Pengelola Televisi (melalui bagian promo on air-nya), sebaiknya jangan mengira masyarakat atau pemirsa itu bodoh dan mudah percaya. Terutama pada saat mereka membuat promo-promo programnya. Tidak perlu menggunakan jargon-jargon 'super' atau 'hebat' yang absolut. Contoh, promo program berita di salah satu stasiun TV yang mengatakan "Tidak akan terlewatkan seditik pun". Maksudnya, TV itu akan selalu menyiarkan berita yang tidak akan terlewatkan sedetik pun? Apa bisa?
Pemirsa sudah pandai menilai, tidak mungkin ada TV di dunia ini yang mampu menampilkan berita yang tidak akan terlewatkan dalam sedetik pun. Apalagi kebanyakan berita di TV itu adalah berita basi yang direkam sejam, dua jam atau sehari lalu dari kejadiannya dan disiarkan dalam waktu maksimal 3 menit?. Pada saat live reporting pun, belum tentu tidak ada yang tak tercover. Karena setiap camera hanya bisa menangkap satu sasaran tertentu. Kejadian yang berhubungan dengan peristiwa tersebut, tetapi adanya di bagian belakang atau dalam rumah, misalnya, belum tentu tertangkap oleh camera. Artinya, pada detik itu bisa saja ada yang terlewatkan?
Mungkin kalau menggunakan kata sifat, seperti "Tajam, Terpercaya". Masih dapat diterima. Walaupun tetap ada saja yang sinis mengatakan "Itukan menurut orang TV itu, kalau menurut pemirsanya kurang tajam? Atau tidak terpercaya karena ada yang salah baca nama orang atau jabatan atau nama tempat gimana?"
Hendaknya para pengelola TV, dapat memilih kata-kata yang bijak dan jangan membohongi publik dalam mempromosikan program atau mata acaranya. Sesuai faktanya saja. Masyarakat Indonesia mulai belajar banyak dan akan semakin pandai menilai.
27 Februari 2008
Jangan Kira Masyarakat Bodoh
25 Februari 2008
Stasiun Televisi Kita Sedang Kejar-kejaran
Pernah dengar KEJAR TAYANG? Ya, itulah istilah bagi rumah produksi yang sinetronnya ditayangkan secara stripping (setiap hari). Tentu berdampak pada kualitas hasil produksi mereka.
Televisi di Indonesia juga KEJAR SETORAN, artinya mereka harus membayar hutang termasuk bunganya ke Bank. Ini berdampak pada kualitas program yang ditayangkan pada jam-jam utama.
Ingat, stasiun televisi juga KEJAR DEADLINE untuk siaran berjaringan yang diperpanjang selama 2 tahun kedepan, 28 Desember 2009. Dampaknya, acara lokal yang menjadi syarat berjaringan akan menjadi ASAL ADA. Yang penting syarat terpenuhi :-(
Televisi kita juga KEJAR SDM yang handal untuk menduduki posisi-posisi penting di perusahaan televisi. Orang-orang terkenal pindah kesana kemari dengan iming-iming gaji lebih besar dan menjadi pionir di stasiun tersebut. Dampaknya? Persamaan SELERA antara TV yang lama dengan TV yang baru dimana mereka bekerja.
Konglomerat Televisi juga berlomba-lomba KEJAR GENGSI. Makin tambah stasiun yang dimilikinya, makin bergengsilah dia. Ini bisa berdampak negatif bagi negeri ini. Bayangkan kekuatan yang mereka miliki dengan kepemilikan media yang begitu banyak! Ingat Information is Power?
Anda pun dapat menambahkan KEJAR-KEJARAN apa lagi yang sedang terjadi di media televisi kita saat ini. Apakah dana asing juga sedang mengejar stasiun televisi di Indonesia?
24 Februari 2008
Siaran Spacetoon 24 Jam Untuk Siapa?
TV Anak Spacetoon yang jangkauan siarannya hanya lokal Jakarta dan sekitarnya, ternyata 24 jam ya? Anak-anak berangkat sekolah jam 6.00 pagi, pulang jam 14.00, lalu tidur siang dan sore bikin PR, lalu mandi dan makan malam, jam 20.00 sudah masuk tempat tidur lagi. Kira-kira kalau Spacetoon mau 24 Jam, seperti apa siarannya dan untuk siapa? I have an Idea! Feel free to mail me. Japri it's okay!
