Saya senang-senang saja jika banyak stasiun televisi bermunculan di daerah, melengkapi stasiun televisi "nasional" yang telah ada. Saya pikir, toh yang diuntungkan adalah masyarakat. Kita menjadi banyak pilihan, ragam dan referensi dari program-program yang ditayangkan.
Namun, melihat trend kepemilikan perusahaan televisi ada pada tiga atau empat orang atau perusahaan besar, maka saya pesimis masyarakat akan diuntungkan. Yang ada malah mereka mengambil keuntungan dari masyarakat terlalu banyak.
Lihat apa yang mungkin terjadi apabila 2 atau 3 stasiun televisi dimiliki oleh seseorang atau sebuah grup perusahaan :
1. Pembatasan karier atau kesempatan kerja untuk level eksekutif. Lihat tulisan saya sebelumnya tentang para eksekutif TV di Indonesia.
2. Terjadi persamaan selera karena SDM-nya terbatas pada kelompok mereka.
3. Terjadi keseragaman kebijakan dalam pengambilan keputusan dan sikap politik.
4. Saling tukar atau saling relay program (kadang semacam TV Pool).
5. Grup besar biasanya mengontrak artis eksklusif hanya untuk stasiun televisi grup mereka.
6. Yang lebih lucu lagi, identitas grafis pun bisa jadi mirip. Lihat antara antv dengan tvOne?
Mungkin masih ada banyak yang lainnya, Anda mau menambahkan?
Paradigma Sama
Sejauh yang saya amati, paradigma penyusun program televisi di negeri kita, masih mengikuti 'daily lifestyle' masyarakat pada umumnya. Misal, jam 10 untuk Ibu, jam 15 untuk anak-anak/reamaja, petang buat keluarga, tengah malam buat pria dewasa. Lalu acara mimbar agama Islam hari Jum'at, mimbar agama Kristen hari Minggu, ya kurang lebih seperti itulah yang terlihat dari susuanan acaranya sehari-hari.
Bagi saya, menyusun program televisi atau memilih acara apa untuk ditempatkan jam berapa, bukanlah persoalan salah atau benar. Itu lebih kepada selera, kepentingan, pengalaman, wawasan dan latar belakang pergaulan serta kreatifitas sang programmer. Selain mematuhi peraturan dan etika yang berlaku tentunya.
Selama paradigma penyusun program masih seperti diatas, maka siap-siaplah akan datangnya TV Monoton! Monoton karena sinetron dan dangdut adalah kepercayaan mereka dalam mendongkrak rating. Monoton karena berita yang ditayangkan adalah kebijakan dan sikap politik yang sama. Monoton karena 'looks' di layar kaca mirip-mirip semua, baik artisnya maupun design grafis-nya. Ya, pokoknya kita waspada akan datangnya TV Monoton Indonesia.
05 Maret 2008
Awas Ada TV Monoton Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
SEBETULNYA PARADIGMA SEPERTI APA YANG BAGUS UNTUK ORANG-ORANG TV PROGAMMER?
Paradigma lama tersebut masih mungkin dipakai, tapi kan kalau 11 TV plus lokal juga berprinsip sama, apa jadinya TV yang banyak itu? Itulah kami sebut monoton!
Makanya saya salut sama Spacetoon yang beda sama tv lain.
Purwa, jakarta
TV KITA MEMANG MEMBOSANKAN! ITU SAJA KOMENTAR SAYA
Hahahahahaaaa.. Lebih baik kita nonton CNN atau CNBC saja, konsisten dan gak kayak TV kita hahahahaaaa
Posting Komentar