Sebuah program acara televisi untuk anak-anak bertajuk Jalan Sesama (Sesame Street) diluncurkan di Galeri Nasional Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Dalam peluncuran itu hadir Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) John Heffern dan para tokoh boneka dalam acara itu, Putri, Momon, Tantan and Jabrik, serta tokoh-tokoh baru seperti Belang dan Agent 123.
"Jalan Sesama menampilkan keadaan sosial dan budaya di Indonesia. Acara ini menekankan nilai-nilai toleransi, keragaman, dan penghargaan terhadap lingkungan hidup serta juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bersenang-senang," kata Heffern.
Tayangan perdana acara yang memasuki musim yang baru ini, menurut siaran pers Kedubes AS di Jakarta, Jumat, akan disiarkan di Trans7 pada Sabtu, 31 Januari 2009, pukul 9:30 WIB. Pada tayangan perdana itu akan memeriahkan pelari nasional Suryo Agung Wibowo, aktor Didi Petet, grup band NAIF, aktris Rachel Maryam, dan presenter acara kuliner Bondan Winarno.
Para selebritis ini akan menyampaikan pesan-pesan seputar hidup sehat, olah raga, dan musik. Acara tersebut juga akan memperkenalkan karakter baru bernama Gatot Kata. Gatot Kata adalah karakter yang terinspirasi oleh tokoh wayang populer Gatotkaca yang mengajak para pemirsa untuk membantunya menemukan benda-benda yang namanya dimulai dengan huruf tertentu.
Jalan Sesama, yang diproduksi oleh lembaga nirlaba pendidikan Sesame Workshop bekerja sama dengan Creative Indigo Production Jakarta itu, menampilkan sahabat anak-anak berbulu gimbal dan tamu-tamu dari kalangan selebriti.
Para tokoh dalam acara itu akan membantu anak-anak belajar tentang ketrampilan sosial dan kognitif dasar, sementara di saat yang sama menggambarkan keragaman yang dinamis dari negara kepulauan yang sangat luas.
Jalan Sesama melibatkan pendidik setempat dan ahli perkembangan anak dalam menciptakan muatan tema yang relevan dan sesuai dengan usia, seperti mendorong anak-anak untuk melindungi lingkungan hidup dan menghargai keragaman. Pendanaan awal Jalan Sesama dapat terwujud berkat bantuan dari masyarakat Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). (Antara)
30 Januari 2009
Acara Televisi Anak-Anak "Jalan Sesama" Diluncurkan
29 Januari 2009
KPID Jabar Tegur Dua TV Swasta “Nasional”
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat (Jabar) mengirimkan surat teguran pada dua televisi nasional, Selasa (27/1) kemarin. Surat teguran terkait program sms premium dan kuis sms yang dinilai KPID Jabar mengandung unsur judi.
Anggota yang juga Ketua KPID Jawa Barat Dadang Rahmat mengatakan, sms premium yang ditayangkan kedua stasiun televisi tersebut yakni Global TV dan Antv. Program sms premium yang ditegur berupa kuis yang mengandung unsur mengajak orang untuk berjudi. "Kami sudah mengirim surat klarifikasi sejak Desember 2008 lalu," ujarnya saat ditemui di Bandung. Karena tidak ada jawaban dari pihak televisi tersebut, KPID akhirnya mengirimkan surat teguran. Jika tidak ada jawaban, KPID bisa meminta stasiun yang bersangkutan menghentikan program tersebut.
Sementara itu, anggota KPID untuk isi siaran Dian Wardiana mengatakan, sms premium tersebut ditenggarai ada unsur perjudian. "Isi penyiaran melarang adanya unsur judi, seks, sara, dan kekerasan. SMS premium yang berlangsung tengah malam itu kami duga ada unsur judi di dalamnya," ujarnya di tempat yang sama.KPID jabar tidak memberikan waktu lama kepada stasiun televisi yang ditegur. "Secepatnya mereka menjawab surat tersebut," tegas Dian. (KPI)
Batu TV Nekad Siaran
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim menyesalkan sikap manajemen Batu TV yang dianggap mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kendati telah mengetahui Rekomendasi Kelayakan (RK) belum merupakan Izin Penyelenggara Penyiaran (IPP), Batu TV tetap melakukan siaran.
“Lho, semua orang, khususnya yang ada di bidang siaran, tahu kalau RK belum berarti surat izin untuk mengudara. Karena di undang-undang sudah dijelaskan soal itu. Izin siaran yang resmi itu IPP yang diberikan setelah proses mendapatkan RK dilanjutkan,’’ kata Fajar Arifiyanto, Ketua KPID Jatim kepada media setempat.Seperti diberitakan disalah satu media di Malang sebelumnya, setelah dibekukan sejak 21 Desember lalu, Batu TV kembali mengudara seperti sebelum dibekukan. Tidak jelas apa dasar Batu TV melakukan siaran kembali, meski TV-TV lainnya sampai sekarang masih tetap bertahan mematuhi aturan yang ditetapkan Menkominfo.
Fajar lantas menceritakan, ihwal turunnya RK yang diberikan KPID Jatim untuk Batu TV. Bahkan, Fajar juga menceritakan bagaimana manajemen Batu TV melakukan manuver ke Menteri Infomasi dan Telekomunikasi (Menkoinfo) dengan mengirim surat protes ke menteri.
Saat itu, cerita Fajar, begitu siaran TV lokal dan nasional di Malang Raya ditertibkan Balai Monitoring Kelas II Surabaya, Batu TV langsung menunjuk pengacara menolak pembekuan siaran ke Menkominfo. Tetapi, surat tersebut oleh Menkominfo ditolak karena penertiban dan pembekuan telah sesuai undang-undang.
Menurut Fajar, dirinya tidak tahu persis bagaimana isi surat penolakan Menkominfo atas surat yang diajukan pengacara Batu TV. Tapi intinya Batu TV tetap dilarang tidak boleh bersiaran sampai benar-benar mengantongi IPP dari Depkominfo. Karena, syarat mutlak untuk bisa siaran hanya IPP.
“Kami dari KPID tidak bisa berbuat banyak, kalau ternyata Batu TV sekarang siaran lagi. Tugas untuk menertibkan frekwensi, bukan wewenang kami, tetapi Balmon. Tapi, kalau merujuk undang undang jelas-jelas RK bukan alat yang sah untuk melakukan siaran,” tuturnya.
Terkait kondisi ini, lanjut Fajar, pihaknya sudah berkoodinasi dengan Balmon Surabaya. Tetapi, koordinasi itu hanya sebatas memberitahukan kalau KPID Jatim telah mengeluarkan RK untuk dua TV, yaitu Batu TV dan TV anak. RK dikeluarkan karena keduanya sudah mengantongi EDP (Evaluasi Dengar Pendapat) sejak 2003 lalu.