Read More ..20 Februari 2008
Humor Kasar di Acara GoShow TPI
Rabu, 20 Februari 2008, sekitar jam 10.30 saya sempat melihat acara GO Show (Gossip Show). Acara itu menampilkan pembawa acara Andre Stinky bersama Zora Widyanata plus 1 orang lainnya di TPI.
Anehnya, pembawa acara itu bukan membacakan gossip yang akan ditayangkannya, tapi mereka hanya sebagai mengisi kelucuan saja atau filler komedi didalam acara tersebut.
Saya agak kaget, karena sedang menlihat acara tersebut bersama anak-anak. Ceritanya, kalau Anda sakit kepala dan mau cepat sembuh, maka kepala Anda harus di PENTOGIN atau di JEDOTIN. Maksudnya mau melucu atau memelesetkan merek obat yang menggunakan akhiran IN.
Yang lebih parah, Andre memperagakan bagaimana ia mencoba memegang kepala seseorang dan kemudian membenturkannya ke tembok. Itu yang dimaksud "pentokin" atau "jedotin".
Gambar di televisi, walaupun hanya main-main, telah banyak memakan korban. Umumnya pada diri dan jiwa anak-anak. Contohnya acara Smackdown dan sejenisnya yang akhirnya di drop dari penayangannya.
Kepada pengelola GoShow, cobalah untuk lebih selektif dan sensitif dalam mengontrol aksi yang akan ditayangkannya, walaupun itu hanya sebagai filler komedi.
Market Review METRO vs Kabar Pasar TVONE
Pada jam yang sama, acara informasi pasar modal, keuangan dan bisnis dapat kita tonton di dua stasiun TV, masing-masing di Metro TV melalui acara Market Review dan acara Kabar Pasar melalui tvone.
Apa yang didapatkan pemirsa? Tentu saja keragaman informasi. Dari setiap persaingan acara di televisi, kita anggap yang diuntungkan adalah masyarakat atau pemirsa. Kita jadi bisa memperoleh informasi lebih banyak dan dapat kita pindahkan cahnnel bolak balik dari Metro ke tvone.
Namun dari sisi kemasan grafis-nya, tvone menjadi lebih dinamis dan lebih menarik. Maklum tv ini baru di launching beberapa hari lalu. Mungkin mesin editing atau grafisnya adalah model terbaru. Soal Anchor-nya, tvone juga lebih bagus. Kalau MetroTV agak kaku, padahal presenter Maria Kalaij sudah cukup senior di Metro TV?.
19 Februari 2008
Email Tentang SCTV Curang Belum Ada Tanggapan
Berikut ini tulisan Fitryan yang dikirim via Email oleh kawan saya.
Sejak dinyatakan Pak Harto meninggal, saya duduk terpaku di depan televisi mengikuti berita beliau. Saya terus mengganti-ganti saluran televisi untukmendapat informasi dari sisi lain. Tapi, saya kecewaketika melihat tayangan di SCTV saat harus menayangkankondisi dalam ruangan dimana jennazah alm. Pak Hartodisemayamkan. Kita semua tau yang hanya mendapatgambar itu pertama kali kali adalah TVRI. Saat RCTImenayangkan kondisi di dalam itu, RCTI dengan gamblangmenampilkan logo TVRI Nasional di sisi kanan sedangkanlogo RCTI di sisi kiri, sedangkan tulisan TVRI EKSLUSIVE di bagian bawah. Saya menilah RCTI sportif. Tetapi, saat tayangan yang sama diliput oleh SCTV(sekitar pukul 17.30-an), saya kecewa karena SCTVsengaja menutupi logo TVRI Nasional dengan logo SCTV, sedangkan tulisan TVRI Ekslusif ditutup dengan tagline bertuliskan In Memoriam Soeharto. Saya menilai SCTV curang dan tidak sportif untuk mengakui kekalahannya tidak mendapat gambar ekslusif. Sayang sekali sebagai program berita yang selama ini terpercaya harus melakukan kecurangan seperti itu.... tak cuma saya anak-anak saya bahkan ibu saya yang menonton pun protes berat, mohon SCTV jujur bahwa anda tidak memperoleh gambar ekslusif....
Mana tanggapan SCTV?
17 Februari 2008
Para Pejabat Penting Stasiun Televisi
Berikut adalah susunan Direksi beberapa stasiun televisi di Indonesia, berdasarkan struktur awal 2008 yang kami kutip dari berbagai sumber, termasuk dari situs resmi mereka.
