Hasil pemantauan selama sepuluh hari pertama bulan Ramadan oleh Tim Pemantau TV Ramadhan 1431 H Majelis Ulama Indonesia (MUI), stasiun televisi perlu membenahi siarannya selama bulan Ramadan. Demikian dikatakan wakil ketua Tim Pemantau TV Ramadhan 1431 MUI Imam Suhardjo di kantor MUI di Jakarta, Selasa (24/8).
"Masih banyak tayangan yang mengandung kekerasan fisik dan tekanan psikis," kata Imam. "Kekerasan fisik ditampilkan antara lain dalam bentuk saling memukul dan menghempaskan kepala teman main. Sedangkan tekanan psikis dilakukan melalui ejekan, hinaan, cacian, sebutan atau julukan yang tidak pantas."
Menurut Imam, Ramadan adalah bulan suci yang kesuciannya mesti dijaga bersama-sama oleh umat Islam. "Belum semua stasiun TV mengisi bulan Ramadan dengan tayangan positif dan belum semua stasiun TV menjadikan Ramadan sebagai bulan mulia, dengan memperbanyak tayangan positif," paparnya.
Namun, kata Imam, sudah ada beberapa stasiun televisi yang berusaha mengisi Ramadan dengan tayangan positif dan produktif, baik dari nilai keagamaan maupun nilai sosial, seperti TVRI, MetroTV, dan TVone. Pemantauan,katanya, dilakukan terhadap 12 stasiun TV, yakni TVRI, TPI, SCTV, ANTV, MetroTV, Indosiar, TransTV, Trans7, Global TV, TVone, dan O Chanel.
Dalam proses pemantauan, MUI mengacu pada Undang-Undang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan fatwa MUI.(Liputan6)
25 Agustus 2010
Acara Ramadan di TV Perlu Dibenahi
23 Agustus 2010
Tutut Kembali Klaim Jadi Pemilik Sah TPI
Perseteruan antara Hary Tanoesoedibjo dengan Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) kembali memanas. Tutut menegaskan saat ini telah sah sebagai pemegang saham PT Cipta Televisi Indonesia (TPI). Pasalnya hasil persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta yang memeriksa gugatan MNC Group terhadap keabsahan surat PLH Direktur Perdata Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) telah selesai.
"Persidangan tersebut telah membuka suatu fakta yang selama ini ditunggu-tunggu bukan hanya oleh Ibu Tutut dan Group tapi juga oleh masyarakat," ujar Kuasa Hukum Mbak Tutut, Harry Ponto dalam konferensi persnya di Hotel Sultan, Gatot Subroto, Jakarta, Senin (23/08/2010).
Menurut Harry, SK TPI sejak 2005 dan seterusnya dianggap tidak pernah ada. "Sehingga TPI kembali dikuasai oleh Siti Hardiyanti Rukmana," tegas Harry. Sebelumnya MNC Group pada tanggal 6 Juli 2010 telah mengajukan gugatan No.96/G/2010/PTUN Jakarta ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta melawan Dirjen AHU Kemenkumham RI.
Dalam proses jawab menjawab dan tanggapan dari pihak berperkara yakni MNC dan Dirjen AHU telah diperoleh suatu penegasan dari Dirjen AHU bahwa MNC Group sudah mencabut gugatannya di PTUN Jakarta dan tidak adanya lagi keinginan dari MNC Group untuk mempermasalahkan formil maupun materi dari surat tersebut.
Harry menegaskan saat ini tidak perlu adanya rasa takut dan keraguan mengenai simpang siur kepemilikan TPI. Pihak MNC, lanjut Harry sudah tidak lagi berhak atas TPI. "Pemegang saham TPI yang sah, Ibu Tutut dan Group mengucapkan syukur atas kembalinya kepemilikan TPI. Ke depan melalui manajemen baru, Ibu Tutut siap kembali membangun TPI," jelas Harry. Selain itu, pihak Tutut juga menegaskan Japto Soerjosoemarno sudah resmi menjadi Direktur Utama TPI yang baru. (detik)
21 Agustus 2010
Kontributor SUN TV Tewas Dikeroyok Massa
Kontributor SUN TV, Ridwan Salamun, meninggal dunia akibat dikeroyok massa yang sedang bertikai di Tual, Maluku Tenggara, Sabtu (21/8/2010) pagi. Direktur Utama SUN TV Arief Suditomo yang dihubungi Kompas.com, Sabtu pagi, membenarkan terjadinya peristiwa yang menewaskan kontributornya. "Ridwan adalah orang lokal. Dia kontributor yang baru dites untuk bisa diterima di SUN TV," kata Arief.
