02 September 2008

Program Ramadhan di Layar Kaca Indonesia

Memasuki bulan Ramadhan, semua stasiun televisi berlomba membuat paket-paket acara yang bernuansa Islami. Mulai dari sinetron yang menampilkan perempuan-perempuan berjilbab atau laki-laki berkopyah. Para ustadz dan kyai pun mendapat slot yang cukup banyak tampil di layar kaca menyampaikan khotbahnya melalui acara seperti Kultum (Kuliah Tujuh Menit) atau Khotbah menjelang Sahur. Sungguh wajah televisi kita sangat pas dengan kondisi negara ini yang 90% penduduknya adalah Muslim.

Tapi itu hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Diluar itu, KPI telah banyak memberikan peringatan akan acara-acara TV yang berbau kekerasan dan pornografi atau yang 'nyerempet-nyerempet' untuk menarik penontonnya. Diluar ramadhan, bercanda jorok dan menyerempet pornografi sudah menjadi bagian acara mereka sehari-hari. Semua mereka lakukan hanya untuk meraih kemenangan meraih jumlah penonton, yang datanya akan mereka jual kepada para calon pemasang iklan.

Nah, yang uniknya, dasar pemikiran 'menarik minat penonton' inilah yang menjadi patokan dalam membuat program. Begitu juga saat bulan Ramadhan, semua bagian Marketing station televisi sangat tahu ada budget iklan yang besar dari perusahaan-perusahaan yang akan memasang iklan di televisi dalam bulan tersebut, sehingga program yang mereka garap hanyalah untuk menarik minat pemasang iklan.

Dengan niat seperti itu, lihatlah tayangan-tayangan dini hari dari station televisi, kami melihat dengan jelas unsur konsumerisme-nya. Para pelawak 'kelas satu' ditampilkan saling berlomba menarik minat penonton yang tengah bersiap-siap makan sahur. Topik yang mereka bicarakan jauh dari kesan Ramadhan. Bahkan peran 'kebanci-bancian' tetap dianggap hal yang wajar. Sambil membagikan hadiah dari kuiz yang mereka pandu, mereka bercanda dan tertawa melupakan inti dari bulan ramadhan itu sendiri.

Apa yang membedakan program Ramadhan dengan program Reguler mereka sehari-hari, kecuali ada kata-kata 'ramadhan', 'puasa' dan musik-musik timur tengah?
Apa yang membedakan aksi Eko Patrio, Tessy, Komeng atau pelawak lainnya dalam membawakan acara ramadhan dengan acara reguler lainnya diluar ramadhan?
Mungkinkan saya melewatkan hal special yang khas ramadhan di televisi?

3 komentar:

Anonim mengatakan...


tapi itu hanya pada bulan ramadhan ,di luar itu KPI telah banyak memberikan peringatan akan acara acara tv yang berbau kekerasan dan pornografi atau yang nyerempet nyerempet untuk menarik penonton nya .di luar ramadhan ,bercanda jorok dan nyerempet nyerempet pornografi sudah menjadi bagian acara mereka se hari hari ,semua dilakukan hanya untuk meraih kemenangan meraih jumlah penonton,yang data akan di jual kepada para calon pemasang iklan .

nah yang uniknya,dasar pemikiran 'menarik minat penonton'inilah yang menjadi patokan dalam membuat program .begitu juga pada sa'at bulan ramadhan semua bagian marketing stasion televisi sangat tahu ada budget iklan yang besar dari perusahaan perusahaan yang akan memasang iklan dalam bulan tersebut ,sehingga program yang mereka garap hanyalah untuk menarik minat pemasang iklan

dengan niat seperti itu ,lihatlah tayangan tayangan dini hari dari stasion televisi ,kami melihat dengan jelas unsur konsumeriesmenya para pelawak kelas 1 di tampilkan saling berlomba menarik minat penonton yang tengah malam bersiap siap makan sahur ,topik yang mereka bicarakan jauh dari kesan ramadan ,bahkan peran kebanci bancian tetep di anggap wajar ,merka bercanda dan tertawa melupakan inti dari bulan ramadhan itu sendiri

apa yang membedakan program ramahan dan reguler mereka shari hari ,kecuali dengan kata kata 'ramadhan','puasa'dam'musik musik timur tengah ?apa yang menbedakan eko patrio,tessy,komeng,tukul,atau pelawak lainya dalam membawakan acara ramadhan dengan acara reguler ?
mungkinkah saya melewatkan hal spesial yang khas ramadhan di tv? ">anonim saya

Anonim mengatakan...

Iki komentar opo toh maksudte? Copy paste ngene?

Anonim mengatakan...

anonim