1. TVONE (d/h Lativi) :
Direktur Utama : Eric Thohir, Wakil Dirut : Ardiansyah Bakrie, Direktur Pemberitaan, Olah Raga dan Produksi : Sukarni Ilyas, Direktur Teknik : Alex Kumara, Direktur Keuangan : Charlie Kasim, Direktur Programming & Marketing : Otis Hahijary.
2. RCTI :
Direktur Utama : Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo, Wakil Dirut : Sutanto Hartono, Direktur Keuangan & Adm : Beti Puspitasari Santoso, Direktur Programming : Harsiwi Achmad, Direktur Sales & Marketing : Daniel Tatang Hartono.
3. TRANS TV :
Direktur Utama : Ishadi SK, Wakil Dirut/Direktur Operasional : Wishnutama, Direktur Finance & Human Capital : Warnedy, Direktur Sales & Marketing : Atiek Nur Wahyuni.
4. TRANS 7 :
Direktur Utama/ Direktur News/ Direktur Operasional : Wishnutama, Wakil Dirut/Direktur Sales & Marketing/ Direktur Programming : Atiek Nur Wahyuni, Direktur FRM : CH Suswati Handayani.
5. GLOBAL TV :
Direktur Utama : Stephen K. Sulistyo, Direktur Sales, Marketing & Programming : Agus Sjafrudin, Direktur Keuangan : Satya Ganeswara, Direktur Pemberitaan : Siane Indriani.
6. ANTV :
Direktur Utama : Anindya N. Bakrie, Para Direktur : Rajan Puri, Robertus Bismarka Kurniawan, Haji Azkarmin Zaini, Daniel G. Resowijoyo.
7. METRO TV :
Direktur Utama : Wishnu Hadi, Direktur Sales & Marketing : Lestary Luhur, Direktur Finance & Adm : Ana Widjaja, Direktur Tehnik : John Balonso, Direktur Pemberitaan : Andy F. Noya.
8. SCTV : ??
Direktur Utama : Fofo Sariatmadja, ??
9. INDOSIAR : ??
Direktur Utama : Handoko, Direktur Programming dan Pemberitaan : Truandy Suyatman, ???
10. TPI :
Direktur Utama : Sang Nyoman Suwisma, Wakil Dirut/ Dir. Operasional: Artine S. Utomo, Direktur Keuangan : Mulyawan P.Guptha, ??
11. TVRI :
Direktur Utama : MAYJEN. TNI. (PURN),DR. I GDE NYOMAN ARSANA, SE. M,
Direktur Teknik : SATYA SUDHANA, Direktur Program dan Berita : YON ANWAR,
Direktur Umum : DRA. IMMAS SUNARYA, MM, Direktur Keuangan : DR. ANTAR MT. SIANTURI, AK. MBA.
Yang belum terdapat disini, mohon dilengkapi jika Anda mengetahuinya. Terima kasih.
15 Februari 2008
Apa Makna "Beda" dari TV One?
Presiden SBY meresmikan beroperasinya sebuah stasiun televisi (lama tapi) baru, yaitu TV One (eks Lativi). Apa yang membuat Pak SBY berminat meresmikan TV One? Apakah karena permintaan salah satu Menko-nya, Abu Rizal Barkie? yang konon kabarnya salah satu pemilik saham TV One melalui Anin Bakrie?. Begitu juga wawancara langsung dengan Wapres JK pada malam harinya. Alhasil, tidak anehlah jika para petinggi negri ini muncul diperesmian TV One.
Tertarik dengan jargonnya, saya coba mengikuti susunan acaranya yang menurut Karni Ilyas, salah satu direkturnya, "berbeda". Begitu juga menurut Dirutnya Eric Thohir. Kata "Memang Beda", tentu saja ditujukan untuk menarik minat pemirsa seperti saya.
Saya selalu tertarik dengan kata 'beda', karena berkonotasi akan munculnya sebuah karya kreatif atau inovatif, yang belum pernah dilakukan atau dilihat oleh orang lain. Untuk dunia program televisi, saya sudah banyak menemukan pola program TV yang masing-masing berbeda, seperti MTV untuk Musik, CNN untuk Berita, ESPN untuk Olah Raga, E! Channel untuk Info Selebritis, Travel & Living untuk Info Pariwisata, Asian Food Channel untuk acara masak memasak, Fashion TV untuk Info Mode, Model dan designer produk, Animal Planet untuk Info dunia binatang, Discovery Channel untuk feature fiksi dan Disney Playground untuk acara dunia anak. Stasiun televisi yang dapat dijumpai di tv kabel tersebut betul-betul beda secara nyata dalam susunan dan pola programnya. Apakah seperti itu yang dimaksud TV One?