Namun, Arief mengatakan, pihak SUN TV menganggap Ridwan sebagai bagian dari keluarga besar. "Kami akan memberi dukungan moril dan materiil," katanya. SUN TV meminta pihak berwenang untuk mengusut tuntas kematian Ridwan. "Kami minta pihak yang bertanggung jawab atas kematian Ridwan diusut tuntas oleh pihak berwajib," tandas Arief, yang juga Direktur Pemberitaan RCTI.
Menurut Arief, "Ridwan sedang meliput dua kelompok yang bertikai, dan dia terjebak berada di tengah-tengah massa. Salah satu kelompok menyerang dan mengeroyoknya. Ridwan mengalami luka bacok pada leher dan punggungnya. Dia meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit."
Jenazah Ridwan Salamun saat ini dibawa ke Ambon karena keluarganya berada di sana. Namun, Arief belum dapat menjelaskan sosok korban secara detail. Penugasan Ridwan di bawah koordinasi Biro Makassar. Saat ini Kepala Biro Makassar Sultan Makawaru dalam perjalanan ke Ambon.
Informasi Palang Merah Indonesia dalam twitter-nya menyebutkan, hampir dua jam Ridwan terkapar di jalan, tanpa ada yang menolongnya. Arief menjelaskan, semua kontributor RCTI, TPI, dan Global TV sekarang dilebur menjadi satu dan berada di bawah naungan SUN TV. "Semua laporan kontributor tiga stasiun TV ini masuk ke satu server, dan masing-masing TV bisa menayangkan laporan mereka," kata Arief, menjelaskan soal status SUN TV. (Kompas.com)
13 Agustus 2010
First Media Hadirkan Teknologi High Definition (HD)
PT First Media Tbk (First Media), penyedia layanan jaringan komunikasi pita lebar (broadband) dan televisi berlangganan terbesar di Indonesia, menghadirkan teknologi siaran televisi mutakhir bagi pelanggan HomeCable. Mulai Agustus ini, pelanggan HomeCable disuguhkan sensasi baru menonton televisi setelah First Media mengaplikasikan siaran televisi beresolusi tinggi atau high definition (HD) yang pertama di Indonesia.
Siaran HD merupakan bagian dari upaya First Media memberikan kepuasan bagi seluruh pelanggannya, sebagai aktualisasi dari motto “Empowering You” guna meningkatkan keleluasaan dalam menikmati tontonan televisi.
Siaran HD memungkinkan penonton televisi di rumah merasakan sensasi film-film yang memiliki teknik audio-visual mutakhir, seperti “2012”, “Transformer”, dan “Startrek”. Selain mutu visual dan ketajaman gambar sangat mempesona, seperti menonton di bioskop, kualitas suara tak kalah memikat seolah penonton terlibat di dalam film tersebut.
Pelanggan HomeCable dapat menikmati teknologi siaran televisi mutakhir itu di sejumlah saluran, yakni HBO dan ESPN, dua channel favorit yang menayangkan berbagai film Box Office serta siaran olah raga dunia. HBO HD memberikan kepercayaannya kepada First Media untuk menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menghantarkan siaran HD mereka. Sementara ESPN tidak hanya kembali menyiarkan program acaranya melalui First Media, tetapi mulai Agustus ini juga hadir dengan siaran ESPN HD.
Presiden Direktur First Media, Hengkie Liwanto di Jakarta 10 Agustus 2010 mengatakan, “Teknologi HD merupakan perkembangan baru dalam siaran TV digital dan akan menjadi standar baru industri pertelevisian dunia. First Media ingin menghadirkan era baru dalam dunia pertelevisian di Indonesia, era HD. Hal ini kami sajikan untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap kebutuhan mutu siaran yang lebih bagus, makin sempurna. Sejalan pula dengan semakin banyaknya pengguna televisi layar lebar dengan teknologi digital,” demikian lanjut Hengkie Liwanto.
TV definisi standar umumnya memiliki resolusi 480p, mengacu pada 480 baris pixel dari atas ke bawah, sementara HD memiliki 720 atau 1080 baris pixel dari atas ke bawah, sehingga biasa disebut dengan 720p/1080p. “Siaran beresolusi tinggi ini makin diperlukan bagi pelanggan yang memiliki TV berlayar lebar. Sebab makin lebar layar TV, resolusi yang dibutuhkan makin besar pula agar gambar terlihat tajam dan hidup.”
Hengkie mengatakan tayangan HD First Media saat ini didukung oleh HBO-HD dan ESPN-HD, yang merupakan channel favorit di HomeCable yang menyiarkan berbagai film-film Box Office serta hiburan olah raga dunia. Hengkie meyakinkan bahwa dengan tayangan dan layanan HD ini, pelanggan First Media akan menikmati tayangan yang sesungguhnya dan belum pernah dinikmati sebelumnya dari layanan TV berlangganan yang ada saat ini.
“Untuk tambahan layanan ini, pelanggan HomeCable hanya perlu menambahkan digital HD box degan biaya terjangkau dan dapat menikmati channel HD yang tersedia. Melalui Digital HD Box tersebut, pelanggan tinggal menyalakan televisi dan menikmati pengalaman baru menonton televisi dengan tayangan gambar dan audio yang sempurna ,tajam dan jernih,” kata Hengkie.
HomeCable hadir sebagai TV edutainment (edukasi dan entertainmen) yang menyediakan program sesuai dengan kebutuhan keluarga dari berbagai usia dan kondusif bagi keluarga.
12 Agustus 2010
Penonton Kritik Perilaku Presenter
Menyusul pengaduan terhadap presenter dan artis, Olga Syahputra, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat memanggil RCTI dan Trans TV pada Senin, 9 Agustus 2010.Kedua stasiun nasional tersebut menampilkan Olga dalam program-programnya. "Keluhan terhadap Olga lebih ditujukan pada kata-kata kasar dan aksi fisik yang tidak sopan terhadap lawan mainnya," jelas Ezki Suyanto, Koordinator Isi Siaran.
.
Ezki menjelaskan beberapa perilaku yang dianggap melanggar norma yang dilakukan Olga seperti menyemburkan air ke muka, mengejek orang yang tidak bisa menyanyi. Menyangkut hal ini, Ezki menjelaskan, KPI tidak menghambat mata pencarian seseorang, “Kami meminta Olga dan juga lawan mainnya tidak mengeksploitasi kebanci-banciannya,” pinta Ezki. “Seringkali Olga menjadi subyek dan obyek sehingga melecehkan kelompok marjinal seperti waria,” ujar Nina Mutmainnah, Wakil Ketua KPI.
Endang Setyaningsih yang mewakili tim produksi Dahsyat tempat Olga menjadi presenter berjanji akan mengingatkan Olga. "Kami akan bicara dan ingatkan masukan dari masyarakat", tegas Endang.
RCTI juga berkomitmen akan terus memperbaiki program yang berkaitan dengan Dahsyat. Pertemuan berakhir dengan penandatanganan berita acara antara KPI dan RCTI yang menyatakan bahwa RCTI sudah berkomitmen untuk memperbaiki programnya. KPI akan melakukan pemantauan secara intensif dalam seminggu kedepan.
Pada hari yang sama, jajaran Trans TV yang dipimpin oleh Direktur Utama Trans Wishnutama juga diminta untuk memperbaiki tayangan Online dimana Olga Syahputra menjadi pelaku utamanya."Kami berpendapat tidak perlu mengubah karakter Olga namun masalahnya kerap kali dieksploitasi. Sehingga tanpa disadari sering menyinggung hal hal yang berbau SARA", tegas Ezki. Sependapat dengan Ezki, Yazirwan Uyun menyatakan urusan agama adalah soal sensitif, untuk itu, dia minta yang bersangkutan diberitahu agar untuk perbaikan. "Ancaman berkaitan SARA lebih berat kalau dilanjutkan ke pengadilan", kata Yazirwan Uyun mengingatkan.
Menanggapi masukan ini, Wishnutama menyatakan, "Kami langsung koordinasi dengani internal, bagian produksi, supaya Olga segera melakukan perbaikan.". Terkait program Realigi yang ditegur pada 3 Agustus 2010 oleh KPI, Wishnutama menjelaskan tujuan membuat program religi di waktu tayang utama (prime time) adalah karena merasa tidak cukup dengan program sentuhan qolbu yang tayang di pagi hari. Wishnutama mengakui memang harus didramatisasi agar menarik. Selanjutnya, dia juga memutuskan muatan mistis di program Realigi akan dikurangi agar dapat terus tayang pada jam 20.00 wib.