“Sekali lagi, kami katakan, penertiban bukan ranah hukum kami, tapi Balmon. Kalau dibilang melanggar, jelas melanggar karena RK bukan IPP. Hanya IPP saja yang bisa dijadikan dasar untuk siaran,” tukasnya. (KPI)
25 Januari 2009
Saat Literasi Dibenamkan Televisi
Pernah mendengar hari tanpa televisi? Sejak tiga tahun terakhir, penetapan hari ini telah dikampanyekan beberapa lembaga yang prihatin terhadap konten atau isi tayangan di televisi. Sejumlah lembaga yang tergabung dalam Koalisi Nasional Hari Tanpa TV mengimbau para orangtua untuk mematikan televisi di rumah selama satu hari penuh dan menggantikannya dengan melakukan kegiatan yang lebih berguna.
Imbauan tersebut nyaris tenggelam oleh hiruk-pikuk pemberitaan dan hiburan melalui layar televisi. Pengaruh televisi dalam keluarga Indonesia tampaknya sudah demikian kuat menyatu dengan keseharian masyarakat. Data Bank Dunia tahun 2004 menunjukkan, ada 65 persen lebih rumah tangga pemilik televisi di Indonesia. Bentuk media audio visual yang menarik dan lengkap dari si ”tabung ajaib” menjadikan ia lebih digandrungi dibandingkan dengan produk budaya lain, seperti buku.
Hiburan yang disajikan mampu menarik mayoritas penduduk menekuni tayangan televisi dalam kegiatannya sehari-hari. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006, lebih tiga perempat (86 persen) dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia memiliki aktivitas rutin mengikuti acara televisi dalam seminggu.
Adapun untuk aktivitas literasi angkanya lebih kecil, yaitu 68 persen dari total jumlah penduduk usia tersebut yang membaca ragam sumber bacaan selama seminggu. Ragam bacaan yang ditekuni meliputi surat kabar, majalah, buku pelajaran, buku pengetahuan di luar buku pelajaran, dan buku cerita.
Minat baca
Televisi pada dasarnya adalah sebuah produk teknologi komunikasi. Tidak ada yang ”salah” dengan media yang menawarkan ragam tayangan audio visual tersebut. Hanya saja, pemanfaatannya saat ini dirasa semakin tak seimbang dengan porsi penggunaan produk sosial budaya lain, misalnya budaya membaca. Hal ini terbukti dari persentase penduduk yang memanfaatkan waktunya untuk menonton televisi jauh lebih banyak dibandingkan membaca.
Gejala rendahnya minat terhadap buku dimulai ketika terjadi booming televisi swasta di Tanah Air pada awal 90-an. Ketika televisi swasta pertama Indonesia lahir saat itu, hampir tidak ada yang menyangka jika pada satu dekade berikutnya akan ada belasan bahkan puluhan stasiun televisi swasta lain seperti sekarang ini dengan berbagai variasi tayangan.
Pada masanya dulu hanya televisi pemerintah yang mengudara dengan jam siaran terbatas dan komposisi acara hiburan yang juga terbatas. Aktivitas anggota rumah tangga, khususnya anak-anak, tidak melulu diwarnai dengan menonton televisi, tetapi juga membaca buku atau permainan yang mengandalkan olah fisik. Saat ini, sepulang sekolah, televisi dengan ragam acara hiburan dan saluran merupakan hiburan yang paling digemari anak-anak.
Daya tarik televisi sedemikian rupa sehingga ”pertemanan” anak dengan buku merupakan sesuatu yang langka. Jarangnya interaksi dengan bahan bacaan menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pemahaman seseorang dalam membaca.
Dalam sebuah studi internasional yang rutin dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca anak, khususnya yang duduk di bangku kelas empat (sekolah dasar) menunjukkan total skor yang dicapai anak Indonesia adalah 405 (tahun 2006).
Posisi ini berada di peringkat 36 dari 40 negara peserta, Indonesia hanya menempati posisi di atas negara-negara Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan. Studi yang bernama Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) ini dilakukan setiap lima tahun untuk mengukur tren kebijakan dan pencapaian kemampuan membaca anak dan praktik yang berkaitan dengan literasi dan pemahamannya. (Kompas)
23 Januari 2009
Pemerintah Hentikan 41 Siaran Televisi
Banyak warga di daerah yang kini tak bisa lagi menonton televisi. Dalam empat bulan terakhir, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) sudah menonaktifkan 41 siaran stasiun televisi nasional dan lokal di 33 provinsi. Sebabnya, ada masalah pada izin penyiaran dan penggunaan frekuensi stasiun-stasiun itu.
Di Banjarmasin, misalnya, dari 14 stasiun televisi yang semula siaran, 10 di antaranya telah berhenti mengudara. Di Surabaya, delapan dari 46 stasiun televisi tiba-tiba lenyap. "Kami telah menonaktifkan secara bertahap sejak September tahun lalu," kata Gatot S Dewa Broto, Kepala
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Depkominfo.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Uni Lubis mengaku belum menerima laporan secara resmi dari anggotanya mengenai penonaktifan beberapa siaran televisi di daerah. "Jika benar, pasti akan ada kerugian. Tapi, besarnya berapa saya belum bisa mengatakan," tandasnya.
Uni lalu mempersoalkan regulasi perizinan yang inkonsisten. Contohnya, penyataan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyebut izin penyiaran cukup di tingkat provinsi. "Praktiknya, Komite Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) menerapkan perizinan hingga tingkat kabupaten dan kota," katanya.
Adji Soera Atmada, Kepala Komunikasi Korporat Metro TV, membenarkan siaran mereka di sejumlah daerah tak lagi mengudara karena masalah perizinan. "Namun, jika siaran mandek yang rugi justru masyarakat. Mereka tidak bisa mendapatkan akses informasi," ungkapnya.
Meski begitu, pengelola televisi nasional tak mengkhawatirkan dampak berhentinya siaran di beberapa daerah terhadap pendapatan iklan. Hubungan Investor PT Multimedia Nusantara Citra (MNC) David Audi mengaku, sejauh ini tidak ada komplain dari para pemasang iklan. "Selama ini, 90 persen iklan justru berasal dari Jakarta," tukasnya.
Sebaliknya, anggota Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI), Agus Pambagio, malah menilai pemerintah lamban bertindak. la menuding pelanggaran ini terjadi sejak lama. "Kami meminta semua pelanggaran segera ditindak," ungkapnya. (Kompas)
22 Januari 2009
Fetty Fajriati: KPI Hadir Untuk Mendorong Industri Penyiaran Menjadi Sehat dan Kreatif
Wakil Ketua KPI Pusat, Fetty Fajriati Miftach mengatakan, kehadiran KPI bukanlah untuk memasung kreatifitas industri penyiaran. Kehadiran KPI, lanjutnya, justru untuk mendorong industri penyiaran menjadi lebih sehat dan kreatif. Hal itu diungkapkan oleh Fetty di depan tim produksi program isi siaran stasiun televisi ANTV, hari ini di Studio ANTV Cawang.