Tapi saya agak kecewa, setelah diperhatikan sejak peluncurannya, di TV One tidak ada yang beda. Maaf, bukannya saya under estimate, tetapi sangat yakin tidak akan ada perbedaan antara TV One dengan TV yang lainnya (RCTI, SCTV, Indosiar, TransTV, MetroTV, dll).
Selama TV One masih menyiarkan acara-acara seperti Berita, Olah Raga, Hiburan, Belanja, Believe It or Not atau beberapa acara lainnya seperti yang dipromosikan di layar kaca-nya, saya pikir itu belum beda. Itu akan tetap sama dengan TV lain. Yang beda cuma 'chasing'-nya.
Untuk bisa disebut beda, program TV harus betul-betul beda dalam artinya yang nyata antara TV yang satu dengan yang lainnya, seperti contohnya TV yang saya sebut diatas. Semoga TV One tidak mengaburkan makna "Berbeda" mulai dari awal peluncurannya.
14 Februari 2008
Lativi Ganti Nama Jadi TV ONE
Mulai 14 Februari 2008, saya melihat iklan sebuah stasiun TV baru, namanya TV ONE. Saya pikir ini ada izin TV baru yang baru saja dikeluarkan, tapi saya melihat wajah-wajah tidak asing, diantaranya Karni Ilyas. Setelah saya tanya sana-sini, oh ternyata itu adalah nama baru bagi Lativi.
Seperti yang saya dengar, Lativi memang sudah berpindah tangan. Pemiliknya bukan lagi mantan Menaker era Soeharto, Abdul Latief yang juga pemilik Pasaraya Sarinah. Entah benar atau tidak, menurut kabar, pemilik sekarang adalah Star TV dan Grup Bakrie yang juga mengoperasikan ANTV. Koreksi kalau saya salah.
Apakah TV ONE dan ANTV menjadi bersaudara, seperti halnya RCTI, TPI dan Global TV?. Sama juga seperti halnya Trans TV dengan TV7. Apakah juga jadi menyusul antara Indosiar dengan SCTV? Kita tunggu saja, yang jelas mereka semua berlomba menjadi yang terbaik. Uang ratusan milyaran rupiah harus kembali termasuk keuntungan yang mereka proyeksikan.
Semoga yang untung adalah masyarakat. Semoga saja.
Selamat datang Lativi One, Oops sorry, tanpa La. Tapi TV One (kenapa harus pakai bahasa Inggris ya?) Mungkin perlu nama panggilan yang keren??
13 Februari 2008
Empat Mata dan Anak-anak Yang Sampai Larut Malam
Tadi malam saya sempat pindah-pindah channel dan lumayan lama menonton "Empat Mata" di Trans 7. Terlepas dari popularitas dan kelucuannya, ternyata ada saja hal-hal yang kurang pantas terjadi dalam episode tadi malam.
Pertama, karena acara itu siaran langsung (Live), maka sangatlah tidak pantas ada bintang tamu anak-anak SD (anaknya Ki Joko Bodo dan bintang tamu lain) yang masih berada di studio TV hingga selesai acara jam 23.00. Bukankah besok hari masuk sekolah?
Kedua, celotehan yang maksudnya mau lucu, tapi dilakukan Tukul di depan anak-anak. Untung hanya sekilas, sehingga tidak ada bintang tamu dewasa yang tertawa. Spontanitas Tukul tentang celotehan, "Terlalu Panjang" pada saat Tukul menduduki boneka di tempat duduknya, bisa berkonotasi negatif.
Lalu kata "Bodoh" yang diucapkan ketika anak Ki Joko Bodo tidak tahu harus menjawab apa terhadap pertanyaan Tukul.
Saya pikir, apa yang saya catat sebagai bagian yang 'disayangkan' terjadi, bukanlah pendapat yang subektif. Saya menyukai acara itu karena cukup membantu mengurangi stress. Nah, saran saya, seorang komedian seperti Tukul harus makin 'wise' lagi kedepannya. Jangan sampai acara yang banyak ditonton orang ini, dirusak oleh hal-hal yang sifatnya spontan tanpa skrip, apalagi didepan bintang tamu yang harus dilindungi, khususnya anak-anak.
