Kompas Minggu menulis : Eforia atas kemenangan Barack Obama sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat terjadi di Indonesia. Hampir semua stasiun televisi nasional di Tanah Air, bahkan, merasa perlu menyiarkan pelantikan Obama secara langsung dari Capitol Hill, Selasa (20/1) waktu setempat.
Menyaksikan acara pelantikan Obama melalui televisi, kita bisa terhanyut dan merasa seakan-akan Obama itu orang Indonesia. Mengapa perasaan seperti itu muncul? Karena fakta bahwa Obama pernah tinggal empat tahun di Jakarta, ditonjol-tonjolkan terus dan menjadi cantolan dari sebagian pemberitaan atau talk show.
Itu sah-sah saja, sebab fakta tersebut memang merupakan ”barang dagangan” berharga di tengah euforia atas kemenangan Obama yang melanda orang Indonesia.
Di layar kaca, beberapa stasiun televisi berlomba menampilkan orang-orang Indonesia yang pernah ada di sekeliling Obama. TVOne, misalnya, mewawancarai beberapa teman Obama semasa kecil, mantan gurunya, dan Lia atau Mbak Non yang mengaku sebagai kakak angkat Obama.
Mereka ditanya secara rinci bagaimana Obama kecil, bagaimana kecerdasannya, apa kesukaannya, bagaimana tampang Obama ketika ngambek, dan pertanyaan lainnya yang boleh jadi tidak relevan lagi dengan sosok Obama sebagai presiden AS saat ini.
MetroTV memberitakan Obama sejak dia mengikuti konvensi pemilihan calon presiden di Partai Demokrat. Setelah itu, televisi berita ini cukup intens memberitakan kampanyenya hingga Obama terpilih sebagai presiden.
Devi Triana, Senior Produser MetroTV, mengatakan, pihaknya sengaja membeberkan proses pemilu AS secara detail agar bisa diambil hikmahnya oleh bangsa Indonesia yang tahun ini juga akan menggelar pemilu.
Puncak dari seluruh pemberitaan soal Obama di televisi terjadi ketika pelantikan Obama sebagai presiden AS. Stasiun televisi nasional mengalokasikan waktu mulai pukul 23.00-03.00 untuk acara tersebut.
MetroTV memilih membicarakan bagaimana prosesi pelantikan presiden AS sambil menantikan tayangan langsung pelantikan dan pidato Presiden Obama. Sayangnya, siaran langsung itu seringkali terpotong iklan yang menjengkelkan penonton.
Devi mengatakan, slot iklan program Live Event yang menayangkan pelantikan Obama memang habis terjual. ”Memang ada beberapa bagian yang terpotong, tapi ketika Obama dilantik hingga pidato, bersih dari iklan,” katanya, Jumat (30/1).
Trans TV membicarakan harapan terhadap Obama sambil berusaha menjawab apakah harapan tersebut realistis. Stasiun ini juga mencoba menggambarkan kehidupan masyarakat AS melalui cerita para selebriti yang pernah tinggal di negara itu, seperti Tantowi Yahya dan Paquita Wijaya.
Ketika memasuki sesi pidato Obama, Trans menerjemahkan secara lisan hampir semua pernyataan Obama dalam bahasa Inggris ke Indonesia. Alih-alih menjelaskan, penerjemahan itu justru mengganggu penonton. Pasalnya, suara sang penerjemah seringkali menutupi pernyataan Obama.
Wakil Pemimpin Redaksi Buletin dan Isu Terkini Trans TV Santa Curanggana, Jumat, mengatakan, pihaknya sengaja menerjemahkan pidato Obama agar penonton di rumah mengerti apa yang dibicarakan Obama saat itu juga. Soal kualitas terjemahan, Trans selalu mengevaluasinya.
SCTV membungkus tayangan pelantikan itu dengan tema Obama dan Gaza. Intinya, stasiun ini ingin membicarakan prospek perubahan kebijakan AS di Palestina semasa pemerintahan Obama.
Dengan segala pendekatannya, pengelola stasiun televisi yang menayangkan pelantikan Obama mengaku berhasil mendongkrak audience share sekaligus menjual iklan.
Euforia Obama yang sebagian besar dibentuk media massa itu, pada akhirnya menjadi barang dagangan media.
01 Februari 2009
"Obamaforia" di Layar Kaca
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
itu kan karena amerika yang paling jago jualan dan memang menaik kebetulan.. kalau pemilu di indonesia kenapa gak laku ya?
Anonim Anonim berkata...
itu kan karena amerika yang paling jago jualan dan memang menaik kebetulan.. kalau pemilu di indonesia kenapa gak laku ya?
03 Februari, 2009 15:40
Posting Komentar