Oleh karena itu, jelas Fetty, KPI sebenarnya tidak melarang penampilan atau peran dari laki-laki yang berpakaian perempuan ditelevisi asal peranan tersebut dijalankan sebagaimana mestinya menjadi seorang perempuan. “Yang kami larang itu adalah penampilan sosok laki-laki jadi perempuan atau kebancian yang tidak jelas perannya dan justru memperolok-olok perannya sebagai perempuan.
Selain itu, kami sangat melarang jika peran tersebut disertai dengan atraksi pelecehan seksual atau cabul. Meskipun penampilan tersebut dibuat sebagai bahan lucu-lucuan,” ungkap Fetty menjawab beberapa pertayaan terkait dengan tayangan kebancian.Menurut Fetty, akibat dari peran yang tidak sesuai tersebut justru akan berdampak tidak baik kepada penonton khususnya anak-anak. “Jangan sampai ada kebingungan gender pada anak-anak,” tegasnya.
Sebelumnya, pada saat persentasi, Fetty memaparkan mengenainya dampak baik dan buruk dari televisi. Adapun beberapa pengaruh atau dampak buruk yang dihadirkan oleh televisi bagi masyarakat adalah meracuni pikiran khalayak serta memberikan pembelajaran hal-hal yang tidak benar atau bersifat a-sosial.
Selain itu, Fetty juga menerangkan 13 kriteria yang melakukan pelanggaran terhadap P3 dan SPS KPI. Adapun itu yakni menayangkan adegan kekerasan, menayangkan adegan yang memperlihatkan perilaku atau situasi yang membahayakan, menayangkan adegan yang menakutkan dan mengerikan, menayangkan penggunaan senjata tajam atau senjata api untuk melukai orang lain, menayangkan sikap kurang ajar pada orang tua dan guru, menampilkan perilaku yang mendorong masyarakat percaya pada kekuatan paranormal, klenik, praktik spiritual magis, mistik atau kontak dengan ruh.
Kemudian, menampilkan anak-anak berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik sosial, menayangkan adegan ciuman atau mencium yang eksplisit dan didasarkan atas hasrat seksual, menayangkan gambar sosok manusia telanjang atau mengesankan telanjang, eksploitasi bagian-bagian tubuh yang dianggap membangkitkan birahi, menayangkan perilaku berpacaran saat anak-anak, menayangkan adegan yang menggambarkan adegan seks atau mengesankan aktivitas hubungan seks, menggambarkan penggunaan alkohol dan rokok, serta yang terakhir banyak menampikan perbuatan antisosial (tamak, licik dan sombong) tanpa sanksi atau pesan moral.
Dalam diskusi lebih dari tiga jam ini, Fetty banyak menerima pertayaan mengenai acara-acara kuis yang dianggap judi. Mengenai hal ini, Fetty menegaskan bahwa kuis-kuis melalui SMS merupakan kuis berunsur judi dan itu sudah dilarang oleh MUI serta KPI. Meskipun demikian, untuk lebih kongkritnya, pihak televisi bisa menayangkan persoalan judi ini kepada MUI. Selain persoalan tersebut, dibahas pula mengenai acara-acara yang dikategorikan sebagai program reality show, klasifikasi atau kategori acara. Beberapa peserta diskusi juga menanyakan mengenai standar atau acuan dari KPI untuk membuat sebuah program acara agar tidak melanggar aturan. (KPI)
21 Januari 2009
TV Nasional Diminta Tingkatkan Porsi Isi Siaran Lokal
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur memberi apresiasi yang tinggi kepada beberapa stasiun televisi nasional yang telah memulai dan mampu membuat program siaran berita daerah Jawa Timur secara khusus yang dapat dinikmati publik Jawa Timur. Hal itu diungkapkan dalam siaran pers KPID Jatim, Rabu (21/1).
Dalam siaran pers yang ditandatangani oleh Ketua KPID Jatim, Fajar Arifianti Isnugroho, meminta agar program-program siaran lokal seperti ditayangkan stasiun RCTI dengan program Seputar Jawa Timur dan stasiun SCTV dengan program Liputan 6 Jawa Timur untuk lebih ditingkatkan lagi dan ditambah dengan program lain dengan muatan lokal Jawa Timur.
Tidak ketinggalan, KPID Jatim pun meminta supaya stasiun-stasiun televisi nasional yang lain yang memiliki pemancar siaran sehingga dapat diterima oleh masyarakat Jawa Timur untuk memulai memproduksi siaran lokal dan menambah program lokal dalam siaran nasionalnya agar dapat dinikmati publik Jawa Timur.
Pada kesempatan tersebut, KPID Jawa Timur juga mengingatkan kepada lembaga penyiaran televisi untuk serius menyiapkan diri dalam merealisasikan program siaran berjaringan yang akan berakhir pada 28 Desember 2009 melalui peningkatan siaran lokal.
Selain itu, KPID Jawa Timur juga meminta agar dalam memproduksi siaran di daerah dapat memperhatikan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3 dan SPS) yang dibuat oleh KPI. KPID Jawa Timur juga berharap agar masyarakat Jawa Timur memberi dukungan terhadap program siaran TV nasional yang menyiarkan acara lokal (konten) Jawa Timur. (KPI)
20 Januari 2009
KPI Pusat Himbau Pihak TV Soal Tayangan Dewasa
KPI Pusat meminta semua stasiun televisi swasta besar “nasional” untuk mematuhi aturan yang ada dalam P3 dan SPS KPI. Permintaan ini ditengarai oleh aduan masyarakat dan pemantauan KPI Pusat yang menemukan adanya pelanggaran jam tayang siaran televisi dengan klasihikasi dewasa disiarkan sebelum pukul sepuluh malam.
Permintaan KPI tersebut ditegaskan pula dalam surat himbauan KPI Pusat ke seluruh televisi yang dikirimkan kemarin. Dalam surat tersebut dijelaskan, sesuai dengan Standar Program Siaran (SPS) Pasal 65, siaran dewasa memiliki ketentuan-ketentuan yakni berisikan materi yang hanya pantas disaksikan oleh orang dewasa, dapat mengandung tema dominan atau membahas secara mendalam persoalan-persoalan keluarga yang dianggap sebagai masalah dewasa; seperti: intrik dalam keluarga, perselingkuhan, perceraian.
Selain itu, dalam penjelasan berikut, siaran dewasa itu dapat mengandung muatan kekerasan eksplisit, namun tetap tidak boleh mengandung muatan sadistis dan di luar perikemanusiaan, serta mendorong atau menggelorakan kekerasan. Dapat mengandung materi yang mengerikan dan menakutkan sepanjang tetap bertujuan menghibur.
Kemudian, siaran itu dapat secara proporsional menayangkan pembicaraan, pembahasan atau tema mengenai masalah seks dewasa. Program dan promo program tayangan ini hanya boleh disiarkan pukul 22.00 - 03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan. (KPI)
18 Januari 2009
Kritik Sinetron Indosiar Kepada KPI Pusat
Judul : Pernah ada yang tahu dampat Sinetron di Indosiar pada tahun 2025 ?
Pengirim : Andre, DKI Jakarta
Saya jengah mendengar tanggapan teman, yang mungkin sudah sering menonton acara sinetron di Televisi Indosiar; \"bahwa budaya Indonesia saat ini sedang melakukan proses akulturisasi budaya, dari budaya India ke budaya bangsa Indonesia kelak 15 tahun atau 20 tahun setelah anak-anak kita menjadi dewasa\"Protes saya adalah, pejabat harus cepat tanggap, Pejabat KPI, Direktur Televisi, Redaktur pemilihanrumah produksi yang membawa anasir-anasir bangsa lain,atau anasir-anasir yang membawa dampak negatif terhadappsikologi anak-anak Indonesia yang sedang menonton TV.
Apakah harus menunggu anak-anak bangsa Indonesia ini akan memiliki budaya yang suka : mencaci, memaki, seenaknya memukul tanpa ada alasan, kesan bahwa polisi tidak cepat tanggap, polisi bisa diatur seperti film-filmIndia pada tahun 1980 an atau film India tahun 1990 an bahwa ada keluarga yang \"bobrok\" melakukan \"penyuapan\" pada oknum polisi!Sungguh kami menyanyangkan pemain Sinetron dari Rumah Produksidalam Negeri yang telah dimasuki oleh anasir-anasir asing, yang sesungguhnya bangsa asing sendiri tidak berwajah \"nyinyir\".
Coba perhatikan kepada Dewan Pembaca di Forum Terbuka KPI GO ID untuk memperhatikan, tayangan di Sinetron Indosiar. Penampilanwanita berwajah \"nyinyir\" sudah ada berapa kali mempengaruhijiwa dan pemikiran penontonnya?Tidak hanya wanita yang lemah lembut, berwibawa dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Yang ada hanya perasaan iri, dengki, merusak, menampar, menghina, tidak ada rasa hormat pada orang tua hingga pada anak gadis juga pada anak- anak yang pantas untuk dihormati sudah begitu jauh dari pendidikan yang mempunyai tujuan positif untuk kelak 15 tahun 20 tahun mendatang.
Benarkah akultirasi budaya Indonesia akan dibuat dengan riuh rendah tari-tarian dan menyanyi seperti gaya-gaya filem India?Tidak sedikit proses perjalanan waktu telah memberikan dampak merusak cara berpikir manusia Indonesia secara \"permanent\" kelak pada era anak-anak muda Indonesia pada tahun 2025 nanti, anak-anak yang tidak memiliki sopan santun, dan menghina kepada sesamanya juga telah merasuk dalam proses berpikir mereka.
Siapa lagi yang mau peduli dengan \"rencana\" dan \"program\" jangka panjang terhadap \"merusak\" anak bangsa Indonesia?Kepada Dewan Pembaca Forum Tanggapan KPI Go Id dapat secara Terbuka atau sendiri-sendiri atau bersama-sama mengingatkan kepada Pejabat KPI, atau melalui Pejabat Lembaga Sensor Film atau melalui lembaga Departemen Pendidikan Nasional yang mempunyai wewenang untuk menjaga ketahanan nasional dalam membentuk pemuda-pemudi Indonesia melalui media pendidikan multimedia yang bernama Siaran Televisi di NKRI ini.
Salam perjuangan dari: Andre - Jakarta
15 Januari 2009
TV Lokal di Jabar Siap Laksanakan SSB
Sebagian besar stasiun televisi lokal yang ada di Jabar menyatakan sudah siap melaksanakan sistem siaran berjaringan atau SSB. Hal itu dijelaskan oleh anggota KPID Jabar, M Zein Al Faqih, menjawab pertayaan mengenai kesiapan televisi lokal di Jabar menghadapi pelaksanaan SSB yang makin dekat.
Zein dengan tegas menceritakan, pernyataan kesiapan televisi lokal di Jabar didapat oleh KPID Jabar setelah menanyakan kepada semua penyelenggara televisi lokal diwilayahnya, beberapa waktu lalu. Bahkan, kata Zein, setelah ditanya satu persatu dengan pihak penyelenggara televisi lokal disana, niat mereka mendirikan stasiun televisi lokal bukan untuk berjaringan dengan stasiun televisi yang ada di Jakarta.
Ini, lanjutnya, untuk menepis anggap bahwa kehadiran televisi lokal di Jabar hanya untuk berjaringan dengan staisun televisi di Jakarta. “Televisi-televisi yang ada Jabar cukup percaya diri dengan eksistensinya,” ungkap Korbid Perizinan KPID Jabar ini.
Menurut Zein, justru yang mesti diantisipasi adalah pemerintah sepertinya tidak akan menerbitkan izin televisi analog buat televisi-televisi lokal yang ada di Jabar. Pasalnya, televisi-televisi lokal tersebut akan diarahkan masuk ke sistem siaran televisi digital. Kemungkinan anjut dia, izin tersebut akan segera diterbitkan, kata Zein. Sayangnya, kondisi ini tidak berlaku bagi televisi-televisi swasta besar yang bersiaran di Jakarta.
Televisi-televisi besar Jakarta, jelas Zein, baru akan terkena kebijakan ini pada tahun 2015. Zein mengungkap jika kondisi ini berjalan akan dapat merugikan semua televisi lokal. Pertama, tentunya masyarakat tidak mau membeli setop box hanya untuk menikmati siaran televisi lokal. Padahal, pada saat bersamaan mereka bisa menikmati siaran TV Jakarta tanpa alat tersebut, jelasnya.