Alangkah lebih bijak jika mau bintang tamu anak-anak SD atau balita, acara tersebut direkam saja pada siang hari, sehingga tidak mengganggu jam belajar dan jam tidur anak-anak. Terima kasih semoga Mas Tukul dan Crew Trans 7 dapat memahami. Salam!
12 Februari 2008
Blog Dunia TV Beriklan di Elshinta.com
Untuk meningkatkan jumlah pembaca situs blog ini, kami memutuskan untuk beriklan di Elshinta.com, sebuah situs berita dan informasi milik Radio Elshinta. Keputusan tersebut kami ambil karena Elshinta.com merupakan situs yang cukup stabil, konsisten dan aktual dalam pemberitaan, yang juga dapat didengar sebelumnya di Radio Elshinta beserta jaringannya yang tersebar di tanah air. Melalui Elshinta.com, kami berharap juga mendapatkan feedback dari para pendengar radio streaming Elshinta di luar negeri.
Terima kasih untuk kawan-kawan di Elshinta Group yang sangat kooperatif dalam melayni keinginan kami. Semoga jaya selalu.
11 Februari 2008
Tayangan Kekerasan dan Mistis di Televisi Ditentang Kaum Ibu
Berita ini saya kutip dari Elshinta.com yang menyebutkan bahwa tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan dan mistis ditentang sejumlah ibu rumah tangga di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Mereka menilai, tayangan tersebut tidak mendidik dan justru membuat perkembangan anak terganggu, seperti yang diungkapkan Ny. Nur Hidayati, salah seorang ibu rumah tangga.
Ia mengatakan, secara umum perkembangan pertelevisian di Indonesia sangat bagus. Namun materi yang disajikan harus dievaluasi lagi. Pasalnya banyak tayangan televisi yang sifatnya tidak mendidik, seperti sinetron yang berbau mistis dan sinetron yang hanya menjual mimpi belaka. Untuk itu ia berharap agar tayangan televisi ke depan bersifat mendidik. Sehingga perkembangan mental anak Indonesia tumbuh dengan baik. "Banyak tayangan televisi yang tidak mendidik. Dalam hal ini, cerita-cerita yang ada di sejumlah sinetron saat ini sangat kurang mendidik bagi anak-anak kita. Sebaiknya sinetron mengambil unsur pendidikan dan akhlak," ujarnya. Dalam kesempatan itu Nur Hidayati juga menyatakan rasa terima kasihnya jika pemerintah mau memperhatikan lagi mutu tayangan pertelevisian di Indonesia.
Sejarah Penemuan dan Inovasi Televisi
Sebelum saya lebih jauh lagi menulis perkembangan dunia televisi, maka alangkah baiknya jika blog ini juga saya isi dengan tulisan tentang sejarah penemuan dan inovasi televisi di dunia. Saya menyusun bahan ini dari berbagai sumber, termasuk Wikipedia.
Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.
Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1876 - George Carey menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.
1884 - Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis.
1888 - Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
1897 - Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan oleh ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi cikal bakal televisi layar tabung.
1900 - Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
1907 - Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
1927 - Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
1923 - Vladimir Kozma Zworykin, mendaftarkan paten atas namanya untuk penemuannya, kinescope, televisi tabung pertama di dunia. Setahun kemudian, dia mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat dan menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pittsburgh. Vladimir lahir di Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Dia bekerja di perusahaan elektronik RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi. Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982).
1939 - tepatnya tanggal 11 Mei, untuk pertama kalinya, sebuah pemancar televisi dioperasikan di kota Berlin, Jerman. Dengan demikian, dunia mulai berkenalan dengan alat komunikasi secara visual. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai penghargaan terhadap Powel Nipkov, ilmuwan terkenal Jerman dan salah seorang penemu peralatan televisi.
1940 - Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1956 - Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun. Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180 paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.
1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.
1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.
Latar belakang pengembangan televisi digital:
-Perubahan lingkungan eksternal
-Pasar TV analog yang sudah jenuh
-Komplain adanya noise, ghost dll
-Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel (Cable Television)
Perkembangan teknologi :
-Teknologi pemrosesan sinyal digital (Digital Signal Processor)
-Teknologi transmisi digital
-Teknologi semikonduktor
-Teknologi peralatan display yang beresolusi tingggi
Keunggulan televisi digital :
-High Definition. 5~6 kali lebih halus dibanding televisi analog
-Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya
-Multifunction. Memberi kemampuan untuk merekam dan mengedit siaran
-Multichannel (satu saluran dapat diisi lebih dari 5 program yang berbeda)
Semoga bermanfaat. Terima kasih.
