13 Mei 2009

Siaran TV Digital Kok Buram?

Siaran TV digital mulai diujicoba sejak 14 April lalu. Sayangnya, siaran yang menawarkan kualitas lebih baik ini ternyata, masih buram diterima di sejumlah wilayah. Sementara produsen juga masih enggan memproduksi TV digital.

Saat ini, baru Polytron yang menawarkan TV digital. Sharp yang menempati urutan teratas produsen televisi TV analog, belum ingin menyentuh pasar TV digital. “Sharp masih konsentrasi memproduksi TV LCD dan tabung sistem analog,” kata Asisten General Manager Audio Video PT Sharp Electronic Indonesia (SEID) Herdiana Anita, kemarin.

Ia mengatakan Sharp tidak memiliki rencana untuk memproduksi TV digital dalam waktu dekat. Menurutnya, siaran TV digital akan diterapkan secara bertahap dan masih butuh beberapa tahun ke depan untuk implementasinya. Ia menambahkan, harga TV digital akan lebih mahal dibandingkan dengan TV analog.

Namun konsumen diperkirakan tidak akan serta merta langsung membeli TV digital, karena harus menggunakan set top box (alat yang dibutuhkan untuk menangkap siaran TV digital) terlebih dulu. “Seperti di Jepang, saat ini masih banyak yang menggunakan set top box,” kata dia.

Direktur Jenderal Sistem Komunikasi dan Diseminasi Informatika Depkominfo Freddy Tulung mengatakan uji coba siaran digital sudah dilakukan oleh anggota konsorsium sejak 14 April 2009.

Freddy mengakui, masih ada keluhan menyangkut penangkapan siaran yang masih buruk terutama di luar wilayah Jadebotabek. “Masih dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan itu,” jelasnya.

Hingga saat ini 7.000 unit set top box sudah disebarkan ke berbagai wilayah. Penyebarannya dilakukan bekerja sama dengan AC Nielsen. Firma periset itu ditujuk karena berpengalaman dalam riset pemirsa TV. AC Nielsen mendistribusikan set top box berdasarkan demografi.

Layanan TV digital sendiri ke depan akan dibagi menjadi dua jenis layanan. Layanan pertama adalah TV digital yang bisa diakses secara gratis, free to air dan TV digital berbayar, pay TV.

Saat uji coba pemerintah melibatkan dua konsorsium untuk siaran free to air dan dua konsorsium untuk siaran berbayar. Untuk siaran bebas biaya, salah satu konsorsium beranggotakan ANTV, SCTV, serta MetroTV. Sementara siaran pay TV, melibatkan konsorsium MNC Group, serta konsorsium Telkomvision.

Siaran digital yang dipilih menggunakan DVB-T karena banyak memiliki keunggulan dibandingkan dengan siaran TV analog. Siaran digital ini tahan terhadap efek interferensi, kualitas gambar yang lebih baik, tidak ada noise (bintik-bintik, semut), serta tidak ada bayangan atau ghost.

Siaran digital juga memiliki penerimaan sinyal yang lebih jelas meskipun dalam kondisi bergerak (mobile). Selain itu lebih interaktif dengan adanya EPG (Electronic Program Guide) yang menampilkan jadwal acara sampai beberapa hari ke depan.

Eropa, Amerika, dan Jepang sudah mengimplementasi sistem TV digital beberapa tahun lalu. Negara-negara di kawasan Asia juga sudah mulai melakukan migrasi total. Siaran TV digital diluncurkan sejak Agustus 2004 di Singapura dan saat ini telah dinikmati lebih kurang 250.000 rumah.

Di Malaysia, uji coba siaran TV digital dirintis sejak 1998 dengan dukungan dana sangat besar dari pemerintah. Saat ini siaran sudah bisa dinikmati lebih dari 2 juta rumah. Lalu kapan layanan TV digital bakal dapat direalisasikan secara penuh di Indonesia? Pemerintah menetapkan target 2014 . Untuk regulasinya, Freddy menyebut pemerintah masih dalam proses penggodogan. Jadi dalam lima tahun ke depan Indonesia bakal memiliki siaran yang lebih berkualitas? (Inilah.com)