Kedua, lanjut Zein, dengan melihat fenomena tersebut berarti pemirsa TV jakarta pasti lebih besar dibanding pemirsa televisi lokal. Hal ini sama artinya membunuh eksistensi televisi lokal. “Ini lah yang saya sebut ketidakadilan diranah penyiaran dan ini harus dilawan,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini, Zein menceritakan kenapa televisi besar Jakarta baru diarahkan masuk ke sistem tersebut pada 2015. Hal ini dikarenakan izinnya sudah diterbitkan oleh Menkominfo Sofyan Djalil beberapa waktu yang lalu dan baru akan berakhir pada 2015 nanti. “TV itu izinnya 10 tahun dan bisa diperpanjang,” jelasnya. (KPI)
13 Januari 2009
Masukan Pemirsa TV Kepada KPI
program mata-mata rctiraffly R, Jawa Barat
saya sangat kurang sreg dengan program acara mata-mata di rcti yang ditayangkan setiap selasa jam 16.00 wib.acara tersebut sangat tidak mendidik dan bisa penyebarkan pengaruh negatif terhadap anak. Dalam acara ini ditayangkan tentang perselingkuhan, berbuat mesum di kamar hotel dan yang terakhir hari selasa tanggal 13 januari 2009 menayangkan seorang pemuda yang terang-terangan bahwa dia itu penyuka sesama jenis. Saya mohon kepada KPI agar tayangan ini bisa lebih disensor terutama hal-hal yang saya sebutkan tadi. Lebih baik lagi kalau acara ini ditutup saja karena tidak ada unsur manfaat sama sekali.terima kasih
Pemberitaan GazaAdhitya, Yogyakarta
TV One secara vulgar menayangkan video yang menggambarkan pembunuhan (penembakan) dalam berita konflik antara Israel dan Palestina. Penayangan video yang menggambarkan kekejaman perang secara berulang-ulang tentu bukan hal yang wajar dan sangat berlebihan. Apalagi bila yang melihat hal tersebut adalah anak-anak.Bahkan penembakan tersebut dijadikan video pembuka dan penutup dalam acara berita.Mohon KPI menegur TV one agar lebih bertanggung jawab dalam menayangkan video dalam sebuah berita
sinetron2pitha, DKI Jakarta
1. Sinetron indosiar, menampilkan dunia khayal tidak ada salahnya, cuma di mohon ya pada tempatnya gitu,jangan sampai merusak sejarah,misalkan diceritakan tentang kerajaan Singosari,tapi setting tempat dan pemain dari dunia modern,rumah mewah,dan menggunakan pakaian jaman sekarang..tolong di sesuaikanlah, sekalian seperti cerita brahma kumbara mungkin,kan lebih pas di lihatnya dan ga mengarah ke arah menggaeser nilai sejarah…sinetron2 sekarang juga (all statiun tv) tolong di revisi donk pak, ga mendidik sama sekali, sinetron2 remaja yg d sctv n rcti n lainnya itu secara tidak langsung membawa dampak negative buat remaj indonesia,terkesan anarkis,dan tokoh antagonisnya rela mendapatkan semua yg diinginkan dg cara apapun,ada kesenjangan sosial,berani melawan orang tua,isinya cuma bagaimana mendapatkan kekasih idaman bagaimana pun caranya,padahal prioritas utamanya kan sekolah dan belajar yg baik...benar2 mbawa dampak buruk,karena mereka kan d lihat d tonton masyarakat,ga seharusnya memberikan tanyangan yg tidak mendidik..2.reality show jg, menjamurnya reality show,yg terkadang jd memperlihatkan adegan perkelahian atau mengeluarkan kata2 kasar yg pd akhirnya d sensor jg...ga sewajarnya masalah2 pribadi dikonsumsi orang lain..tolong lah bapak2 KPI lebih selektif lagi dalam mengawasi acara pertelevisian Indonesia.. Terima kasih
11 Januari 2009
Banyaknya Mutilasi Jangan Salahkan Televisi
Banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di Indonesia belakangan ini, tidak hanya disebabkan maraknya tayangan kriminal di televisi tetapi juga disebabkan oleh faktor pribadi, lingkungan masyarakat dan ekonomi, kata psikolog Undip Semarang, Hastaning Sakti.
"Menanggapi banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang akhir-akhir ini sering terjadi, sebaiknya masyarakat jangan menyalahkan televisi, banyak faktor lain yang sebenarnya juga menjadi pemicu terjadinya hal itu," katanya di Semarang, Senin.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab seseorang melakukan pembunuhan juga mutilasi adalah kesalahan pola pikir, ekonomi, lingkungan sosial, dan keluarga.
Ia menjelaskan, rata-rata orang Indonesia tidak bisa mengatur tingkat emosional mereka, sehingga jalan keluar yang diambil ketika menghadapi masalah sering kali jauh dari kebiasaan orang normal.
Tingkat pendidikan yang rendah, menurut dia, sebagai salah satu faktor penyebab orang melakukan tindak kejahatan."Bisa kita lihat, rata-rata pelaku kejahatan, pembunuhan dan mutilasi pada kasus belakangan ini, dilakukan oleh orang yang tingkat pendidikannya rendah," kata dosen Fakultas Psikologi Undip ini.
Kasus mutilasi akhir-akhir ini banyak ditemukan di beberapa kota di Indonesia, seperti aksi yang dilakukan Ryan di Jakarta, penemuan potongan tubuh manusia di bus Mayasari Jakarta dan terakhir di kawasan wisata Kopeng Kabupaten Semarang.
Disinggung masalah televisi sebagai penyebab maraknya kasus pembunuhan dan mutilasi, ia mengatakan, televisi itu sebenarnya sangat penting untuk pengetahuan dan pendidikan, hanya saja masyarakat belum siap menerima itu, sehingga baik atau buruk apapun yang ada di televisi cenderung akan dicontoh.
Psikolog dari Universitas Katolik Soegiyopranoto, Kristiana Haryanti juga menyatakan hal serupa, banyak faktor lain yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan pembunuhan seperti faktor pribadi, tekanan lingkungan, dan pendidikan.
Ia mengatakan tiap orang mempunyai tingkat ambang stres yang berbeda. "Itu yang menyebabkan jenis penyelesaian tiap orang berbeda ketika menghadapi suatu masalah," katanya.
"Orang yang mempunyai masalah yang sama belum tentu sama dalam hal menyelesaikannya karena tingkat ambang stres tiap orang berbeda," katanya.
Ia mencontohkan, bila ada dua orang yang mengalami putus cinta, satu orang mungkin akan bunuh diri, dan orang lainnya mungkin akan bersikap acuh tak acuh dan segera mencari penggantinya.
Faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat ambang stres, menurut Kristiana, adalah kepribadian dan lingkungan. "Faktor kepribadian dan lingkungan adalah hal yang membuat ketangguhan seseorang yang mengalami masalah menjadi berbeda," katanya.