09 Februari 2008
Kita Yang Harus Menjaga Anak-anak Kita.
Tadi malam saya menyaksikan infotainment yang menyiarkan anak-anaknya Dhani Ahmad dan Maia Estianti, kedapatan gurunya memiliki gambar yang tidak senonoh di layar handphone-nya. Opini masyarakat mulai mengalir kesana kemari menyalahkan banyak media, film, televisi, dll. Karena saya hanya concern dengan televisi, maka saya jadi ingin mengomentarinya di blog ini.
Televisi hanyalah sebuah kotak bisu yang hanya terdengar nyaring saat kita menyetelnya. Kotak bisu berlayar kaca atau layar LCD itu tidak mampu menolong kita, anak-anak kita atau siapapun dari kejadian apapun.
Jangan mengandalkan televisi untuk pendidikan anak-anak kita, walaupun nama stasiun itu Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Juga jangan mengandalkan LSM yang tidak mengenal prilaku putra-putri kita atau Manager bioskop yang sedang mencari keuntungan bisnis. Pokoknya, jangan mengandalkan pihak mana pun untuk menjaga anak-anak kita dari gambar-gambar porno.
Yang harus menjaga dan mendidik anak-anak kita adalah diri kita sendiri sebagai orang tuanya atau keluarganya. Kita-lah orang tua yang harus mengatur anak-anak kita untuk menonton atau tidak menonton acara tertentu di televisi atau di bioskop. Kita-lah yang bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak kita terhadap berbagai hal yang kerap kali mereka temui diluar rumah. Bukan TV, Majalah, Koran, Bioskop, Radio, Tabloid, Buku atau yang lainnya. Mari kita mulai dari kita sebagai orang tuanya. Stop menyalahkan benda-benda mati atau pihak manapun. Terima kasih..
08 Februari 2008
Menonton TV Education di Spacetoon
Jum'at, pukul 12.40-an, anak saya menonton TV lokal Spacetoon. Saya ikut memperhatikan. Ada acara pendidikan berlogo TVE dan "Learning For All TV Series". Presentasi acara itu menggunakan kartun yang kaku dan berbahasa Inggris dengan teks Indonesia. Walaupun itu hanya salah satu segmen dalam mata acara "Televisi Edukasi" yang memang sering saya lihat dibeberapa stasiun televisi, menurut saya terlalu sulit bagi anak-anak. Tidak menarik. Njelimet. Pertama, bahasa Inggris yang digunakan. Kedua, gerakan kartunnya kaku dan tidak dikenal (Tidak seperti Dora atau Donald Duck). Ketiga, grafis-grafis pelajaran (kebetulan saya yang lihat adalah pelajaran matematik) yang membosankan seperti di tempat kursus. Wah..., dimana unsur hiburannya?
Saya khawatir, proyek Televisi Edukasi yang tujuannya bagus, tapi tidak mendapat tempat disegmennya. Itu hanya buang-buang uang Depdiknas dan airtime TV itu sendiri. Terbukti, anak saya tidak mau belajar dari acara itu, dia lebih memilih tidur.
Membuat proyek Televisi Edukasi, harus dimulai dari niat yang baik, bukan dari niat yang hanya mencari keuntungan atau proyek semata. Karena bagi yang mendapatkan proyek tersebut, asalkan sudah ditayangankan di televisi, dia pikir pekerjaannya sudah selesai. Tidak peduli ada yang menonton atau ada yang tertarik dengan acara tersebut.
Lebih baik uang tersebut disumbangkan ke sekolah-sekolah secara nyata. Bangun gedung-gedung SD yang sudah retak, bocor dan mau ambruk. Jangan ke program televisi dulu. Proyek Televisi Edukasi hanya bisa dikerjakan apabila sudah ada pihak yang dapat dipercaya untuk membuat presentasi program yang menarik, menghibur dan yakin akan mendapatkan jumlah penonton yang banyak sesuai target audience-nya. Orang-orang seperti Imam Prasodjo, Prajoto atau kak Seto mungkin lebih pas bila diajak memikirkan proyek tersebut. Jika belum ada yang peduli, lebih baik ditunda dulu sampai ada. Terima kasih.
