaknya penyiaran biasa, namun jaringannya berbasis Internet Protocol (IP).

Telkom mengklaim akan menghadirkan siaran dengan kecepatan hingga 8 Mbps, dan pelanggan akan dikenakan skema berlangganan ala Speedy. Praktisi telematika Raherman Rahanan mengatakan layanan IETV hanya akan berkembang di kota-kota metropolitan dunia, sementara untuk negara berkembang seperti Indonesia akan lambat mengingat kendala pengadaan infrastruktur.

Untuk negara-negara tertentu, efek latency, jitter, dan delay terjadi sangat serius. Misalnya untuk menonton tayangan Fashion TV agar gambar didapatkan dengan kualitas normal, membutuhkan bandwitdh streamin di atas 750 kbps.

“Infrastruktur tidak hanya menyangkut last mile, tetapi juga hosting server di mana Google dan Apple harus membuat semacam mirror di region-region tertentu,” jelas Awaluddin.

Dia yakin, walau ada IETV, layanan TV kabel atau IPTV untuk sementara waktu tidak akan tergeser karena Google TV mungkin akan lebih fokus ke arah Global Channels dan Informasi Global, Apple TV ke hiburan, sementara IPTV dan TV kabel lebih fokus ke konten lokal di samping Global Entertainment.

“Untuk level entertainment, masih banyak orang yang meragukan kemampuan Google ketimbang Apple. Sementara itu, manajemen siaran untuk TV kabel dan IPTV sudah jauh lebih matang.

Secara umum, Google membuat layanan ini untuk memperluas pangsa iklannya dan pengguna, sementara Apple lebih pada sisi komersial,” jelasnya. Praktisi telematika Faizal Adiputra mengingatkan, jika Google TV dan Apple TV masuk ke Indonesia, porsi konten lokal harus diperhatikan.

“Indonesia tidak bisa terusterusan menjadi konsumen yang baik. Pengembang lokal harus diberi kesempatan oleh kedua perusahaan,” katanya.

Menurutnya, operator berada dalam posisi dilematis dengan kehadiran dua layanan itu karena di satu sisi, Average Revenue Per User (ARPU) meningkat karena penggunaan layanan data, tetapi di sisi lain menjadi beban bagi jaringan.

“Solusinya harus ada skema bisnis yang menguntungkan ditawarkan oleh kedua belah pemain asing itu bagi operator lokal. Jika tidak, operator lokal hanya menjadi dumb pipe,” jelasnya.

1 komentar:

tvkampung mengatakan...

itulah saya selalu menggunakan benper pejabat untuk mengegulkan regulasinya dan bemper pengusaha kampung maka saya beri nama TVJK yang saya lebih mengutamakan Teknologi Vision Jangkauan Kampung sebagai mind set inovator saya. baca referensi nabrak aturan model saya. telp 02747889345