Ia menilai saat ini memang televisi banyak menayangkan hal-hal yang negatif, tetapi perlu ada seleksi yang lebih ketat terhadap tayangan negatif oleh instansi terkait. (Ant)
Selamat Ulang Tahun ke 14 kepada Indosiar
Semoga Sukses dan Jaya Selalu
10 Januari 2009
Kucing Mendadak Isi Siaran Langsung TV
Seekor kucing mendadak muncul dalam siaran langsung ramalan cuaca di televisi yang dipandu ahli meteorologi Jerman terkemuka, Joerg Kachelmann, di Berlin. Seperti diberitakan pada Kamis (8/1), kucing bernama Lupin ini milik seorang staf stasiun televisi yang kebetulan sedang ke luar kota.
Si kucing masuk ke studio tepat saat Kachelmann memulai acara ramalan cuaca berdurasi dua menit pada hari Selasa lalu. Agar tidak kehilangan momentum, Kachelmann segera menggendong sang kucing yang dengan riangnya mengibaskan ekor di depan kamera televisi yang sedang merekam siaran.
”Saya tidak tahu bagaimana kucing ini bisa masuk ke studio,” ujar Kachelmann. Si Lupin pun beraksi seolah menjadi bagian dari acara ini dengan mencakar peta ramalan cuaca.
”Saya menyadari setelah kucing ini mengelus kaki saya. Biar penonton tidak merasa aneh dengan acara ini, saya langsung menggendong si kucing. Kucing memang selalu mendekati siapa saja apabila merasa diabaikan. Saya menggendongnya agar kucing ini tidak merasa diabaikan,” ujar Kachelmann.
Kehadiran Si Lupin tentu saja tidak disadari penonton televisi yang mengikuti ramalan cuaca di tengah udara dingin bersalju yang ekstrem di seluruh Eropa. Apalagi, cuaca dingin yang terjadi di tengah terhentinya pasokan gas dari Rusia sebagai salah satu bahan bakar bagi alat pemanas. (Reuters)
09 Januari 2009
Sinetron Ta'aruf dan Muslimah Dapat Teguran KPI
KPI kembali meminta TPI untuk segera melakukan perbaikan isi sinetron "Ta’aruf" karena isinya dinilai memprovokasi kekerasaan fisik dan verbal. Hal itu ditegaskan oleh Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja, Jum’at (9/1).
Permintaan tersebut juga dilayangkan melalui surat KPI Pusat yang diserahkan langsung hari ini juga kepada perwakilan dari Direktur Utama stasiun televisi TPI.
Dalam keterangannya, Sasa menjelaskan, permintaan yang bersifat himbauan tersebut didasarkan oleh banyaknya pengaduan yang datang dari masyarakat ke KPI Pusat melalui media pengaduan KPI Pusat (E-mail dan SMS) pada akhir-akhir ini khususnya di bulan Desember 2008.
Sasa juga mengingatkan, beberapa waktu yang lalu sinetron ini pernah ditegur oleh KPI Pusat karena banyak menampilkan kekerasan dan melecehkan agama. ”Apabila himbauan ini tidak diindahkan, maka kami akan memberikan teguran kedua,” tegasnya.
Selain TPI, pada hari yang sama, Jumat (9/1), KPI Pusat juga meminta Indosiar agar segera melakukan perbaikan isi sinetron Muslimah. KPI mengingatkan jika himbauan ini tidak diindahkan, maka KPI Pusat akan memberikan teguran kedua. Hal itu diungkapkan dalam surat himbauan KPI Pusat kepada Indosiar.
Dalam surat tersebut dijelaskan, KPI Pusat menerima banyak sekali pengaduan masyarakat melalui email dan sms selama bulan Desember 2008 terhadap Sinetron Muslimah, yang isinya yang memprovokasi kekerasan fisik, merusak ajaran agama Islam, dan eksploitasi orang cacat.
Sementara itu, Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja menceritakan, sinetron Muslimah sudah pernah ditegur oleh KPI Pusat beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, sinetron Muslimah banyak menampilkan adegan kekerasan. (KPI)
08 Januari 2009
Trans 7 Diminta Hati-hati Menyajikan Bukan Empat Mata
KPI Pusat meminta Trans 7 agar lebih berhati-hati dalam menyajikan tayangan Bukan Empat Mata. KPI Pusat juga mengingatkan Trans 7 bahwa beberapa waktu yang lalu KPI pernah menghentikan Tayangan Empat Mata karena isinya tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS).
Hal itu diungkapkan dalam surat himbauan KPI Pusat pada Trans 7, Kamis (8/1). KPI Pusat juga menegaskan jika himbauan ini tidak diindahkan, maka KPI Pusat akan meminta agar tayangan tersebut dibatasi durasi dan waktu siarnya sesuai dengan UU Penyiaran Pasal 55 ayat 2 (c).
Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa KPI Pusat menerima cukup banyak pengaduan masyarakat melalui email dan sms selama bulan Desember 2008 terhadap tayangan Bukan Empat Mata yang isinya mengeluhkan tayangan tersebut tidak mendidik, banyak lelucon yang menghina, serta memuat kalimat-kalimat jorok/mesum.
Pada kesempatan ini, KPI Pusat memastikan pada pihak Trans 7 jika membutuhkan dokumen pengaduan masyarakat tersebut, silahkan melihat di Kantor KPI Pusat. (KPI)
06 Januari 2009
Menkominfo Toleransi TV Lokal On Air Tanpa Izin
Stasiun televisi lokal swasta di Jawa Timur bisa sedikit bernafas lega. Sebab Menkominfo Muhammad Nuh memperbolehkan televisi lokal bersiaran atau on air meski belum memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) maupun Izin Stasiun Radio (ISR).Namun televisi lokal yang diperbolehkan on air tetap harus memiliki Rekomendasi Kelayakan (RK) dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah/Pusat.
"Cukup dengan RK sudah boleh siaran. Ini langsung dari Menkominfo," kata Purwoko, Kepala Balai Monitoring (Balmon) Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya saat Diskusi Terbatas Penegakan Hukum Penyiaran di Hotel Weta Surabaya, akhir bulan lalu.
Namun, kata Purwoko, toleransi tersebut hanya berlaku hingga diselenggarakannya Forum Rapat Bersama (FRB) untuk penentuan stasiun televisi yang berhak mendapat IPP. "Setelah FRB semua harus patuh. Jika tidak mendapat IPP ya harus turun off air, semua harus legowo. Jika tidak akan ditindak," tegas Purwoko.
Terobosan hukum pemerintah ini kata Purwoko tidak perlu lagi memerlukan payung hukum. "Pengumuman dari menteri sudah cukup kuat. Dan ini kan sifatnya hanya sementara saja," katanya.
Langkah Menkominfo ini cukup luar biasa. Sebab dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 33 butir 1 disebutkan "Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh Izin Penyelenggaraan Penyiaran".
