03 September 2009

MUI Kritik 3 Sinetron Tayangan Indosiar

Majelis Ulama Indonesia memberi catatan khusus pada tiga sinetron yang ditayangkan pada stasiun televisi Indosiar pada bulan Ramadhan ini.

MUI menilai ketiga sinetron tersebut menodai sejumlah program Indosiar di bawah tema besar "Ramadhan Membawa Berkah". Ketiga sinetron tersebut adalah Tangisan Isabela pukul 18.00-19.00, Jiran yang ditayangkan pukul 19.00-20.00, dan sinetron Inayah pada pukul 20.00-21.00.

"Ketiga tayangan tersebut ditayangkan sehabis magrib. Ketiganya penuh adegan kekerasan dan kata-kata kasar, pelecehan perempuan, dan melecehkan nilai agama," ujar Said Baduari, Kepala Bagian Informasi MUI, dalam konferensi pers "Hasil Pantauan MUI terhadap Tayangan Televisi pada Pekan Pertama Ramadhan", di Gedung MUI, Kamis (3/9).

Pada sinetron Jiran, MUI memberikan kritik karena sinetron yang diproduseri Ram Soraya ini menonjolkan adegan kekerasan secara vulgar. Contohnya, kekerasan terhadap Jiran oleh kerabat Sultan dalam upaya menyakiti Jiran dan menggugurkan kandungan. Sinetron Jiran dianggap minim unsur pendidikan dan hanya membangkitkan sentimen anti-Malaysia.

Sinetron Jiran, lanjut dia, juga merendahkan dan melecehkan martabat perempuan. Pasalnya, dalam sinetron tersebut terdapat adegan jual beli perempuan kepada orang lain, tanpa kritik berarti. "Jiran juga penuh ucapan kasar, makian, dan bentakan. Seperti ucapan Sultan yang akan membubuh Mak Cik Noor bila menghalangi keinginan Sultan," ucap dia.

Kritik MUI juga mengena pada sinetron Tangisan Isabela. Sinetron produksi Soraya Intercine Film ini dianggap menonjolkan kekerasan dan kata-kata kasar secara vulgar. "Misalnya adu jotos dan adu mulut antara Imran dan Faris hingga Imran menodongkan pistol di pelipis Faris. Berhamburan kata-kata kasar dan makian di antara keduanya," kata dia.

Tangisan Isabela, kata dia, merendahkan dan melecehkan martabat perempuan, menyakiti, menculik, menyandera hingga mengikat Isabela di tempat tidur. Pada adegan tersebut, orang-orang di sekitar membiarkan dan tidak ada tindakan atau ucapan yang mengoreksi tindakan tersebut.

"Kalimat yang diucapkan Faris, Imran, dan keluarga kesultanan penuh ucapan kasar dan selalu nada kebencian dan kelicikan," kata dia.

Sinetron ketiga yang dikritik MUI adalah Inayah. Ia mengatakan, sebelum bulan Ramadhan, MUI telah melayangkan kritik pada sinetron tersebut. "Nama sinetron Inayah mempunyai sejarah yang panjang. Namun, isi ceritanya sama saja dan MUI sering mengkritik itu," kata dia.

Menurut MUI, sinetron Inayah penuh dengan kekerasan dan tidak mendidik. "Jam tayang Inayah digeser setelah tarawih, sepertinya sinetron ini berusaha memanjakan penontonnya walau Ramadhan, dengan menunggu mereka pulang tarawih," sesalnya.

Melihat hal tersebut, MUI berharap kepada Komisi Penyiaran Indonesia untuk menindaklanjuti catatan yang ditemukan MUI sesuai prosedur. "Masukan ini kiranya bisa mendorong pengelola televisi untuk terus meningkatkan kualitas tayangannya," harap dia. (kompas.com)

Tidak ada komentar: