14 Desember 2008

Jawa Pos Incar 75% Saham TPI???

Jawa Pos Group dikabarkan telah mengajukan penawaran membeli 75 persen saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) milik PT Media Nusantara Citra Tbk, unit usaha dari PT Global Mediacom Tbk.

Chief Executive Officer Jawa Pos Dahlan Iskan mengakui pihaknya tertarik membeli saham stasiun televisi tersebut. "Kami memang berminat. Saya telah menunjuk orang untuk mengkaji dan melakukan negosiasi," ujarnya kepada Tempo, Selasa lalu.

Dahlan mengatakan upaya melakukan pengkajian pembelian ini karena mendengar pemilik stasiun televisi itu berencana melepas kepemilikan. "Jadi kami coba untuk menawar," katanya.
Sumber Tempo di kalangan pasar modal mengatakan Dahlan Iskan sejatinya tidak sendiri dalam upaya membidik TPI. Menurut dia, semula sebuah perusahaan bank investasi di Singapura, yang mewakili pemilik TPI, menawari bos Para Group, Chairul Tanjung, untuk membeli.
Kemudian, dia melanjutkan, Chairul Tanjung yang telah memiliki Trans TV dan Trans-7 mengajak Dahlan Iskan mengkaji rencana itu. "Jadilah Dahlan Iskan yang ditunjuk untuk maju menawar TPI," katanya.

Sumber itu mengungkapkan, dari pembicaraan awal, bankir investasi menyebutkan nilai Rp 700 miliar untuk pembelian 75 persen saham TPI. "Nilai itu yang diminta sang pemilik," kata sumber tersebut. Dia mengungkapkan rencana penjualan TPI itu tak lepas dari adanya kebutuhan dana besar yang harus dipenuhi Global Mediacom pada 16 Desember ini. Dana besar adalah untuk membayar obligasi PT Mobile-8 Telecom Tbk (pemilik operator seluler Fren) senilai US$ 100 juta dan Rp 625 miliar yang sebagian jatuh tempo pada 16 Desember mendatang. "Meski telah dijual ke Jerash Investment, Global masih memiliki kewajiban membayar obligasi itu," kata sumber tersebut.

Dahlan yang dimintai konfirmasi soal keterlibatan Chairul Tanjung mengaku tidak tahu. "Wah, Pak Chairul Tanjung juga berminat, ya? Berat dong saingan saya," katanya sambil tertawa.
Dia mengaku akan maju sendiri dalam upaya menawar TPI ini. "Ini sepenuhnya rencana Jawa Pos," katanya. Terkait dengan harga Rp 700 miliar yang disebut-sebut diminta pemilik TPI, Dahlan mengaku nilai tersebut terlalu tinggi. "Kalau seharga itu bagi kami berat."

Menurut Dahlan, rencana untuk membeli TPI sejalan dengan rencana Jawa Pos memiliki televisi swasta nasional. "Kami kan sudah memiliki sejumlah stasiun televisi daerah. Sekarang saatnya untuk punya yang kelas nasional," katanya. Sumber Tempo lainnya yang dekat dengan Para Group juga mengaku membenarkan soal adanya tawaran pembelian TPI. Menurut dia, informasi soal adanya kebutuhan dana besar yang harus dipenuhi pada 16 Desember ini menjadi alasan pelepasan TPI tersebut. "Kami mendengar seperti itu," katanya.

Saat dimintai konfirmasi soal ini, Chairul Tanjung membantah. "Informasi itu tidak benar dan menyesatkan," ujarnya dalam pesan pendek kepada Tempo. Bantahan serupa datang dari Presiden Direktur Global Mediacom Hary Tanoesoedibjo. "Itu tidak benar. Rumor dari mana lagi itu?" katanya kepada Tempo kemarin. Dia mengatakan saat ini Global Mediacom belum ada rencana melego TPI. "Jadi bagaimana mungkin ada yang berminat kalau kami tidak ingin menjual," kata Hary.

Selain soal penjualan TPI, Hary membantah kabar soal adanya kewajiban pihaknya menyediakan dana untuk membayar obligasi Mobile-8 pada 16 Desember mendatang. "Kami bukan pemegang saham mayoritas Mobile-8 lagi. Sudah dilepas ke pihak lain," katanya.

Jerash Investment, special purpose vehicle asal Dubai, kini menguasai 32 persen saham Mobile-8. Global Mediacom hanya memiliki 19 saham Mobile-8. Global Mediacom melepas sahamnya ke Jerash dengan tujuan agar mempertajam fokus strategi perseroan. Pada 3 Desember lalu, analis Moody's Investor Services, Ivan Palacious, dalam siaran persnya menyatakan kemungkinan gagal bayar (default) Mobile-8 atas percepatan pembayaran obligasi senior tanpa jaminan US$ 100 juta bisa memicu gagal bayar silang (cross default) atas obligasi Rp 675 miliar.

Surat utang rupiah Fren itu akan jatuh tempo Maret 2012. Obligasi ini berbunga 12,375 persen per tahun yang dibayarkan setiap tiga bulan. Ivan ragu dengan kemampuan Fren dalam membayar surat utang itu. Hingga akhir September 2008, kas dan setara kas serta dana investasi jangka pendek Fren hanya Rp 681,33 miliar

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ah, mana mungkin HT akan melego tipi2nya?

Anonim mengatakan...

hahaha..jangan2 malah jawapos-nya yang dibeli hari tanoe