Panasonic menghentikan TV tabung karena permintaan yang terus turun, dan beralih konsentrasi ke TV plasma dan LCD. Tapi TV plasma bisa terancam oleh TV LCD. Apakah TV plasma akan bernasib sama dengan TV tabung?
Kekhawatiran TV plasma akan segera berakhir setelah banyak produsen yang menghentikan produksinya. Terakhir Pioneer mengumumkan akan mematikan bisnis TV-nya. Ini sesuatu yang dramatis, karena tahun lalu TV plasma Pioneer mampu membuat heboh dunia.
Meskipun pengembangan teknologi ini terus berlanjut, tapi masalah di industri plasma tak bisa dihindarkan. Plasma pernah mengalami masa kejayaan pada periode 2004 hingga 2006. Saat itu plasma mengambil alih TV proyektor sebagai TV ukuran besar.
Tapi plasma mengalami masa berat, karena harganya tidak mampu turun meskipun volume penjualan sudah semakin meningkat. LCD juga semakin menarik konsumen karena harga yang lebih murah, serta teknologinya yang semakin baik.
Apalagi setelah resesi menjangkiti dunia, hanya sedikit yang mampu menjangkau TV plasma kualitas premium. Di saat sama, teknologi LCD telah mencapai standar yang dulunya hanya dimiliki plasma. Pada awal 2009 penjualan LCD secara global telah melampaui plasma 8 banding 1.
Vice President Director PT Panasonic Gobel Indonesia, Reinaldi Sjarif mengatakan permintaan TV plasma masih kuat terutama untuk memenuhi kebutuhan TV layar besar.
TV plasma ditujukan untuk memenuhi kebutuhan TV di atas 42 inci. “Untuk TV plasma ini tidak ada ukuran yang lebih kecil, karena kalau lebih kecil harganya akan jadi mahal,” katanya di Jakarta, kemarin.
Ia menambahkan potensi pasar Indonesia sangat besar. IMF menyebut Indonesia merupakan satu dari tiga negara yang memiliki pertumbuhan positif, bersama dengan India dan China. Pada 2009 pasar flat TV akan naik 40% dari tahun lalu. Sedangkan pada 2010 akan naik 30%. Sedangkan pasar plasma tahun ini naik 35%.
Panasonic tahun ini menargetkan bisa menjual 70 ribu unit flat TV. Saat ini, Panasonic adalah penguasa pasar plasma TV di Indonesia dengan porsi di atas 40%. “TV plasma ditargetkan tinggi, karena Panasonic memiliki 70% paten, sehingga harus nomor satu,” imbuhnya.
Untuk menguasai pasar flat TV, Panasonic akan lebih fokus dengan menghentikan TV tabung. TV tabung itu dihentikan karena kebutuhannya turun 90% pada tahun lalu.
Sementara untuk TV LCD Panasonic akan masuk ukuran kecil. Hal itu untuk menjadikan jajaran produk lebih inovatif.
Reinaldi mengatakan TV LCD Panasonic yang dipasarkan di Indonesia diimpor dari Malaysia. Sementara untuk plasma high end, diimpor dari Jepang. Sedangkan yang mid end didatangkan dari Singapura.
Selain itu Panasonic menambah jajaran produk yang ditawarkan dari 19 inci sampai 103 inci. Sementara ukuran 31 inci diutamakan dengan memasarkan model yang lebih banyak.
Lalu apakah harga TV plasma bisa bersaing? Reinaldi mengatakan Panasonic menetapkan harga bersaing dengan tujuan meningkatkan daya saing. Namun bukan berarti Panasonic membanting harga. “Panasonic menawarkan value for money, ada barang ada harga,” katanya.
Mengenai produsen TV plasma yang menghentikan produksi kata Reinaldi banyak alasan. Namun khusus untuk Pioneer sudah dibeli Panasonic. Selain itu Panasonic juga mengincar Sanyo. (inilah.com)
23 Juni 2009
TV Plasma Susul CRT Gulung Tikar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar