13 Juli 2008

Menelanjangi Kejahatan di Layar TV

Kompas Minggu, 13 Juli 2008 menurunkan tulisan Budi Suwarna berjudul "Menelanjangi Kejahatan" sebagai berikut :

Begitu banyak kepalsuan di sekitar kita. Ada dukun palsu, sampo palsu, pengemis palsu, sampai janji-janji palsu. Sejumlah program televisi mencoba menelisik dan menelanjangi kepalsuan dan kejahatan itu di hadapan publik. Hasilnya kadang mengagetkan.

Program ”Kontroversi” di Trans7 pekan lalu, misalnya, menayangkan liputan mengenai praktik dukun palsu yang marak di Kudus, Jawa Tengah. Para dukun palsu itu umumnya mengaku bisa memindahkan penyakit pasien—termasuk penyakit akibat santet—ke dalam sebutir telur. Kru ”Kontroversi” yang segar bugar mendatangi salah seorang dukun palsu dan menyamar sebagai pasien. Sang dukun langsung memeriksa dan menyimpulkan bahwa ”pasien” itu terkena santet. Melalui sebuah ritual, dukun itu memindahkan ”penyakit” di tubuh si ”pasien” ke dalam telur.
Nah, untuk membuktikan kesaktiannya, sang dukun kemudian memecahkan telur itu. Bimsalabim, di dalam telur terdapat beberapa paku dan jarum, yang katanya, berasal dari dalam perut ”pasien”.

Namun, Anda jangan terpesona dulu. Hasil penelisikan kru ”Kontroversi” menunjukkan, semua itu hanya akal-akalan sang dukun. Benda-benda tajam itu, sebelumnya, memang sudah ada di dalam telur itu. Bagaimana caranya? Sumber ”Kontroversi” membongkarnya untuk pemirsa dengan sebuah demonstrasi. Pertama-tama, telur direndam di dalam cairan cuka hingga kulitnya lembek. Setelah itu, kulit telur disayat. Melalui sayatan itu, jarum dan paku dimasukkan ke dalam telur. Kemudian, telur direndam di air bening hingga kulitnya kembali mengeras. Telur inilah yang digunakan dukun palsu untuk membuktikan ”kesaktiannya”.

Jenis liputan semacam itu juga bisa ditemukan dalam program ”Telusur” di TVOne. ”Telusur” pernah membongkar perdagangan sampo palsu dan kosmetik palsu di Karawang, Jawa Barat. Hasil penelisikan ”Telusur” menemukan, banyak krim pemutih palsu yang dibuat dari bahan-bahan kimia berbahaya, seperti soda api. Bayangkan, jika krim pemutih palsu itu dioleskan di atas kulit manusia. Alih-alih mulus, kulit Anda malah bisa melepuh. Karena itu, kepalsuan semacam ini adalah sebuah kejahatan.

”Metro Realitas” di Metro TV pada edisi-edisi awal, beberapa tahun lalu, juga pernah membongkar kawanan pengumpul uang amal yang banyak beredar di bus dan pinggir jalan. Hasil penelusuran kru ”Metro Realitas” menunjukkan, mereka tidak menyalurkan uang itu untuk kemaslahatan umat melainkan untuk kemaslahatan pribadi. ”Bos kawanan pengumpul amal palsu itu kaya raya dan rumahnya di Jakarta Utara besar sekali,” kata Swasti Astra, Manager News Magazine Metro TV.

Ditelanjangi

Bagaimana kejahatan seperti itu ditelanjangi? Para kru ketiga program itu sama-sama menggunakan kamera tersembunyi yang menangkap praktik-praktik kejahatan. Karena itu, adegan yang terekam sungguh mencengangkan, seolah-olah kejahatan terjadi tepat di hadapan kita. Program ”Kontroversi”, misalnya, menangkap secara detail aktivitas kawanan copet di sekitar Stasiun Kereta Api Bogor, Jawa Barat. Bagaimana para copet merogoh tas pejalan kaki tergambar dengan jelas. Bahkan, bagaimana copet membagi sebagian ”rezekinya” kepada oknum polisi yang melindungi mereka juga terekam. Julius Sumant, Associate Producer Trans7, menceritakan, kru ”Kontroversi” telah mengamati kawanan pencopet itu seminggu sebelumnya. ”Setelah itu, kami memasang kamera tersembunyi di tempat strategis agar bisa merekam semua aktivitas mereka,” ujarnya, Kamis (10/7).

Inilah kelebihan bahasa gambar di televisi. Tanpa basa-basi, televisi membongkar kejahatan di depan hidung kita. Kita sering terenyak melihatnya dan baru sadar dengan beragam modus kejahatan di sekitar kita. Sayangnya, pada beberapa episode, pengemasan liputan tidak maksimal. Hasil rekaman kamera tersembunyi yang kabur atau goyang pun seringkali tetap digunakan. Mungkin karena stok gambarnya kurang.

Lepas dari kekurangannya, acara seperti ini mengandung unsur edukasi. Apalagi acara ini juga seringkali memberikan tips kepada pemirsa bagaimana menghindari kejahatan atau membedakan antara produk asli dan palsu.

Sehari-hari

”Kontroversi” telah tayang sejak pertengahan 2007 setiap Senin pukul 16.30 dan Minggu pukul 22.00. Sejauh ini, program tersebut konsisten menyoroti kejahatan yang terjadi di sekitar kita. ”Kami memang hanya memilih isu yang menyangkut kemaslahatan orang banyak sebab isu seperti itu menarik perhatian pemirsa,” ujar Julius.

Begitu pula ”Telusur”. Program yang ditayangkan setiap Selasa dan Kamis pukul 22.30 ini lebih berkonsentrasi menggarap isu yang mengusik kepentingan orang banyak, seperti pemalsuan bedak bayi, sampo palsu, dan mafia narkoba. ”Kami memilih isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kejahatan kerah putih kami bahas di program yang lain,” ujarnya.
Bagaimana dengan ”Metro Realitas” yang ditayangkan setiap Senin dan Rabu pukul 23.00? Swasti menjelaskan, pihaknya kini lebih fokus membongkar kejahatan kerah putih, seperti korupsi dan penyelundupan. ”Isu seperti itu sesuai dengan target pemirsa kami,” ujarnya.

Catatan Saya :
Kamera tersembunyi memang bagus, tapi hati-hati sama pembuat kebijakan di negeri ini. Jika mereka yang menjadi korban, maka akan ada Undang-undang yang melarang kamera tersembunyi. Saat ini mungkin oke-oke saja, karena yang jadi korban hanya penjahat kelas 'teri', bukanm kelas kakap.
Acara seperti itu juga bukan saja membuat masyarakat berhati-hati, tetapi juga dapat sebagai 'guru' bagi orang-orang yang ingin berbuat jahat. Orang TV harus mencari jalan keluar agar acaranya itu tidak dijadikan inspirasi untuk orang berbuat jahat!

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Iye juga seh

Dunia TV mengatakan...

Thanks atas komentar Anda

Komentar Bebas Buat Seleb mengatakan...

Boleh aja kamera tersembunyi, asal untuk menangkap penjahat. Jangan sampe justru penjahat yang memasang kamera tersebunyi, bisa-bisa toilet, kamar ganti, dll dipasangin semua, kan hebih seperti waktu dulu itu, Inget gak??

Anonim mengatakan...

Wah, betul juga tuh... Habis itu videonya beredar pula, tambah hebooohhhh