Menonton TV Lokal di HomeCable
Selamat kepada beberapa TV lokal yang kini sudah dapat disaksikan di HomeCable. Saya kebetulan berlangganan HomeCable dari First Media, belum lama ini menemukan siaran televisi lokal seperti : Jak-TV, O'Channel, JTV, Spacetoon, CahayaTV Banten dan BaliTV. Menarik juga sebagai tontonan alternatif.
Untuk First Media, saya ucapakan salut dan semoga bisa ditampilkan juga TV lokal lainnya, seperti BandungTV, JogyaTV, ElshintaTV, RiauTV, dll. Agar para pelanggan HomeCable dapat melihat langsung budaya, peluang usaha, informasi dan hal-hal menarik dari daerah setempat.
Untuk stasiun televisi lokal yang ditayangkan di HomeCable, hendaknya memperkaya isi siaran tentang budaya dan pariwisata daerahnya lebih banyak, layaknya majalah atau koran lokal. Saya sebagai penonton TV lokal tidak mengharapkan adanya sinetron, video musik, gossip show, berita nasional dan internasional, film, serial atau acara-acara yang sudah sangat banyak bisa ditemui di televisi nasional. Perkuat materi-materi kedaerahan yang kreatif. Itu salah satu tujuan content tv lokal kan? Dimana tv nasional tidak dapat meng-explore-nya terlalu banyak.
Terima kasih sekali lagi, ini malah satu contoh sistem berjaringan yang lebih nyata bagi saya.
Salam dari Moderator DuniaTV
07 Februari 2008
Menonton Toleransi di Layar Televisi
Dalam hal saling bertoleransi terhadap perbedaan agama dan keyakinan, ditahun-tahun belakangan ini, saya menilainya semakin baik. Dalam hal ini, peran media televisi sangat penting. Kita tidak hanya dapat menonton acara-acara Ramadhan yang disambung dengan Idul Fitri, tetapi juga acara-acara Natal dari berbagai daerah, Nyepi, dll. Potret toleransi disebarkan dan diterima baik oleh masyarakat, ini merupakan tanda-tanda bagus bagi umat manusia di bumi Indonesia. Rukun dan saling menghargai adalah cikal bakal keadaan dan keamanan yang makin kondusif. Begitu juga saat Imlek tiba, semua stasiun televisi menayangkan acara-acara menyambut imlek, memperkenalkan tradisi tionghoa dengan penuh kegembiraan dan kemeriahannya. Sungguh bahagia saya melihat perkembangan tolenransi beragama dan keyakinan di Indonesia.
Saya juga melihat keadaan di sana-sini, seperti banyak orang yang bukan keturunan Tionghoa ikut membeli dan menikmati kue keranjang (kue khas imlek). Orang-orang non tionghoa yang bertemu kawan keturuan tionghoa, juga mengucapkan selamat imlek. Vihara membagikan sedekah kepada orang-orang miskin disekitarnya. Artis-artis keturunan tionghoa tanpa ragu menceritakan apa arti imlek dan ritual-ritual yang biasa dilakukannya pada saat imlek. Itu semua terekam dan ditayangkan di layar televisi.
Selamat atas perkembangan toleransi di Indonesia. Televisi sangat membantu dalam memberikan pencerahan dan menularkan kebaikan bagi sesama manusia di bumi ini.
Gong Xi Fat Chai!
06 Februari 2008
Menonton BANJIR di Televisi
Banjir besar, yang katanya 5 tahun sekali, sekarang bisa terjadi beberapa kali dalam setahun. Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga diberbagai daerah, yang kadang dibarengi hujan petir, pohon tumbang dan tanah longsor. Televisi mempunyai peran besar dalam mendistribusikan berita bencana alam atau banjir seperti itu. Mereka (crew tv) seperti mendapatkan berkah peliputan atas penderitaan orang lain yang menjadi korban banjir. Wajah lugu pembaca berita tanpa empathi sering kali kita lihat dilayar televisi mengumbar senyum tanpa seolah-olah tidak tahu bagaimana rasanya kebanjiran, kehilangan harta benda atau kehilangan nyawa keluarga.
Tapi bukan berarti para pembaca berita harus menangis tersedu-sedu dilayar televisi ketika membacakan berita-berita kebanjiran. Biasanya, jika hati kecil kita merasa prihatin dan sedih melihat penderitaan orang lain, maka secara otomatis otak kita memerintahkan wajah kita untuk segera berubah. Itu hatus dari hati! Jika tidak, ya berpura-pura prihatin lah dilayar televisi daripada senyum dan ketawa kecil yang bisa menyakitkan hati orang lain..