Imawan Mashuri, Preskom JTV usai diskusi menyambut baik terobosan menteri tersebut. "Televisi bisa siaran dengan cukup RK ini langkah yang bagus. Ini harus dihormati," katanya. (KPI)
05 Januari 2009
Anak Harus Dibatasi Nonton Televisi
Anak-anak sebaiknya dibatasi untuk menonton televisi selama 2 jam dalam sehari. Karena itu diperlukan sebuah kreativitas dari masing-masing keluarga untuk memberikan kegiatan lain selain menonton televisi.
Misalnya, melakukan gerakan sehari tanpa televisi. Selama tidak ada tayangan televisi pada satu hari itu, anak-anak bisa diajak membaca buku atau kegiatan positif lainnya. Tayangan televisi kini banyak yang tidak mendidik dan tidak pantas dilihat oleh anak-anak.
"Setidaknya hal itu memberikan tekanan pada industri televisi," kata B Gunarto dari lembaga Kidia saat menjadi pembicara dalam Seminar Sehari Pola Menonton Televisi Secara Aman dan Sehat untuk Anak yang diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Daerah (KPID) di Hotel Santika, Jalan Pandegiling, Surabaya, beberapa waktu lalu.
Gunarto menjelaskan, selain menerapkan sehari tanpa televisi, orangtua juga mempunyai peranan pada anak-anak. Orangtua harus mengarahkan jadwal anak-anak menonton televisi.
Sementara itu, pembicara lain yakni Gilang Iskandar, Corporate Secretary Media Nusantara Citra (MNC) Group menyatakan, bahwa anak-anak tidak hanya menonton tayangan untuk anak. Anak-anak saat ini juga melihat tayangan yang bukan untuk anak-anak.
Hal itu menjadi perhatian menarik pasalnya jam tayangan anak yang telah dibuat saat ini sesuai dengan kebisaan anak-anak. "Karena itu peran keluarga penting untuk membimbing anak-anaknya," tegasnya. (KPI)
04 Januari 2009
Kolom TV: Nonton "Unscripted TV" 2009
Kawan saya, Naratama, produser acara TV yang kini bekerja di Washington DC menulis untuk milis sbb. :
"It's pretty bad", ujar Tena, produser berkulit putih dan tomboy yangbekerja di jaringan televisi lokal di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat. Itulah jawaban Tena, saat saya tanya tentang dampak krisis ekonomi pada industri Televisi Amerika di kota pelabuhan Baltimore.
Jadi apa yang "pretty bad"? Rupanya, stasiun televisi ini sudah terkena penyakit akut yang mewabah dunia bisnis Amerika yaitu: "by reducing the number of employees (kurangi jumlah karyawan)". Strategi ini terpaksa dilakukan agar roda penyiaran terus berjalan sehingga TV lokal WBFF Baltimore ini dapat terus On-Air 24 jam non-stop. Semuanya demi kepentingan peringkat rating program andalan seperti FOX 45 News, Traffic Edge hingga pertandingan olah raga adu badan Football, yang menampilkan tim Raven Baltimore.
Menurut Tena, sebagian besar karyawan yang dirumahkan adalah mereka yang bekerja di bagian Sales, Marketing, Public Relation dan para pegawai kontrak yang tidak diperpanjang lagi kontraknya. Sementara tim kreatif programming, on-air promotion dan jurnalis berita FOX 45 News mulai dari Produser, Reporter, Kameraman, Editor hingga ke Wardrobe tetap dipertahankan karena mereka dianggap aset penting sebagai detak jantung stasiun televisi lokal yang berjaringan dengan TV konservatif Fox TV ini.
Dari TV lokal, ternyata dampak krisis ekonomi juga menghantam salah satu raja media TV Amerika yaitu NBC (National BroadcastingCorporation) .
Stasiun TV kelas wahid yang sahamnya dimiliki oleh GE (General Electric) ini, menggelar tayangan-tayangan papan atas seperti "Deal OrNo Deal, Saturday Night Life (SNL), The Tonight Show with Jay Leno" serta serial drama kriminal "Law & Order".
Menurut Majalah HollywoodReporter dan website THR.Com, di tahun 2009 ini NBC akan melakukan restrukturisasi teknologi digital dengan melakukan pengurangan karyawan hingga 700 jobs yang langsung dapat menghemat biaya sebesar750 juta dollar AS. Ini sebuah langkah efisiensi terbesar yang pernah dilakukan NBC untuk menyelamatkan siarannya.
Namun demikian, sebagian pengamat mengatakan bahwa alasan restrukturisasi digital sebenarnya hanyalah silat lidah belaka mengingat dua program andalan yang menghabiskan ratusan juta dollar harus terpuruk dipapan bawah peringkat Nielsen. Salah satunya adalah serial yang dibintangi ratu berbibir sensual Broke Shield, "Lipstick Junggle" yang tanpa diduga jeblok dan tidak disukai publik Amerika.
Sementara, raja talk-showtengah malam Jay Leno yang sudah pamit dari layar televisi untuk pensiun, justru dikontrak baru lagi oleh NBC. Rupanya Jay dibutuhkan NBC yang sedang menyiapkan strategi pemrograman acara televisi dengan model belting system atau stripping system, yaitu jenis program yang sama yang diputar setiap hari pada jam yang sama.
Yang menarik, program talk-show ini bakal diputar pada jam prime-time, yaitu jam 8-9 malam atau jam 9-10 malam. Ini sebuah kejutan didalam pasar malam siaran TV. Mulai musim Spring nanti, Jay Leno akan tampil membawakan acara talk-show setiap hari jam 8 malam! Artinya, Jay Leno akan berhadapan dengan serial kriminal CSI (CBS), cerita drama GreyAnatomy (ABC) dan American Idol (FOX TV).
Kejutan pemrograman acara TV di negeri Obama tidak berhenti disini. Aksi pemogokan asosiasi penulis skenario film dan televisi di awal tahun 2008 mulai berdampak buruk. Ratusan skenario justru menumpuk dimeja para agensi dan produser Hollywood. Skenario-skenario ini tidak dapat diproduksi karena jumlah produksi drama televisi mulai menurun dan sangat terbatas.
Disisi lain, hampir semua stasiun TV mengurangi pembelian serial drama dari production house maupun dari distributor film-film asing, digantikan dengan serial Rerun dari blockbuster masa lalu.
Jadi wajah saluran TV Amerika saat ini dipenuhi oleh sitkom seperti Cosby Show, Family Matters, The Golden Girls hingga Step ByStep. Juga serial klasik model Bonanza, Little House In The Praire dan The Simpson mulai jadi alternatif tontonan bagi publik yang jenuh dijejali analisa politik ala CNN dan MSNBC.