Halida Hatta, Corporate Secretary Trans TV menambahkan secara internal, Trans TV selalu mengadakan komunikasi antar unit, departemen dan bagian. "Kami saling pasang telinga apa yang bermasalah, hendaknya kita bersama melakukan perbaikan dan tanggungjawab bersama karena kita ingin mengedukasi masyarakat,"jelas Halida.
Yazirwan Uyun menyambut baik niat Trans TV yang melakukan sensorship internal terutama menanyakan kepada diri sendiri apakah yang akan ditayangkan bermasalah jika ditonton anak-anak, "Kalau semua kerabat kerja memiliki sikap ini maka saya yakin tidak akan ada kesalahan." Ujar Yazirwan Uyun.
Di akhir pertemuan, Ezki minta kepada semua stasiun TV termasuk Trans TV untuk berpartisipasi dalam merevisi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang akan dimulai minggu depan.
11 Agustus 2010
Metro Dikritik Soal Keberimbangan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengundang Metro TV untuk melakukan klarifikasi atas aduan masyarakat mengenai keberimbangan Metro TV dalam pemberitaan. "Ada keluhan dari masyarakat mengenai porsi pemberitaan Metro TV dalam isu Nasional Demokrat (Nasdem) dan kasus Aburizal Bakrie yang diduga tidak proposional," kata Ezki Suyanto, Koordinator Bidang Isi Siaran KPI Pusat.
Memenuhi panggilan ini, Retno Shanty, Deputy Chief Director Metro TV di kantor KPI, 9 Agustus 2010 menjelaskan bahwa Metro TV menerapkan prinsip jurnalistik secara berimbang., "Metro juga menayangkan pidato Presiden di Mataram yang menurut kami berhubungan isu Nasdem walaupun wartawan kami tidak diundang,” ucap Shanty. Begitu juga ketika menyangkut Kaltim Prima Coal (KPC),perusahaan tambang milik Aburizal Bakrie Metro memberikan kesempatan kepada Aburizal Bakrie untuk memberikan pernyataan. Shanty menambahkan Surya Paloh sebagai pemilik juga tidak pernah melarang peliputan. "Walaupun ada pihak yang berseberangan kami tetap tayangkan dan klarifikasi," tutup Shanti.
Ezki Suyanto juga menjelaskan jangan sampai ada anggapan KPI menghambat berita. Merupakan kewajiban KPI untuk meneruskan pengaduan dan pertanyaan publik."Klarifikasi ini akan kami tembuskan ke Dewan Pers," lanjut Ezki.
Selanjutnya, Yazirwan Uyun, Anggota KPI Pusat Bidang Isi Siaran yang hadir dalam forum klarifikasi tersebut mengingatkan jangan sampai media yang menggunakan frekuensi milik publik digunakan untuk kepentingan tertentu. Hal itu sejalan dengan amanat UU penyiaran. Dalam pengawasan isi siaran, KPI senantiasa menindaklanjuti semua pengaduan masyarakat dan meneruskan ke lembaga penyiaran yang bersangkutan. KPI juga sudah mengingatkan beberapa stasiun tv mengenai dugaan pemanfaatan frekuensi untuk kepentingan kelompok tertentu.
04 Agustus 2010
Ramadhan Momentum Untuk Mewujudkan Tayangan Yang Lebih Bermartabat
Bertempat di Gedung Sekretariat Negara lantai 8, Selasa (03/08) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengadakan acara Media Gathering dengan tema "Mewujudkan Tayangan Ramadhan Yang Bermartabat". Dengan mempertemukan lembaga penyiaran televisi nasional, KPI Pusat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, media gathering membicarakan hal-hal yang ingin dicapai terkait tayangan bulan Ramadhan .
Anggota KPI Pusat Judhariksawan sebagai moderator, pada pembukaannya mengatakan penggunaan kata "bermartabat" pada judul tema media gathering ini, dimaksudkan karena bulan Ramadhan adalah bulan spesial umat muslim, dan tentunya umat muslim di Indonesia menginginkan tayangan yang tidak hanya sehat tetapi juga ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu bermartabat.
Ketua KPI Pusat Dadang Rahmat Hidayat yang juga hadir, dalam sambutannya mengharapkan agar lembaga penyiaran tetap dan lebih mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di bulan Ramadhan.Menurut Dadang, kesadaran lembaga penyiaran atas unsur kepantasan terhadap program acaranya di bulan Ramadhan juga penting. "Saya mengharapkan, momentum Ramadhan ini menjadi titik awal untuk mewujudkan siaran yang lebih sehat di bulan-bulan setelahnya," kata Dadang.
Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk melakukan perubahan perilaku dari yang kurang baik kepada yang lebih baik untuk menuju umat terbaik, hal tersebut yang diutarakan oleh Dr. Amirsyah Tambunan wakil Sekjen MUI Pusat. Menurut Amirsyah, pada bulan suci Ramadhan nanti, lembaga penyiaran sudah semestinya menayangkan acara-acara yang lebih bermakna.
Idy Muzayyad anggota KPI Pusat juga mengungkapkan unsur kepantasan menjadi sangat penting. Ramadhan adalah bulan spesial, bahkan televisi juga memberikan sambutan spesial terhadap bulan Ramadhan, dalam bentuk perubahan jam tayangan dan pembuatan tayangan khusus Ramadhan. Idy menuturkan, adalah sah dan baik apabila TV selama Ramadhan menampilkan tayangan yang bernuansa religius, hanya saja sangat disayangkan bila ada tayangan yang malah bisa merusak kesucian Ramadhan. "Tayangan Ramadhan isinya bukan hanya ceramah dan orang shalat tarawih, harus ada juga kreativitas dari LP untuk membuat suatu program tayangan khusus untuk Ramadhan, yang terpenting adalah jangan sampai menodai kesucian bulan Ramadhan," kata Idy.
Aktor Senior Deddy Mizwar yang juga hadir memfokuskan kepada perlunya ketegasan peraturan dari KPI dan MUI. Menurut Deddy, tanpa ada ketegasan terhadap pelanggaran atau kesalahan, maka tidak akan ada sanksi dan akhirnya kesalahan tersebut akan menjadi suatu kebenaran karena sudah terbiasa. Deddy mengungkapkan perlu diterapkan punishment yang jelas terhadap pelanggaran tayangan di televisi. Deddy juga mengatakan kalau tayangan Ramadhan sebelumnya, masih banyak yang hanya menampilkan ornamen-ornamen islam bukan isinya.
"Selama Ramadhan tanpa tayangan islam pun keimanan seseorang akan tetap meningkat tetapi yang lebih penting dan perlu diperhatikan adalah tayangan setelah Bulan Ramadhan," kata Deddy.
Senada dengan Deddy Mizwar, Asrorun Ni'am Sholeh Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI juga mengganggap perlu diterapkannya punishment terhadap pelanggaran, tetapi bukan hanya sanksi tetapi reward juga perlu diberikan kepada program acara yang baik.
Perwakilan dari lembaga penyiaran diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat setelah selesainya paparan dari masing-masing narasumber. Salah satunya, Adjie S. Soeratmadjie dari Metro TV yang mengungkapkan punishment dan reward memang perlu, tetapi yang paling dbutuhkan oleh lembaga penyiaran adalah asah, asih, dan asuh atau dengan kata lain adalah pendampingan.
Dalam menyambut bulan suci Ramadhan diharapkan tayangan televisi akan lebih bermakna. Pada akhir acara, moderator Judhariksawan mengatakan media gathering ini sebagai ikatan moral dan kesepahaman hati nurani untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk mewujudkan penyiaran Indonesia yang bermartabat secara berkelanjutan.
03 Agustus 2010
Tak Semua Tayangan Infotainmen Negatif
Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah (Jateng) Divisi Pengawasan Isi Siaran Zainal Abidin Petir menilai, tak selamanya tayangan infotainmen negatif. "Ada tayangan infotainmen yang memberikan informasi positif, namun banyak juga yang memberikan informasi negatif, seperti kawin-cerai dan perselingkuhan yang berdampak buruk," katanya di Semarang, Senin lalu.
Menurutnya, maraknya tayangan infotainmen yang membicarakan hal-hal negatif soal selebritis memberikan citra negatif bagi tayangan infotainmen yang baik. "Kami tidak ingin hal-hal seperti kawin-cerai dan perselingkuhan itu menjadi sesuatu yang biasa dan akhirnya membudaya, sebab infotainmen ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak," katanya.
Ia mengatakan, tayangan infotainmen yang membicarakan hal-hal negatif itu sangat membahayakan generasi muda sehingga harus dikontrol agar bisa meminimalisasi dampak negatifnya. (Antara)