Upaya dari dalam studio televisi memang harus dilakukan melalui wajah para pembaca berita yang menunjukan keprihatinan. Hal tersebut juga harus dibarengi dengan upaya diluar studio televisi. Saya mendengar reporter Radio Elshinta yang melaporkan kejadian banjir sambil memberikan bantuan kepedulian berupa air minum, nasi bungkus, dll. Saya pikir hal itu juga bisa dilakukan oleh reporter televisi, sambil mengambil gambar ya sambil memberikan bantuan sumbangan. Kenapa Tidak? Jika ada hal yang bagus dari media lain, kita tiru saja, tidak perlu gengsi! Toh itu untuk kepentingan audience para stasiun televisi juga kan? Terima kasih atas perhatiannya. Salam.
01 Februari 2008
Halo Pengguna InGO Mobile
Selamat datang di Dunia TV kepada Anda yang mengakses blog ini melalui program InGO! Semoga pemikiran, analisa, opini dan gagasan yang tertulis di blog ini dapat menjadi referensi bagi perkembangan dunia televisi kita. Untuk memberikan komentar dari tulisan-tulisan di blog ini, selengkapnya Anda dapat mengakses Dunia TV melalui : http://duniatv.blogspot.com/ Sekali lagi terima kasih. Salam...
Read More ..Konvergensi Siaran Digital Untuk Apa dan Siapa?
Konvergensi adalah perpindahan mode siaran dari analog ke digital. Asalkan kita masih tetap dapat mengakses siaran analog, saya pikir tidak masalah. Cuma saya punya pikiran iseng aja, untuk siapa siaran digital itu nantinya? Apakah untuk masyarakat luas atau kalangan terbatas? Lalu apa tujuan siaran digital itu? Apakah karena tuntutan perkembangan teknologi yang wajib bagi setiap negara atau hanya karena gengsi? Dan yang lebih penting lagi, apa isi (content) dari siaran digital itu? Apakah isinya sampah yang tidak laris lagi di siaran analog (TV dan Radio teresterial) atau acara yang disesuaikan dengan model media baru tersebut? Belum lagi kemampuan masyarakat yang masih terbatas jika harus mengganti seluruh receiver analognya ke digital.
Yang jelas, apa pun tujuan dan alasan siaran digital yang akan diterapkan di tanah air kita, hendaknya dapat memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat luas. Ujian terberat sebetulnya berada ditangan industri yang akan mengelola siaran digital tersebut, entah pihak swasta atau pemerintah. Karena kelompok orang yang dapat mengaksesnya terbatas, maka kemungkinan tarif yang dikenakan kepada masyarakat pengguna atau pemasang iklan menjadi sangat mahal. Jika pihak industri hanya memikirkan keuntungan (biasanya pengusaha tidak akan mengambil keputusan yang merugi), memang lebih baik tidak ikut-ikutan berinvestasi di pasar siaran digital, tetapi itu akan membuat kemajuan teknologi dan kreatifitas content di Indonesia menjadi tersendat.
Lantas sikap seperti apa yang mesti kita terapkan terhadap siaran digital?
1. Tetap harus dikembangkan sebagai bagian dari eksperimen teknologi canggih, namun ini harus diawali oleh pemerintah dan pihak swasta, yang bersama-sama menerapkan konsep seperti halnya program CSR (Corporate Social Responsibility), namun ini mungkin bukan untuk sosial, tetapi semacam CHDR (Corporate Hightech Development Responsibility). Dengan demikian, karena cost yang dikeluarkan oleh pihak swasta hanya setengahnya (setengahnya lagi dari Pemerintah atau Subsidi), maka kecanggihan siaran digital itu dapat diakses oleh masyarakat yang lebih luas. Akan lebih bagus lagi jika peralatan siaran digital itu juga merupakan sumbangan dari pembuat alatnya, mereka boleh berpromosi pada program yang akan dikembangkan nanti.
2. Membuat kelompok kerja kreatif yang akan men-design content dari siaran digital (radio, televisi, mobile, dll.) yang nantinya akan membuat demo program atau konsep siaran digital sambil mencari peluang sponsorship atas program tersebut.
3. Jangan malu untuk terus belajar dari negara-negara yang telah sukses menerpakan konvergensi siaran digital tersebut.
Semoga pemikiran diatas dapat memberikan masukan dari sekian pemikiran brilliant kawan-kawan di industri media elektronik yang telah ada sebelumnya.
Salam,
Moderator Dunia TV.