Disisi lain, produksi dan penayangan program Reality Show di akhir tahun 2008 semakin meningkat tajam. Puluhan judul baru dengan berbagai format Reality Show membanjiri hampir semua saluran televisi teresterial maupun televisi kabel. Sebut saja "Real Chance Of Love, High School Reunion, TheBachelor, Survivor, Tina Tequila" dan ratusan lainnya.
Reality Shows ini membesut topik percintaan yang mudah meraih jutaan pemirsa, dan sebagian besar diproduksi dengan sistem super industrial, unscripted. Dengan kata lain, plotting scenes dibangun dilapangan sesuai dengan content flow yang berjalan. Skenario ditulis pada saat syuting tanpa perlu riset yang mendalam. Bahkan, beberapa reality show justru muncul tanpa script dengan hanya mengandalkan nama dan popularitas selebriti seperti Parish Hilton BFF (Best Friend Forever) dan Hey Paula (Kisah hidup Paula Abdul).
Sementara jaminan "Unscripted TV" yang super sukses bakal muncul kembali lewat American Idol, Deal Or no Deal, SoYou Think You Can Dance dan American Gladiators.
Lalu, bagaimanakah wajah televisi Amerika di tahun 2009 ini? Samimawon. Dengan pemangkasan struktur biaya sana-sini plus fokus publik lebih ke Politik Obama di enam bulan pertama maka dominasi program akan semakin dipenuhi oleh Unscripted TV. Artinya, para produser televisi lebih mengutamakan produksi yang industrial, instant dan script dapat ditulis dalam waktu cepat. Selain berbiaya rendah dan beresiko rendah, Unscripted TV lebih mempunyai potensi untuk mendapatkan iklan dan peringkat rating yang lumayan bagus untuk bisa dijual. Apalagi, kalau content dari Unscripted TV ini menggunakan metode filosofi produksi Drama Televisi dengan format LSHC (Loves,Sex, Hates and Crimes) maka dijamin publik bakal tergila-gila menonton. Entah karena daya sensual atau misteri pembunuhan atau pencarian hantu serta makluk luar angkasa.
Sementara program-program Talk Show dan komedi juga semakin cenderung Unscripted alias membiarkan lawan bicara lebih bebas beradu argumentasi. Untuk Sitcoms? produksinya bakal terus menurun. Kecuali sitcoms yang diproduksi oleh In-House seperti serial Hannah Montana dan Jake & Cody, produksi In-House Disney Channel.
Dan tampaknya, Unscripted TV juga bakal merajai wajah televisi Indonesia tahun 2009 ini. Sukses reality show "Termehek-mehek" di TransTV dan bertahannya "Playboy Kabel" di SCTV menunjukkan produksi Unscripted TV merupakan solusi terbaik untuk pemangkasan biayasana-sini akibat resesi ekonomi.
Sementara jumlah tayangan Infotainmen yang mencapai hampir 60 judul setiap minggu bakal bertambah dan terus bertambah. Format Gossip Magazines ala Indonesia ini dianggap mampu memenuhi dahaga publik yang menyukai format LSHC. Dan di tahun 2009 ini, juga didominasi oleh tayangan-tayangan Unscripted TV lewat pertunjukkan Live Show panggung Politik Pemilu dimana para aktor dan aktris dari partai-partai mapan dan gurem bakal unjuk kebolehan bermain drama ala Reality Show.
Walaupun mereka bakal tampil di berbagai layar News tapi content-nya tetap Unscripted dan mengandung unsur LSHC. Dan karena semuanya Unscripted TV maka akan selalu ada pembenaran dalam penayanggannya karena memang tidak ditulis scriptnya.
Jadi apakah ada program selain Unscripted TV yang bakal sukses ditahun 2009? Tentu saja masih ada Sinetron dan FTV, walau kualitasnya bisa semakin menurun karena krisis ekonomi.
Salah satu prediksi ditahun ini, akan banyak produksi sinetron yang "Unscripted on Indonesian", alias diproduksi dengan membeli naskah dari India, Malaysia dan Korea, lalu dialih-bahasakan dan alih-ceritakan dengan budaya Indonesia.
Sementara program2 "Not fully scripted" di layarVariety Show dan Gag Show juga akan bertahan walaupun harus berjibaku dengan kreatifitas yang semakin kompetitif.
Jadi, selamat tahun baru 2009..dan...selamat menonton "Unscripted TV" di tahun 2009.
Salam
Naratama
Produser/Sutradara Program Televisi
03 Januari 2009
Kritik Buat TV Yang Masuk ke KPI
Acara empet mata oleh KPI Sudah diberhentikan tapi sekarang sudah tampil lagi BUKAN EMPAT MATA tapi Host sama (tukul),bandnya sama (Pepi dkk),pembantunya sama( Vega),formatnya sama,stasiun tvnya sama, Trans7, Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah Kapan KPI SADAR TELAH DIKADALI ATAU DTIPU OLEH TRANS 7....?????, yang lainnya adalah iklan dari kosmetika Citra yang melihatkan punggung seorang wanita dari leher sampai pinggang diatas pantat kenapa tidak dicekal ???????? (Ahmad Salim SH, Jateng)
seharusnya kpi lebih serius dalam menyatakan suatu siaran bermasalah atau tidak, terutama pada tayangan anime/kartun jepang.semua orang menilai anime buruk karena hanya melihat luarnya saja tidak pernah melihar makna yang terkandung dalam cerita tersebutkalau memang tayangan tersebut tidak layak ditonton anak-anak maka jangan langsung mengatakan tayangan itu bermasalah, karena sampai saat ini semua stasiun televisi selalu menganggap anime itu selalu untuk anak-anakpadahal kebanyakan anime yang ditayangkan justru untuk kalangan dewasa. contohnya one piece, memang tayangan itu mengandung kekerasan dan sedikit vulgar, namun hanya itu yang terlihat olehorang yang tidak tahu makna dalam cerita itu.dalam cerita itu justru memberikan berbagai unsur yang baik untuk penontonnya. tayangan itu memang dianggap negatif bila tidak disimak secara mendetail. dan yang lebih parah tayangan itu dikategorikan untuk anak-anakpadahal tayangan itu dibuat untuk penonton remaja dan dewasa. bukan hanya one piece tapi semua anime memiliki berbagai makna yang baik dalam siarannya (Kabuto, Jatim)
Mohon pihak KPI mengevaluasi acara Termehek mehek yang ternyata cuma cerita rekayasa. Buat apa sih menayangkan acara NGGAK PENTING kayak gitu. Mendingan namanya diganti aja menjadi \\\\\\\"ACARA MEMBUKA AIB BERSAMA MANDALA DAN PANDA\\\\\\\". Terima kasih. (Tini, Jabar)
Apa komentar anda??
01 Januari 2009
Greeting of the seasons and best wishes for a happy new year 2009
Read More ..